Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak
memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana
dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama
kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan
tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang
hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung
melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang
belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante
Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku
merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku
mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana
kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas.
Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku.
Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting
payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan
terengah sesekali memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana
panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas
kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan
ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante
Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang
vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan
jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan
menjilati daerah “bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti
asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya
Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya
menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya
tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.
Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..”
Ternyata tante justru meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan
siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan
sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”. Ereksikusemakin
maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian
batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku
diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku
tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging,
ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan
senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan
perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF
saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti
ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian
itusemakin menambah nafsuku.
Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya
dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah
tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur
batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya
dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus
dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan
tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat
cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai
sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya.
Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera
kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh
keringat dia itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung
ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah
menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit
berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit
berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang
kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama,
aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat
aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan
nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan
mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan
spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit..
crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar
tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih,
kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai
rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali
film BF.
Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku.
Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun
dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu,
aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku
langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak
namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku
sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore
atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang
sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah
kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak
melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat
kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus,
menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang
tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti
biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti
itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.
Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau?
Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue
intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau
ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue..
bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh..
mati deh gue.”
Anita pun masih meneruskan omongannya,
“Loe napsu sama nyokap gue??”
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap
sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa.
Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam
kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku
sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan
melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan.
Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos
terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan
membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi
di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku
semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita
langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak
kencang di bagian “anu”.
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana,
namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman
dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar
mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin
kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita
menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu
sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu
yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di
ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali
ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali
menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu
lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki
kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan.
Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama
Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan
lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan
dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain.
Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit
dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan
sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras
persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak
lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya
terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba
menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi,
aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga
ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku.
Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin
hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur.
Begitupun Anita.
Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita,
kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih
sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah
tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam
seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian,
“Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang
untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya
Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih
kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang
baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana
rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan
ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu
menjilatnya.
Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’
gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri
tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil
tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak
lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama
kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes
di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda
darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai,
aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita,
sementara Anita juga rebahan di samping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar