Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.
“Ini namanya sonny En, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan
kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan
tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung
tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku
bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan
branya.
Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan
mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga
bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku.
Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit
tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling
berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku
yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa
untukku (kuyakin juga untuk Enny).
Sekitar lima menit,
keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun
menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,
Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”
Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi
proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul
besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny
tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu
persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.
Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan
CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami
berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit
tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke
lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan
desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.
Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah
itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian
kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda
sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya
dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung
mengeras.
Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan
CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang
dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu
banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina
Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya
agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.
Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan
kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya
dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir
vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di
klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina
yang sangat indah ini.
“Enny, memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku
sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.
“Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.
“Pak Irwan mau kan?”
“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat
kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang
kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”
Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku
dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh,
Enny nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku
bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny
sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan
vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari
vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat
puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku
senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama
kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak
seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan
mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny
sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat
giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit
tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin
lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya
batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan
getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.
“Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas
kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya
pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku,
yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan
kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan..
slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny
memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.
Aku
merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus
berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan
dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit
meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan,
sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya
sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan
keindahan vaginanya.
Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas
lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat
konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh
suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali.
Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!
Belum sempat
aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat
gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin
cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia
‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya
sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku,
dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak
bertahan.
Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati
dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi.
Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan
alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.
Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku
ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak
sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini
kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.
Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina
Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat
ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.
“Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.
“Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng
ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Enny.
Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa
itu, Enny mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan
memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam
vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil
mengerang panjang, tubuhku mengejang.
“Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang”
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
“Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”.
Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan
erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang
tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi
banyaknya. Kami berciuman.
“Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.
“Pak Irwan suka memek Enny?”
“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.
“Jauh lebih enak kamu sayang”
Enny tersenyum.
“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar