Rabu, 20 April 2011

Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Anis semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Anis mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Anis tersenyum nakal.

“Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya.”

Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Anis sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Anis sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.

“Ssstop Doni… jangan disini… kita ke hotel aja… mau?” kata Tante Anis setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi.

Aku mengangguk setuju.

“Tapi Dewi gimana tante…. masak ditinggal?”

“Tenang aja, itu urusan tante… kamu naik dulu… tante mau bicara sama Dewi.”

Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku kembali ke kolam renang tampak Dewi dan Tante Anis sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk.

“Doni, keberatan nggak kalau Dewi ikutan acara kita?” tanya Tante Anis sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.

“Terserah Dewi aja, Doni sih nggak keberatan tante…” kataku.

“Iiih… emangnya acara apaan sih…?” tanya Dewi, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Anis yang sexy.

Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Dewi ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.

Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Anis lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan Tante Anis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil,

“Untuk bekal sampai pagi cukup nggak…?” tanya Tante Anis sambil tersenyum nakal.

Aku mengangguk setuju sementara Dewi masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.

Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah…..

“Eh.. seperti yang aku bilang tadi…. kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa… aku cuma nunggu kalian di mobil aja.”

“Aduh Dewi… kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey… kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan “extra-bed”. Gimana..?” tanya Tante Anis. Dewi akhirnya mengangguk setuju.

“OK aku di ruang tamunya aja… tapi kalian jangan ribut ya…. nanti aku nggak bisa tidur.”

Aku pikir Dewi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Dewi ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut. Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau “terpaksa” ikut bergabung. Hmm… kalau Dewi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.

Kamar hotel yang dipesan Tante Anis cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Dewi merebahkan dirinya di kursi sofa.

“Selamat ML yaa… aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak.”

Sampai di kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Anis lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Anis, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh… rupanya Tante Anis sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Anis juga mulai melepas pakaiannya satu per satu.

Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun.

“Tante Anis… tante sexy sekali…,” kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya.

Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Dewi bisa ikut mendengar.

“Ah… kamu bisa aja,” tampak wajah Tante Anis memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda.

Tante Anis juga tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya.

“Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Anis malam ini sepuas-puasnya… lampunya Doni nyalain aja yaa…”

“Iihh… tante malu ah… khan udah nggak muda lagi…”

“Tapi tante masih sexy banget lho… swear deh…. Doni betul-betul terangsang.”

“Terserah Doni kalau gitu… emangnya Doni mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala…”

“Doni mau menikmati tubuh Tante Anis yang sexy ini sampai puas, Doni mau menikmati buah dada tante yang indah, Doni mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat klitoris tante, Doni pengen liat semua bagian dalam vagina tante. Boleh khan…?” kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.

“Tentu boleh aja sayang…., malam ini tante jadi milik kamu. Doni boleh liat apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun… pokoknya boleh ngapain aja… sesuka kamu sayang….. Tapi sebaliknya Doni juga jadi milik tante malam ini yaa…. Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Doni…gimana?” tanya Tante Anis sambil mendorongku ke tempat tidur.

Mulailah Tante Anis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Anis cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.

“Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri… tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante….” kata Tante Anis sambil terus menjilati kepala penisku.

Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow… rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.

“Oohh… tante… enak banget tante…. mmhh… isep terus tante…,” aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Dewi terpancing untuk ikut bergabung.

Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Anis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Anis makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku.

“Mmhh…. mmhh…..” Tante Anis mulai mendesah-desah menahan nikmat.

Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Anis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya. Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Anis sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Anis menggelinjang keenakan.

“Ah… Doni…. mhh…. masukin sekarang sayang… tante udah kepengen ngerasain penis Doni di dalam vagina tante,” katanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya.

Tante Anis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dewi.

“Sabar dulu ya tante… Doni pengen banget jilat vagina tante… Doni nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu… boleh….?”

“Terserah Doni sayaang…. tante udah kepengen banget sampai puncak….”

Pantat Tante Anis kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Anis begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya.

Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Anis, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Anis meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.

“Oohh… oohh… mmhh… Doni…. mmhh… adduhh….” Suara Tante Anis makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat.

Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Anis, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.

“Aaahh… Donii… tante nggak tahan Don…. adduuh…” desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang.

Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Anis akan mengalami orgasme.

Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah… rupanya Dewi mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.

“Doni… Doni… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar…. mmhh…. ahh…aahh…,” akhirnya seluruh tubuh Tante Anis menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas.

Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Anis mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Anis perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme.

“Doni… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes…. rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua….”

Aku hanya tersenyum.

“Gimana tante… udah siap lagi….,” tanyaku menggoda.

“Bentar lagi ya Don… badan tante masih lemes…. dan lagi rasa enaknya masih belum hilang….”

Sementara itu kulihat Dewi sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.

“Dewi, kalau mau gabung kesini aja… nggak apa-apa kok,” kataku memancing-mancing.

“Iih… enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih… sampe Dewi nggak bisa tidur.”

“Iya Dewi… sini aja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML,” Tante Anis ikut menimpali.

Dewi kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.

“Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dewi ikutan ngeliat di sini…?” tanyanya sambil duduk di kursi.

“Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Don…… Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku,” kata Tante Anis sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan.

Wajah Dewi tampak merah,

“Ah.. Dewi cuma mau liat kalian aja dulu….”

Betul dugaanku, sebenarnya Dewi mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.

Sementara itu Tante Anis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.

“Ayo sayang… kita lanjutin lagi…. sekarang punya kamu harus dimasukkin ke sini ya… tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu…”

Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Anis dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Anis mulai menggeliat-geliat kembali.

“Ah… Doni… tante jadi konak lagi… punya kamu masukin ya…. sekarang sayang… sekarang… tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini…” Tante Anis terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras.

Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Anis sehingga bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki.

Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Anis yang sudah siap menanti sejak tadi, dan… blesss… dengan sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya.

“Aahh…” teriak Tante Anis sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut penisku.

Rupanya Tante Anis sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap.

“Aduhh.. Doni… penismu sampai ke ujung… enak banget…. mmhh… terus sayang… tusuk yang kuat sayang… tante suka…. mmhh… mmhh…. mmhh… mmhh …mmhh ..” Tante Anis terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku.

Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Anis tidak akan bertahan lama.

Beberapa saat kemudian Tante Anis minta ganti posisi, dia ingin berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Anis memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Anis lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras,

“Mhh… mmhh.. mmhh….” aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Anis.

Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Anis, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Anis dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Anis di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali….

“Aduh… tante mau keluar lagi sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante Anis menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua.

Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.

Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian Tante Anis terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Dewi, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat “live-show” di depan matanya… Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi. Permainan liar Tante Anis mau tidak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Dewi untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Anis saja. Setelah Tante Anis mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.

“Doni… tante masih lemes… sabar sayang…. sebentar lagi…. mmhh… mmhh…” Tante Anis mencoba mendorongku.

Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Anis sudah mulai terangsang lagi. Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat.

Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Anis.

“Doni… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh…. dasar anak muda….. mmhh… adduuh sayang… nanti tante bisa keluar lagi…. mmhh… Doni… aduuhh… mmhh… tante jadi konak lagi… aahh… kamu ganas sekali….” kurasakan pinggul Tante Anis yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku.

Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Anis menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.

“Tante… udah mau keluar belum…..?”

“Mmhh… iya sayang…. tante udah mau keluar lagi…. mmhh …mmhh…”

“Sekarang kita barengan ya… Doni juga udah mau keluar….”

“Hmmhh……. keluarin aja sayang… keluarin semuanya di dalam…. tante siap menampung…. tante udah nggak tahan sayaang.. … tusuk tante yang kuat……. mmhh…. uuh… rasanya penis kamu makin besar….. dorong yang kuat sayang….. iya… seperti itu sayang… iya… masukin yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi…. aahh… aagh….!!”

“Tante… mmhh… aduuh… Doni udah nggak tahan lagii….. aahh… aahh.. aagghh…!!”

Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Anis menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Anis juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat.

Aku dan Tante Anis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Anis…. Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Anis. Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Anis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah vagina Tante Anis lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Anis. Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan badannya dan mengelus-elus penisku.

“Gila kamu Doni….. belum-belum tante udah keluar tiga kali… kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi….”

“Ah nggak apa-apa tante… khan ada Dewi, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek… iya nggak,” kami tertawa cekikikan melirik Dewi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.

“Iya Dewi, ayo kamu ikutan sini dong… bantuin aku ngerjain Doni… aku nggak bakalan kuat kalau sendiri,” kata Tante Anis ikut memanaskan suasana.

“Ah… kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Anis…, tuh liat… Doni punya udah lemes… kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dewi….,” kata Dewi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.

“Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dewi mau ikutan nggak…?” pancingku.

“Boleh aja… tapi buktiin dong kalau Doni punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi,” kata Dewi.

Tampaknya Dewi sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.

“Ok… aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Dewi yang bangunin yaa…” kataku tersenyum.

“Iya… tapi dibersihin dulu dong… Dewi nggak mau bekas Teh Anis… he… he.. he…”

Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Anis. Saat keluar dari kamar mandi tampak Dewi sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Anis gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok.

“Ayo sini anak muda…. kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi…” kata Dewi sambil tersenyum nakal.

Setelah mendapat alasan yang pas, Dewi yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Anis. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.

Tanpa banyak basa-basi lagi Dewi langsung mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Anis. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dewi mulai menjilat-jilat batang penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Dewi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan. Dewi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali membesar dan mengeras, Dewi semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.

“Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan… sekarang giliran Dewi memenuhi janji untuk ikut bergabung… gimana?” Dewi cuma tersenyum sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku.

Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan payudara Dewi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Anis, meskipun sudah 3 tahun menikah Dewi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis perawan.

Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dewi dan kemudian akhirnya sampai ke daerah “Segitiga Bermuda”. Bulu kemaluan Dewi tidak selebat Tante Anis sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya. Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Dewi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya. Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Anis. Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras,

“Oohh……..”

Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Dewi bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dewi.

Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dewipun sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Anis yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas. Dewi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya. Gila…. nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang perawan. Untung saja Dewi sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Dewi tampak menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin Dewi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.

“Sakit sayang…?” tanyaku. Dewi menggeleng perlahan.

“Enak sayang….?” kataku lagi.

Dewi hanya mengangguk sambil tersenyum. Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dewi terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar.

Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Anis, persetubuhan dengan Dewi terasa begitu lembut dan indah. Kontras sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak. Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku melepaskan diri dan meminta Dewi untuk bergantian di posisi atas. Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang indah. Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Dewi makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Dewi mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri….

“Oohh… mmhh….mmhh… uuhh..” tampaknya Dewi mulai dekat menuju orgasme.

“Ahh… Doni… mmhh… Dewi di bawah aja ya… Dewi takut keluar duluan…..”

“Nggak apa-apa sayang, keluarin aja….”

“Enggak ah… Dewi mau keluar barengan sama Doni….”

Akhirnya Dewi kembali berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dewi dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Di posisi ini tampaknya Dewi lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kamipun mulai dibasahi oleh peluh.

Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol. Gerakanku makin kuat dan Dewi juga merasakannya sehingga diapun mulai agak mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dewi. Rasanya tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan….

“Dewi… aku udah mau keluar sayaang…. mmh…. sshh… sshh… mmhh…” aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi.

“Dewi juga mau keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Dewi nggak tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya….

“Aahh…. Donii….. mmhh…. aahh…. Dewi nggak tahan lagi sayang… aahh… aahh…!”

“Dewiii…. aduuh….. Donii keluaar………… aahh…!”

Tubuh kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu Dewi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan.

“Wow… keren…. hebat….” tiba-tiba kudengar Tante Anis bertepuk tangan memberi “applaus” untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan menggairahkan.

Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk berkomentar. Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dewi saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dewi tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Anis lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dewi meskipun tidak sebanyak Tante Anis. Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya.

Tiba-tiba aku merasa sangat haus dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini.

“Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya… melihat kalian ML tante jadi kepengen lagi lho…. Doni masih kuat khan…?”

“Ok tante,…. Doni masih kuat kok… liat nih… sebentar juga bangun lagi…” kataku menanggapi tantangan Tante Anis.

Kutunjukkan pada Tante Anis penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante Anis merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dewi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.

Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Anis mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Anis menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Dewi yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,

“Ah.. keterlaluan deh Teh Anis ini, si Doni belum sempat istirahat udah diembat lagi…. nggak kasian sama anak orang…” Tante Anis cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya.

Tak berapa lama kemudian Tante Anis melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.

“Doni… tante kepengen kamu masukin dari belakang ya…?” Tante Anis lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dewi sambil tangannya meraba-raba payudara Dewi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya.

Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Anis yang sudah merah merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Anis pada mulanya Dewi tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan dia membiarkan Tante Anis melakukan aksinya bahkan tampaknya Dewi mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Anis.

Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Anis tanganku mulai meraba vagina Dewi sehingga membuatnya makin terangsang. Kemudian Dewi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Anis mulai bergerak tak teratur dan desahannya makin keras.

“Aaah… mmhh… mmhh…. mmhh….”

Aku tahu sebentar lagi Tante Anis akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Anispun makin tak terkontrol.

“Donii…. aahh…. tusuk yang kuat sayaang…. iya… yang kuat sayang… teruss… teruss… tusuk yang dalam…. tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar lagii……… aaghh…” Tante Anis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga penisku masuk makin dalam.

Kutarik paha Tante Anis ke arahku dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dewi langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Anis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Dewipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.

Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang indah. Dewi tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak. Setelah beberapa menit berlalu, Dewi tampak mulai kelelahan dengan posisi “doggy-style”. Dewi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dewi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri sekarang sudah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya Dewi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Anis.

Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dewi yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dewi juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Dewi masih stabil dan belum mendekati orgasme. Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dewi yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat.

Akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Dewi juga cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dewi menjadi makin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras. Aku tahu Dewi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak orgasme….

“Dewi sudah mau keluar ya…….?” tanyaku.

“Hhmm… iya sayang… adduhh… sebentar lagi Dewi keluar…. barengan ya sayang…. sepertinya penis Doni juga udah makin besar… mmhh… enak banget….. vagina Dewi terasa penuh…. mmhh…. aahh….. fuck me honey…. fuck me hard… aahh…. aahh….”

Begitu kurasakan Dewi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan akhirnya…

“Dewi…. aku nggak tahan lagi… keluarin bareng sekarang yukk……”

“Iya sayang…. Dewi juga…. aahh… adduhh…. tusuk yang kuat sayang… fuck me…… yess… aahh… uuhh… Dewi keluar lagi…. aahh…… aagh…!!”

“Oohh…. Dewi…. mmhh Doni juga keluaarr…… aagh…!”

Akhirnya kami kembali orgasme bersamaan. Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah aku masih sanggup kalau Tante Anis minta lagi. Tapi kulihat Tante Anis juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja. Kami bertiga tidur saling berpelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut.

Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ah… ternyata Tante Anis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik mengulum penisku.

“Aduh… tante… pagi-pagi udah sarapan pisang…” kataku sambil tertawa.

“Hmm.. sorry ya Don,… tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Doni… nggak apa-apa khan…?”

Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante Anis. Tampaknya Tante Anis sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada pada puncak birahinya.

Sementara itu Dewi tampak masih tergeletak pulas disampingku.

“Doni sayang… tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa…. soalnya sebentar lagi khan kita pisah… jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Doni… mau khan…?”

“Masukin aja tante… Doni juga suka ML dengan tante…. pokoknya hari ini Doni mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi…. tante mau khan?”

“Hm…. dengan senang hati sayang….. ssttt… jangan keras-keras nanti si Dewi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu.”

Ah… kali ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Anis. Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tidak terlau sulit karena tampaknya Tante Anis tipe wanita yang sangat sensitif dan mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang. Kubiarkan Tante Anis menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak sampai lima menit Tante Anis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang kelima.

“Aahh… Doni…. tante keluar…. mmhh… adduuhh… aahh… aahh.. aaghh…!!”

Aku tidak memberi Tante Anis kesempatan beristirahat. Setelah tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Anis dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Benar saja, Tante Anis tampak kaget dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.

“Adduhh… Doni… tante jadi pengen keluar lagi…. aahh… aahh… aahh…”

Kurasakan badan Tante Anis mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam. Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas.

Tante Anis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.

“Donni….. kamu nakal…. nanti tante bisa keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh… mmhh…. Doni….. tante mau keluar lagii….. aduuhh… aahh….. dorong yang keras sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus…. jangan berhenti… aahh… aahh… enak sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh”

Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.

Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Anis berulang-ulang dengan cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Anis bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan.

“Aahh… Donnii…. uughh…. masukin yang dalam sayang…. masukin sampai ujung…. aahh…. enak banget….. aaahh… gimana nih…. tante bisa keluar lagi…. mmhh…. aahh… aduuhh… tante keluar lagi sayang… aahh.. aahh…..” kali ini tubuhnya menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa….

Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku.

Kali ini tante Anis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku untuk berhenti.

“Udah dong sayang… tante capek banget…. vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong… sakit… udah sayang… tante istirahat dulu… sebentar aja… nanti kita lanjutin lagi… kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang…” katanya sambil mencoba menahanku.

Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat supaya Tante Anis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Anis. Setelah beberapa saat tampaknya Tante Anis mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Anis menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas kembali.

Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan…

“Ahh… oohh… Doni…. kamu pinter banget sih… aahh… anak nakal…. tusuk tante yang kuat sayang… aahh… aahh… tante keluar lagi…. aahh….. aahh aahh..!,” teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Dewi yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun juga.

Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis sambil menunggunya kembali siap.

“Udah sayang… tante udah capek… tante nggak kuat lagi sayang…. udah ya sayang… vagina tante udah kebas…… please… tante udah nggak sanggup lagi……”

“Hmm… Doni masih pengen terus tante… soalnya sebentar lagi kita pisah… Doni mau menikmati tubuh Tante Anis hari ini sampai sepuas-puasnya…” kataku sambil memulai lagi tusukan penisku.

“Ayo dong sayang….. udah dulu… kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi…. tante janji deh…. tapi sekarang udah dulu tante capek banget… tenaga tante udah abis….”

“Yang ini terakhir tante… Doni juga udah mau keluar kok… boleh yaa…” kataku sambil mengecup bibirnya.

Tante Anis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Anis. Tampaknya Tante Anis juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.

“Ahh… Doni…. keluarin punya kamu sekarang sayaang… tusuk tante yang kuat… tante juga udah mau keluar sekarang……. aaaahhh..!!”

“Ayo tante kita barengan… ini yang terakhir…. aahh Doni keluarr… aaggh…!”

“Aahh…… mmhh… tante juga keluar lagii….. adduhh maakk… enak bangeett…… aaghh…!”

Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas. Kukecup bibir Tante Anis dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Anis sudah sangat merah dan Tante Anis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Anis, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.

Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dewi,

“Hey… kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dewi sih… emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa….”

“Sudah berapa lama sih kalian main… kok kayaknya seru banget… Anis sampai basah penuh keringat gitu…,” lanjut Dewi lagi.

Tante Anis hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu.

“Enam kali…?? Ah gila juga… bener-bener teteh maniak ML….. Dewi baru tau….” kata Dewi melotot memandangi Tante Anis seolah tidak percaya.

“Swear… enggak juga Wi…. aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Doni apa gue….” kata Tante Anis membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan.

“Dewi juga pengen dong sayang…. nggak usah enam kali kayak Teh Anis tapi Dewi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah… ya sayang….. please… aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu. Ok, honey…..” Tapi tampaknya Dewi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.

“Kalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok….. dari tadi aku liat Teh Anis ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dewi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please honey… jilatin punyaku seperti kemarin malam…. Dewi suka kok… jilatin terus sampai Dewi puas… pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa…… please honey… eat my pussy…. please…” Dewi yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas.

Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku. Aku ingin membuat Dewi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti Tante Anis. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Dewi di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.

“Nah… gitu sayang… jilatin vagina Dewi… hmmh… enak banget…. Dewi belum pernah orgasme pakai oral… sekarang Dewi pengen ngerasain… ayoo sayang… bikin aku terbang melayang ke bulan…. c’mon honey… lick my pussy…. mmhh… yesss… I like it… yess… make me cum honey…”

Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.

Tampaknya Dewi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dewi mulai bergetar tak beraturan. Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya. Ini membuat Dewi menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga.

“Mmhh Doni… adduhh… Dewi nggak tahan lagi adduuhh… terus isep yang kuat… c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh enak bangeett…. aahh… oohh…. oohh…!!” tubuh Dewi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat.

Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dewi yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dewi merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Anis. Dewi masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu beristirahat.

Dewi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir.

“Aduhh… Doni sayang… kamu ganas banget sih…. Dewi masih capek nih…. istirahat dulu yaa…. please honey…”

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dewi mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Dewi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.

“Donni….. mmhh… gimana nih… Dewi bisa keluar lagi sayang……. aduhh… aahh… keluar lagi deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” kedua tangan Dewi mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku.

Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Dewi dan membiarkan dia menikmati orgasmenya. Begitu cengkeraman Dewi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Dewi tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.

“Doni… udah dulu dong sayaang… Dewi masih capek….. Dewi lemes banget sayang…. please…. gimme a break, honey….”

Tapi sama seperti dengan Tante Anis sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Dewi mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.

“Doni… gantian ya… Dewi pengen di atas….”

Aku lalu merebahkan diriku dan membiarkan Dewi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Dewi benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Anis, gerakannya mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu. Akhirnya Dewi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.

“Donii…. aahh… Dewi udah nggak tahan… uuhh… mmhh….. Dewi keluar lagi…. mmhh… yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!”

Akhirnya pinggul Dewi menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dewipun terkulai lemas di atas tubuhku.

Kelihatan Dewi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Dewi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya.

“Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Dewi udah mulai ngilu…. berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar aja… nanti boleh lagi….” Dewi mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya.

Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dewi, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif. Kalau Dewi terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Dewi mulai naik kembali.

Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Dewi benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Dewi sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.

“Doni sayang… Dewi mau keluar lagi….. adduhh… adduhh… enak banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh… mmhh…. adduhh… Dewi keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”

“Ayo Dewi…. kita barengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!”

Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dewi, sementara tubuh Dewi menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.

Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante Anis masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja. Untunglah kami bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari kami yang berani meminta lagi. Tanpa sadar hari sudah terang dan waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kamipun akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel. Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang perasaan nikmat yang kami alami…

“Doni… kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai sekarang masih gemeteran. Veggie tante juga rasanya masih kebas… belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin… kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh….”

“Iya nih… Dewi juga sampai teler banget, tega banget sih kamu sayang… kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja….! But anyway thanks ya… Dewi belum pernah ML senikmat ini… I feel great…. kapan-kapan Dewi mau ikutan lagi yaa…”

“Aduh… Tante Anis dan Dewi juga nggak kira-kira ganasnya, Doni sendiri juga sudah kehabisan tenaga. Untung aja tante nggak minta nambah lagi, ML yang terakhir dengan Dewi tadi bikin Doni bener-bener udah nggak kuat lagi. Tapi ngomong-ngomong kapan kita bisa ketemu lagi tante… Terus terang ini pengalaman Doni yang pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Doni kayaknya ketagihan pengen lagi… Doni nggak bisa lupain pengalaman ini.”

“Itu gampang diatur… ini kartu nama tante, Dewi juga kerja di kantor yang sama. Nanti kapan-kapan kalau Doni pengen ketemu tinggal telpon aja, bisa kita atur waktunya. Yang jelas tante nggak mau ketemu sendirian dengan Doni, paling tidak tante akan ajak Dewi atau tambah cewek lain biar gantian Doni yang kita habisin sampe nggak bisa bangun…ha…ha…ha…”

“Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari Jumat, Doni rutin berenang di sana setiap hari Jumat….” kataku memberi alternatif.

Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk mengambil motor kamipun berpisah.

Tante Anis sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku. Setelah kejadian itu kami sempat beberapa kali mengadakan pertemuan dan mengulangi pesta seks, kadang di Ciater, kadang di Puncak, atau di Lembang lagi. Sekali waktu Tante Anis pernah mengajak seorang temannya lagi dan itu benar-benar membuatku kehabisan tenaga karena harus mengalami orgasme sampai delapan kali dalam semalam untuk melayani tiga orang wanita yang haus akan kenikmatan syahwat.

Aku lahap kedua gunung kembar itu satu per satu. Supaya jeritannya tidak terdengar, aku tutup mulutnya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku menahan rontaannya dan mulutku menjelajah payudaranya yang indah itu.

Aku terus mempermainkan puting susunya dan mulai berani melepas tangan kiriku di vaginanya yang mulai becek. Perlawanan Cynthia tidak terlalu berarti buatku. Ia terus meronta-ronta tapi akhirnya kehabisan tenaga.

“Ooouh…” lenguh Cynthia saat aku sentuh klitorisnya, matanya merem melek keenakan.

Sirna sudah rontaan demi rontaan yang dari tadi dilakukan Cynthia, berganti goyangan pinggul malu-malu dari seorang perawan.

Aku mulai merasa Cynthia menyukai permainanku maka ku lepas tanganku dari mulutnya dan mulai meremasi payudaranya yang indah dengan kedua tanganku. Mulutku terus bergulir kebawah sambil menyapu tubuhnya dengan jilatan sampai akhirnya aku berhadapan dengan miss cheerful-nya. Aku intip sedikit, Cynthia pura-pura tak melihatku, ia palingkan wajah ke samping tapi terlihat jelas ia sedang menanti-nantikan apa yang ingin segera kulakukan.

Kusapu bibir vaginanya.. pantat Cynthia terangkat sedikit. Kusapu sekali lagi belahan vaginanya… tubuh Cynthia menggelinjang kegelian.. lalu kulahap klitorisnya, kusedot-sedot dan kupilin-pilin dengan lidahku. Cynthia langsung menjambak dan mengusap-usap rambutku. Kali ini dia sudah tak tahan utk bertindak pasif. Pinggulnya digoyang-goyang mengikuti irama bibirku melahap klitorisnya yang kini sudah basah.

“Oouuch…. sssh…..” rintihnya

“Mmmmhh…. enak ya sayang? mmmh….” ujarku menyela.

PLAAAKKK!!! Tamparan telak ke pipiku. Aku kaget bukan main tapi tangan itu kembali menjambak dan mendorong kepalaku supaya terus mengoralnya…

Aku semakin bersemangat dibuatnya… tanda-tanda kalau dia juga mau sama mau mulai diperlihatkan. Aku semakin intens memberikan variasi oral di klitorisnya. Tanganku sesekali berputar-putar mengorek bagian luar liang vaginanya. Rupanya Cynthia yang selama ini kukira cerdas dan baik-baik memiliki bakat terpendam.. bad girls wanna be..

Cynthia makin belingsatan, pinggulnya berayun-ayun dan nafasnya memburu.

“Ko.. An..dre, mmpfh… te..rus..in.. aaahk.. enak… kkooooh….” rintihnya terbata-bata sambil menggigit bibir bawahnya..

“Mmmmph.. mmpphhhh…. mmpphhfff… aaakhhh… yes right there……!!” lenguhnya panjang sambil memeras payudaranya.

Rupanya Cynthia orgasme.. vaginanya menyemburkan cairan yang langsung kusapu dengan lidahku.

Aku mengambil posisi disebelah Cynthia yang terpejam lemas sambil bertelajang. Aku buka bajuku dan memeluknya dari samping-belakang. Kubelai rambutnya hingga ke buah dadanya.. kupeluk erat dan ku ciumi lehernya.

“Mmmh.. wangi kamu enak Cyn.. wangi khas wanita..” bisikku ke telinganya.

“Ko.. kenapa ko andre tega sih…?” lirih bibir manis itu berucap

“Tega apa Cyn..? Emang kamu gak suka ya?” aku bertanya balik

“Suka..” jawabnya lirih.

Sekarang Cynthia berbalik menatapku,

“Ko, tadi pas terakhir enak banget!! Itu orgasme yah?” lanjutnya.

“Iya, itu orgasme sayang.. kamu suka?”

“Suka bangeet… enak banget… nanti aku mau lagi!” jawabnya.

Huff.. tadinya aku berniat memperkosa dengan menanggung segala akibat, ternyata gadis manis ini malah minta lagi.

“Sayang, kamu udah pernah pegang kontol cowok blom?” tanyaku.

“Pernah, punya mantanku!” jawabnya cepat sambil mengelus kontolku dari luar celana.

“Kalo gitu kali ini kamu kocokin aku ya..!” pintaku sedikit memelas manja.

Cynthia langsung membuka celanaku, ditangkapnya batang kontolku yang sudah keras dan dia mulai turun kebawah memberikan servis oral.

“Mmmh… enak banget sayang. Kamu jago oral tapi kog gak tau orgasme?” tanyaku setengah curiga.

“Hiha, hahu hulu hering horal hacarhu.. (iya, aku dulu sering oral pacarku)” jawabnya.

“Tapi itu dimobil, jadi dia gak pernah sentuh punyaku” lanjutnya lagi sambil terus mengocok batang kontolku dengan tangan.

“Kontol ko Andre gede yah.. enak!” sambungnya lagi.

“Kalo enak, diisepin lagi aja Cyn…” kataku lagi.

Tiba-tiba pintu kamar Cynthia menjeblak terbuka.

“Haaallooo manis..” suara itu terputus saat melihat aksi kami berdua.

Ternyata itu mamanya Cynthia yang pulang shopping kena macet karena hampir banjir. Tante Reni. Masih muda, lebih cantik dari Cynthia, badan terjaga dan lebih sintal. Dia cantik sekali dengan rambut bergelombangnya yang dicat sedikit pirang. Susah juga menjelaskan parasnya, karena gak terlalu mirip artis, tapi yang pasti dia cantik.

“Kalian apa-apaan..?” bentaknya.

Kamipun baru sadar dan cepat-cepat berberes. Berharap seolah-olah mamanya Cynthia tidak melihat apa yang baru kami lakukan. Sebelum marah lebih jauh Cynthia memotong pembicaraan ibunya

“Kenapa ma?? Apa cuma mama yang boleh begini sama pak Asep??”

Bukan main, ternyata tante cantik ini sering kesepian ditinggal suaminya dan sering minta jatah dari sang Supir.

“Kamu… kamu…. kamu tau dari mana?” tanya mamanya kaget.

“Aku tau dari dulu ma! Tiap pergi arisan mama selalu begini kan di mobil?” Cynthia sengit.

“Ah udah deh, daripada saling ngadu ke Papa mendingan mama ikut aja sama Ade.” lanjutnya lagi.

Kemudian si tante yang malu ngeloyor pergi keluar kamar. Aku yang kaget, takut dan bingung cuma bisa bengong dan menyesal kenapa pintu gak dikunci sampai tiba-tiba batangku digigit-gigit kecil oleh Cynthia.

“Mmmmmffh… enak Cyn.. terus Sayang..” pintaku.

Cynthia makin bernafsu mengulumi batang zakar dan biji peler ku. Kepalanya berayun-ayun memberikan aku kenikmatan.

Tak berapa lama pintu kamar terbuka lagi. Tante Reni masuk ke kamar setelah berpakaian lebih santai.

“Andre, ternyata kamu liar juga yah…” katanya.

“Tante bayar kamu untuk beri les pelajaran, bukan yang seperti ini!” sambungnya lagi sambil duduk ditepi ranjang.

Aku sendiri mulai ngerasa gak enak karena sebenarnya aku menaruh hormat pada setiap orang tua murid lesku.. Tapi apa boleh buat, anaknya yang binal masih saja mengulumi batang dan buah zakarku. Aku tidak dapat menjawab sepatah kata pun. Tapi tante Reni langsung berinisiatif untuk mencium bibirku. Tante Reni juga sudah bernafsu. Akupun langsung membalas ciumannya, ku sentuh pipinya lalu kurangkul tengkuknya supaya ciuman kami lebih hot!

“Tante, mau ikutan?” tanyaku sok asik.

“Iya dong, sekali-kali tante pengen coba daun muda!” jawabnya nakal.

“Cynthia, kamu sejak kapan kayak gini? Kamu udah gak Virgin?” tanya tante Reni ke putri satu-satunya itu.

“Masih kog ma, kalo sama ko Andre sih baru kali ini..” jawabnya sambil melepas kulumannya dan mengocok kontolku dengan tangannya.

“Dre, oralin tante nih.. pengen coba kemampuan kamu!” tanpa basa basi tante Reni langsung ngangkang diatas aku yang terduduk sambil menikmati oralan anaknya.

Aku langsung melahap vagina tante Reni, kalo yang satu ini aku berani colok-colok dengan jariku, karena toh memang sudah gak perawan.

“Oooh ndre, e….nak! terusin sayaaaang..” kata tante Reni.

Tiba-tiba aku mulai merasakan kontolku berkedut-kedut dan siap menyemburkan cairan sperma. Ku goyangan pinggulku maju mundur seperti sedang bersenggama tapi dengan bibir Cynthia.

“Cyn.. terus.. yang.. aku.. udah … “.

CROOTTTT spermaku memenuhi mulut Cynthia, yang langsung ditelan habis dan dijilati hingga bersih.

Tapi tak tahu kenapa, aku tidak langsung lunglai.. Mungkin karena ada dua wanita cantik seperti model yang sedang bertelanjang dan mencari kenikmatan dari tubuhku.

Batang zakarku masih keras, tapi Cynthia berlari ke toilet. Mungkin dia ingin berkumur pikirku. Tinggal aku berdua sama tante Reni.

Kemudian tante Reni melepaskan vaginanya dari mulutku, ia turun kebawah mengambil posisi duduk di pangkal pahaku. Tangannya menggapai kontolku yang masih keras lalu mulai dikocok-kocok sedikit.

“Andre, mau di oral lagi atau ngerasain memek tante?” tanyanya centil sambil merunduk dan menjilati dengan nakal pangkal kontolku.

“Mmmmmfh…. terserah tante…” jawabku.

Si tante memberi servis oral, kontolku ditelan semuanya tapi aku bisa merasa lidahnya didalam sana berputar-putar menyapu kepala kontolku, sedotan-sedotan yang dibarengi gigitan kecil membuat aku merem melek

Setengah mati menahan nikmat.

“Sssssh….. aahh….. tan.. jago banget…” kataku.

“Entotin Andre, tante…” pintaku lagi sambil meresapi nikmatnya kenyotan tante Reni.

“Emangnya oral-an tante gak senikmat Cynthia ya?” tanya tante Reni sambil kembali menduduki pangkal pahaku.

“Justru enak banget.. aku takut gak tahan tan.. aku kan masih pengen ngerasain bercinta sama yang ahli..” sambungku.

Bless.. kontolku tiba-tiba terasa hangat.. rupanya tante Reni gak mau nunggu lama untuk menjajal kontolku.

“Mmmfh.. kontol kamu gede yah ndre”

“Suamiku punya sepanjang ini juga, tapi gak selebar kamu punya sayang..” sambung tante lagi.

Sekarang posisi kami women on top, tapi tante Reni merebahkan badannya keatas badanku, sehingga dia bisa leluasa mencupangku atau mengulumi bibirku.

Gerakan maju mundurnya pelan dan erotis, saat dia maju aku merasa seperti kontolku disedot-sedot (baru aku tau sekarang, itu namanya kempot ayam), lalu saat bergerak mundur pantatnya sengaja dicondongkan keatas supaya penisku seperti terjepit.

“Ssssh… oh yessh… nice baby..” aku tak kuasa menahan desahan.. nikmatnya benar-benar seperti disurga-dunia.

Leherku sudah merah-merah dicupang, bibirku sampai kebas dikulumi, dan kontolku rasanya sedang mengalami kejadian maha dahsyat.

Aku langsung mengubah sedikit posisiku. Kedua kakiku kutekuk sedikit sebagai kuda-kuda. Kuremas pantat berisi tante Reni lalu kuangkat sedikit. Kini ada rongga antara pangkal paha tante Reni dan aku. Aku mulai menghujamkan kontolku dengan irama karena sekarang aku yang memegang kendali.

“Oooooh.. mmmfh.. trus Ndre!” Tante Reni meracau saat aku menghujamkan keras-keras batang kemaluanku sampai amblas semuanya.

Tiga menit berselang aku mulai bosan, aku ajak tante mengubah posisinya lagi. Aku mau doggy Style, lalu si tante pun menuruti dengan berlutut membelakangi aku.

Pahanya sedikit dirapatkan supaya sesuai dengan ketinggian aku yang berdiri dilantai. Lalu kurangkul pinggulnya dan kuarahkan kontolku.. aku terkesima melihat keindahan lekuk tubuhnya tante Reni yang begitu indah, kulitnya juga putih bersih dan mulus, vaginanya juga terawat dan berwarna merah muda.. kubenamkan sedikit-sedikit kontolku lalu ku pompa dengan penuh perasaan sesekali kuhujamkan keras-keras secara tiba-tiba.

“Aakh.. gila kamu Ndre. enak bgt!! Sssshh…” kepalanya kini dibenamkan diranjang. Badannya miring hanya pantatnya saja yang nungging.

Cynthia sudah kembali dari toilet, mukanya kemerahan, dia berjalan kearah kami yang sedang ber-doggy-style. Cynthia hanya memandangi mamanya yang sedang melenguh dan merem melek menerima hujaman kontolku.

Tante Reni memang sudah jago bercinta, disaat giliran aku yang memberi servis, pinggulnya ikut diliuk-liukkan membuat rasa kempotan memeknya makin memijat-mijat batang kontolku.

Cynthia terlihat mulai panas dengan adegan kami, ia mendekati aku dan mulai menciumi bibirku.. disodorkannya juga buah dada kencangnya ke arah mulutku.

Edan, aku dikerjai (atau mengerjai) ibu dan anak sekaligus.

“Ma, kapan giliranku?” tanya Cyntia kepada ibunya yang sudah bermandi peluh dan terpejam-pejam merem melek.

“Iyah.. sab..har.. mama.. dikit lagi.. Terusin Ndre!” jawab tante Reni.

Sekarang dia bangun dan bertumpu pada satu tangannya, tangan yang lain memainkan klit-nya.

Selang beberapa waktu tubuh tante Reni mulai bergetar. Sudah hampir orgasme tampaknya, makanya ku percepat aksiku. Kutambahkan tempo dan hentakan-hentakan pada liang vaginanya.

“Mmmmfh.. yes… yes… akhhh… teruuusss… terusss… mmffh… enak sayang…”

“Terusss.. dikit lagi ndre!”

“Yes.. yes.. aaaaahh…. ssshh…….”

Ceracau tante Reni menandakan dia sudah orgasme, badannya meliuk-liuk dan mukanya dibenamkan lagi di ranjang.. pelan-pelan ia keluarkan penisku yang masih keras dari vaginanya sambil menahan getaran tubuhnya.

“Makasih ya sayang, enak banget!!” ujarnya lalu tertelungkup dan tertidur.

Cynthia yang dari tadi sudah berdiri ngangkang sambil mengelus-elus memek beceknya pun siap menerima giliran. Hari ini badanku fit sekali, setelah orgasme yang pertama tadi kontolku masih tegang berdiri dan tahan lama.

Lalu kurebahkan tubuh Cynthia disebelah mamanya.. aku minta dia telentang dan aku mengambil posisi missionary. Dalam pikiranku, memerawani gadis harus sambil menatap matanya.. aku mulai dengan pelan-pelan menggesekkan kontolku dibibir vaginanya, sensasi gesekan itu cukup membuat tubuh Cynthia menggelinjang..

“Udah siap Cyn?” tanyaku

“Iya, ko.. masukin aja.. tapi pelan-pelan yah” pintanya memelas.

Aku mulai mengarahkan kontolku dan memasukkan pelan-pelan kepala kontolku. Seret banget.. beda dengan mamanya. Kugoyang-goyangkan pinggulku supaya cairan pelumasnya membasahi sempurna kontolku lalu ku masukan centi demi centi.

Darah mengalir dari keperawanannya, tapi mata Cythia tidak terpejam. Dia menatapku penuh arti, walaupun terbesit dimatanya rasa sakit perawan.

Bless.. penisku masuk dengan mulus.. sengaja aku masukkan sampai pol lalu kudiamkan sejenak. Aku merebahkan tubuh dan menciumi bibirnya sampai ke pangkal leher.

“Tahan ya sayang.. nanti kerasa kog enaknya” bisikku manis di telinganya.

Tanganku menggerayangi buah dada sintalnya memilin-milin puting susunya supaya lebih deras, pelumasnya melelehi batang kontol yang sudah masuk sepenuhnya.

Kaki Cynthia menjepit pinggulku, lalu ia mulai menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kanan pelan-pelan.

“Ko, entotin aku…” pintanya memelas.

Akupun mulai mengambil posisi, gerakan maju mundur diatas tubuh manis gadis yang baru saja 17 tahun ini kubuat sepelan mungkin supaya tidak menyakitinya.

“Aaaakh… sssh..” memeknya lebih menjepit daripada kempotan mamanya.

“Cyn, enak banget memek kamu..”

Hujan deras diluar sana menambah nikmatnya percintaan kami. Cynthia mulai menemukan irama bercinta. Memeknya sudah terbiasa dengan kontolku.

Gerakan demi gerakan, Cynthia semakin binal.. tanganku dituntunnya untuk meremasi buah dadanya.

“Ko, aku pengen coba diatas” ucap Cynthia.

Aku turuti saja, aku merebahkan diriku ke posisi Cynthia di samping tante Reni.

Sekarang Cynthia yang asik sendiri mencari-cari kenikmatan diatas batang kontolku. Goyangannya semakin panas dan erotis. Sementara itu aku mulai menjilati tanganku, kemudian mengobok-obok memek tante Reni dari belakang.

Dalam tidurnya tante Reni melenguh-lenguh.. kupermainkan klitorisnya, lalu kumasukan 3 jari ke memek tante Reni.. mungkin ia terlalu lelah sehingga hanya menerima saja perlakuanku.

Rupanya Cynthia merasa kurang senang saat aku bercinta dengannya, tapi aku malah ngerjain mamanya. Cynthia pun meminta aku yang melayaninya. Sekarang posisi kami doggy style.

Posisi favoritku, dimana sudah berkali-kali aku membuat wanita melunglai karena menerima orgasme yang kuberikan (termasuk beberapa mantan pacarku).

Lima menit berselang Cynthia yang masih baru pertama kali bercinta memang bukan lawan sebandingku. Cynthia mulai meliuk-liuk.. memeknya yang sempit makin kuat memijat-mijat batang penisku.

“Ko.. aku mau… orgas…me…. aaakhh…. sssh….” rintihnya..

“Iya nikmatian aja sayang” jawabku.

“Ooooh… yes… e…nak… mmfh… ssshh…” Cynthia bergetar hebat karena orgasmenya tapi aku tetap menggenjotnya supaya dia menikmati orgasme panjangnya.

Dua wanita tumbang bersebelahan, Cynthia dua kali, mamanya baru sekali, aku juga baru sekali. Kontolku masih berdiri keras, tapi sedikit lagi aku juga hampir orgasme.

Aku tarik tubuh tante Reni ke bibir ranjang, posisinya tidur miring.. lalu kubasahi memeknya dan kontolku dengan ludah dan kuhujamkan kedalam memek tante Reni.

Kocokanku benar-benar egois, aku hanya ingin mencapai orgasmeku yang kedua. Permainanku yang kasar membangunkan tante Reni..

“Ssssh… Dre, sa..kit…” rintihnya.

“Tahan tante, Andre lagi enak nih..” jawabku.

Genjotanku semakin kuat dan dalam-dalam. Si tante yang lunglai dari tadi mulai terpancing berahinya. Tante Reni membalikkan badannya, kedua kakinya diangkat dan ditumpangkan ke sebelah pundakku.

Aku peluk kedua paha jenjang tante Reni sambil terus ngentotin memeknya..

“Mmmmfhh… ssssh… terus sayang…” rintih tante Reni.

“Tante udah mau keluar lagi?” tanyaku

“Iya sayang.. kamu masih lama?” tanyanya

“Udah hampir nih, kita bareng-bareng yah..” pintaku tersengal-sengal..

“Ooouch.. sssh.. yes honey.. Fasteer.. YESSShhh… Faasteeerrrr…” jerit tante Reni.

“I’m gonna Blow Honey…” jawabku.

“Me too baby…” tante Reni menjawab cepat.

Kedua tangannya memegangi buah dadanya yang bergoyang-goyang cepat.

“Keluarin di dalem aja” sambungnya lagi.

Kocokanku makin cepat, memek tante makin keras memijit batang kontolku, aku sudah sampai puncaknya.

Croott…. zzzrt… Crottth.. Crottth…

Sperma hangatku menyembur kedalam memek tante Reni seiring sodokan kontolku. Kontolku terus kukocok, kamipun mengalami orgasme panjang.

Penisku menyembur sekali lagi dibalas lelehan cairan orgasme tante Reni.

“Aaaaaakhhh…. enak banget entotan sama tante” ujarku.

“Kamu inget ya Andre, mulai sekarang berhentiin semua murid kamu” jawab tante Reni.

“Biar tante yang bayar semua biayanya, tapi kamu harus selalu ada saat tante telpon” sambungnya lagi.

Aku sudah terjerembab diantara 2 wanita itu, aku mau beristirahat.. aku sudah tidak menjawab kata-kata tante Reni lagi dan tertidur.

Jam 7.30 malam aku terbangun, Cynthia yang memanggilku dan mengajak ke ruang makan. Tante Reni sudah masak makanan spesial, Sapi masak Jamur (katanya bisa bikin “kuat”), Tiram mentah (ini juga bikin “kuat”), dan beberapa sayur lain.

Makanan pencuci mulutnya sarang walet (ini bisa nambah banyak spermanya yang artinya jadi lebih “kuat” juga).

“Andre, diluar masih hujan. Di TV banyak daerah macet karena banjir” tante Reni membuka pembicaraan.

“Ko Andre malem ini nginep aja yaa!” lanjut Cynthia dengan suara manja.

“Iya ndre, kamu disini aja..” tante Reni menambahkan.

“Lagian masih banyak pelajaran yang mau aku tanya ke koko..” kata Cynthia dengan mata genit, tangannya menggerepe kontolku dari bawah meja makan.

“Tapi.. aku juga banyak tugas” jawabku.

“Jangan alasan Dre, kamu kan gak perlu buru-buru lulus” rayu tante Reni.

“Yah, okelah.. ada kalian berdua aku pasti seneng” jawabku tersenyum.

Malam itu pukul 11 saat pembantu-pembantu terlelap, aku dan Cynthia menuju kamar tante Reni. Di Jacuzzi kamar mandinya kami bercinta gila-gilaan lagi, kami juga sempat pindah ke kolam renang di taman belakangnya, tapi karena takut terlihat pembantu kami putuskan untuk pindah lagi ke ruang keluarga di dalam. Kami tidur jam 5 pagi. Aku dicekoki Viagra saat sudah lemas karena orgasme beberapa kali.

Nampaknya tante Reni sedang “kemaruk” sehingga tiap saat ingin merasakan kontolku.

Sejak hari itu aku resmi menjadi pemuas tante Reni, pak Asep dipecat dan ganti supir baru yang tidak tahu apa-apa. Sedangkan Cynthia tidak terlalu sering ikutan karena memang tante Reni coba sembunyi-sembunyi.

Aku baru tahu kalau Ayahnya ternyata memang luar biasa kaya dan memiliki rumah di berbagai negara, tentu saja lengkap dengan selir-selirnya juga.

Jadi Permaisuri kesepian ini biar aku saja yang puaskan.

Aku sebenarnya paling suka kalau ada kesempatan berdua saja dengan Cynthia.. maklum lah, lebih seret dan tentu saja menjanjikan..

Sabtu, 26 Maret 2011

Akupun segera menarik tali BH bikini tersebut. Kuambil lotion kembali, sengaja aku memulai dari kaki, kuusap lotion dan memulai memijit dari telapak kaki, lalu betis, naik lagi ke paha, lalu tanganku sampai ke daerah CD, sengaja aku lebarkan kaki kakak pelan – pelan. Nampakbelahan pantatnya yang montok. Kupijit dengan lembut kedua belahan pantatnya, jariku juga dengan perlahan dan sesekali menyentuh ”tanpa sengaja” bagian terluar daerah memiaw kakak yang tertutup CD. Kak Erni juga diam saja, entah tidak tahu atau sangat menikmati pijitanku. Cukup lama aku memijat daerah pantat kakak. Samar – samar aku mencium bau aroma menyenangkan yang sudah lama kukenal, masa sih memiaw kak Erni mulai basah. Akupun meneruskan pijatanku dengan khidmat. Kak Erni berdehem sambil tertawa dan mengatakan kalau yang harus kupijit seluruh badan, bukan pantat. Aku pun mengambil kembali lotion, kali ini aku duduki pantat kak Erni, lalu aku mulai memijat punggung kak Erni. Kuusap – usap dan kubelai dengan lembut dan bertenaga bergantian. Saat sampai bagian tengah punggungnya, sengaja aku lebarkan jari – jari tanganku, dan sedikit menyentuh bagian pinggir teteknya. Nampaknya kak Erni benar – benar enjoy dengan profesiku sebagai tukang pijit, membiarkan saja semua pijatanku. Tanpa terasa tongkolku makin mengeras dan berdenyut – denyut. Sebelum aku kebablasan akupun segera menyudahi kegiatanku.

”Kak, sudah ya capek nih.”
“Yah..pijatan kamu enak lho, pegel kakak hilang nih, bentar lagi deh.”
”Ogah ah, capek. Memangnya bagian depan juga mau dipijit ?” tanyaku belagak lugu.
”Yehh...itu mah kakak bisa sendiri.Ya sudah, makasih ya adikku sayang.”

Kak Erni lalu segera berbalik, tangannya memegang BH bikininya, lumayan agak ke bawah sedikit sih, sehingga gunung kembarnya terlihat seperti meloncat keluar. Makin ngaceng deh...mending ke dalam deh. Baru saja aku berjalan, kudengar suara kak Erni sambil tertawa..

”Wan, benar lho pijatanmu enak, makasih ya, tapi kok tadi rasa – rasanya ada benda aneh terasa di atas pantat kakak...ha..ha..ha.”
”Sialan....kan aku lelaki normal, ini kan juga salah kakak...huh.” balasku tengsin.
”Makanya cari pacar sana...”
”Bawel ah...sudah deh berenang sana.”

Akupun segera menuju ke dalam rumah, gawat nih, tongkolku benar – benar nggak kompromi, terpaksa deh pakai cara tradisional. Segera aku masuk ke dalam, berdiri di tempat yang tidak terlihat dari arah kolam renang, namun aku bisa melihat ke sana. Kulihat kak Erni sedang duduk, nampaknya sedang mengoleskan lotion pada bagian depan tubuhnya. Celanaku segera kupelorotkan, tangan lumayan licin sisa lotion mijit kaki tadi, aku segera mengocok tongkolku, kulihat kak Erni sedang mengoleskan lotion pada area teteknya, nampak teteknya bergoyang, tangannya masuk ke balik BHnya, duh kenapa nggak diangkat sedikit saja sih pikirku. Kocokan semakin kencang. Lalu kak Erni nampak melebarkan kakinya, kini sedang mengolesi wilayah sekitar paha dan selangkangannya. Kukocok tongkolku makin cepat, Denyutan terasa makin kencang...Creet...creet..ah akhirnya keluar juga, lega rasanya. Segera saja kubersihkan muncratanku dengan celanaku, lalu segera menuju kamar mandi. Sambil mandi aku tersenyum sendiri...sudah lama juga aku tidak onani, karena biasanya langsung sama mama. Namun hari ini darurat, daripada bablas....

Tak lama kemudian mama pulang, setelah mama istirahat dan mandi, kami pun pergi jalan ke luar. Malamnya Kak Erni minta tidur di kamar mama, biasalah sudah lama tidak ketemu, juga karena dia semangat menceritakan kegiatan barunya di dunia perkuliahan...puasa deh malam ini. Besoknya juga sama...duh banyak banget sih ngegosipnya, tinggal aku merana sendiri di kamarku. Mama bukannya nggak paham dengan kondisiku, namun kami harus menjaga rahasia kami.

Untunglah hari ketiga kak Erni merasa bahan gosipannya sudah berkurang dan memutuskan tidur di kamarnya, aku sengaja memutuskan untuk tidur di kamarku sendiri, untuk kemudian nanti masuk menyerang ke kamar mama. Sewaktu kami nonton TV malam itu, saat kak Erni tidak melihat, aku mengedipkan mata ke mama sebagai kode nanti malam aku kepingin, Mamapun balas mengedip dan tersenyum. Tidak lama kemudian aku bilang sudah mengantuk, dan segera ke kamarku. Di kamar aku nyalakan laptopku dan mulai browsing, biasa pemanasan dikit buat adikku. Lega rasanya sebentar lagi bisa bermesraan kembali dengan mamaku tersayang. Huh...tersiksa berat aku, 3 hari ini mama sibuk kerja, juga tidak bisa aku datang ke kantornya, karena sedang rapat terus membahas proyek baru, sehingga tidak ada waktu buat nyolong – nyolong melakukan hubungan. Belum lagi tongkolku ngaceng terus kalau lihat kak Erni dengan bikininya di kolam renang tiap sore. Setengah jam kemudian aku dengar TV dimatikan, dan suara kak Erni mengucapkan selamat tidur ke mamaku. Sabar bentar lagi dik...kamu akan menemukan lubangmu....sabar. Aku meneruskan menjelajahi situs – situs porno favoritku. Satu jam kemudian aku matikan laptopku, kubuka pintu kamar pelan – pelan, mataku melihat ke arah kamar kak Erni, kamar kami bertiga memang terletak di lantai dua, mengendap aku ke sana, kutempelkan telingaku di pintunya, selama satu menit aku konsentrasi mendengarkan, nampaknya tidak ada suara apapun. Yakin bahwa kak Erni sudah tidur, aku segera menuju kamar mama, membuka pintu, nampak mama mengenakan baju tidur mininya, sedang membaca. Mungkin karena birahi kami yang sedang dahaga, dan juga karena biasa bebas saat kak Erni tidak di rumah, maka aku jadi agak sembrono saat itu, aku hanya menutup pintu sebatas tertutup, tanpa melihat apakah sudah tertutup rapat, apalagi menguncinya. Yang ada dalam otakku adalah segera bermesraan dengan mama tersayang.

Mama yang melihatku masuk, segera menghentikan kegiatan membacanya, ditaruhnya bukunya ke meja di samping ranjang. Aku segera naik ke atas tempat tidur, tanpa basa – basi aku segera mencium bibir mama dengan gairah yang membara..sementara tanganku meremas – remas tetek mama yang masih terbungkus baju tidurnya...

”Ma, aku kangen banget nih...”
”Iya sayang, mama juga.”

Kami berciuman dan saling meraba satu sama lain, mama meremas – remas tongkolku yang sudah mengeras di balik celanaku. Dengan cepat aku segera membuka kaosku, lalu segera menelanjangi mamaku, mamapun membantu aku melepaskan celanaku. Segera saja aku gumuli mamaku. Aku peluk dan ciumi bibirnya, bulu keteknya, lalu aku segera turun ke daerah teteknya, mulutku dengan rakus segera menciumi dan menghisap puting susu mama yang besar bergantian, tanganku pun mulai meraba dan membelai – belai rambut kemaluannya yang lebat, Kuremas – remas rambut kemaluan yang tebal dan menggairahkan itu, lalu kuusap – usap memiawnya, jarikupun mulai dengan lincahnya mencari lubang memiaw mama, segera kutusukkan ke dalamnya. Mama nampaknya juga memahami gairahku, dan menerima semua rasa dahagaku yang tertahan selama 3 hari ini. Tangan mama memeluk punggungku, membelainya dengan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi bahwa ia mau aku memuaskan semua dahagaku. Tangannya pun mulai turun ke arah pantatku, dibelainya pantatku, lalu mulai menuju ke arah tongkolku, diraihnya kedua biji pelerku, diusap – usap dan dimainkan dengan amat lembut. Lalu ia mulai mengelus dan mengocok tongkolku. Ugh...nikmat sekali rasanya, saat tangan halus mama mengocok tongkolku, aku pun terus menciumi dan memainkan tetek mama, sudah basah tetek mama oleh ludah dan keringat. Puas dengan tetek mama, kembali kuangkat ke atas sebelah tangan mama, bulu keteknya sungguh merangsang birahiku, aku kembali mengaeahkan lidahku ke sana, kujilati dan kuciumi sepuas hatiku, aroma wangi dari mama yang rajin merawatnya menggelitik hidungku dan makin membuat tongkolku mengeras. Puas bermain – main, aku segera mengarahkan tongkolku ke tetek mama, Mama sudah paham apa yang kumau dan segera mengapit kedua teteknya, aku segera memaju mundurkan pantatku untuk menggerakkan tongkolku yang sedang dijepit dengan nikmat di antara tetek mama yang besar itu. Puting mama yang kecoklatan nampak mengeras dan mencuat ke atas dengan mempesona. Kupilin – pilin dengan jariku, membuat mama mendesah...

Lalu tanpa merubah posisi, tangan mama segera menarik dan mendorong pantatku ke depan, sehingga tongkolkupun kini berada tepat di depannya, tangan mama segera memegang batang tongkolku dan mulutnya mendekat, lidahnya mulai menjelajahi dan menari – nari di atas tongkolku, Ooohhh.....rasanya tiada tara. Perlahan mulutnya mulai menelan kepala tongkolku, lalu batangnya, sampai ke pangkalnya, dihisap dan dikulum – kulum dengan kuat namun nikmat. tongkolkupun berdenyut – denyut nikmat saat mulutnya mulai memompa tongkolku. Pelan lalu cepat bergantian ditimpali dengan permainan lidah yang lihai, membuatku hanya bisa mendesah menahan kenikmatan ini. Nampaknya mama benar – benar ingin melumat habis tongkolku dengan mulutku, saat aku hendak menyudahi Oral Seks ini, tangannya menahannya, ya sudah aku biarkan saja, mama makin semangat dan mengulum dan menghisap tongkolku dengan sangat panas. Kadang mulutnya menghisap dan mengulum biji pelerku sambil tangannya mengocok tongkolku, lalu kembali mulutnya bermain dengan tongkolku. Lama kelamaan tongkolku semakin berdenyut kuat, rasanya mau keluar nih sebentar lagi. ”Ma...aku sudah mau keluar nih.” Mama makin mempercepat hisapannya, dan paa timing yang tepat membuka mulutnya di depan kepala tongkolku, sementara tangannya memegang kuat batang tongkolku. Dilepasnya sesaat saja, Creeettt....spermaku keluar dengan perlahan ke mulutnya, Lalu digenggam lagi dengan kuat, sesaat dilepas lagi...spermaku kembali menetes perlahan, dan mama kembali menggenggam kuat, kali ini agak lama, akhirnya mama melepaskannya, kali ini kepala tongkolkupun memuntahkan sperma dengan jumlah agak banyak dan kental, Mama menampungnya ke dalam mulutnya. Memandangku, kulihat mulutnya penuh dengan spermaku, sesaat kemudian mama menelannya, lalu menjilati dengan rakusnya sisa sperma yang meleleh di sekitar tongkolku.

”Sudah lama mama nggak ngerasain sperma kamu sayang.”
”Ma tadi enak banget, mama pintar banget waktu bikin Irwan keluar bertahap gitu, rasanya enaakkkkkk bangeet.”
”Siapa dulu dong mamanya, nah nanti gantian kamu yang puasin mama.” Mamapun mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia, lalu meminum air di gelas yang ada di meja samping ranjang. Walau baru keluar namun tidak butuh waktu lama bagi tongkolku untuk tegang kembali...tongkol ini pasti akan cepat tegang bila sudah berada dekat mamaku Susan yang telanjang dan mempesona ini.

Saat itu kami benar – benar dibakar api birahi yang menyala, sehingga tidak menyadari pintu kamar mama sedikit terbuka, karena di luar agak gelap dan kami sedang sibuk dan panas – panasnya, kami tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang melihat dengan mata terbelalak.

Erni berdiri terpaku di depan pintu, kaget dan terkejut dengan kenyataan yang dia lihat sedang terjadi di dalam kamar mamanya. Tadinya dia bermaksud ke kamar mama untuk meminjam buku sebagai bahan bacaan karena dia belum bisa tidur, dia membuka dan menutup pintu kamarnya juga dengan pelan, agar tidak mengganggu adik dan mamanya. Begitupun saat hendak masuk ke kamar mamanya, ia bermaksud melakukannya dengan pelan, agar tidak membangunkan mamanya. Namun ia heran karena pintu kamar mamanya tidak tertutup rapat, dan saat ia mendekat terdengar suara desahan dan rintihan yang sudah ia hafal benar sebagai suara apa. Penuh keheranan dan tanda tanya ia mendorong sedikit pintu itu perlahan sekali, dan ia kaget dan terkejut mendapati adik dan mamanya yang telanjang, juga mamanya yang sedang menghisap tongkol adiknya. Mulutnya ternganga, tidak bisa mengeluarkan suara apapun, sementara kakinya juga tidak bisa beranjak dari situ. Akhirnya ia pun melihat adegan yang sedang berlangsung di kamar mamanya.

Irwanpun segera turun ke daerah selangkangan mamanya, mamapun segera menaikkan lututnya dan membuka lebar kedua kakinya, nampaklah memiaw mama yang mempesona. Segera saja Irwan menciumi rambut kemaluan mamanya, lalu mulai menjelajahi permukaan memiaw mamanya dengan lidahnya, dijilati semuanya. Kemudian perlahan jarinya mulai melebarkan memiaw mamanya, kembali lidahnya menjilati dengan buasnya seisi memiaw mamanya, lidahnya ditusuk – tusukkan ke lubang memiaw mamanya, lalu lidahnya mulai menuju ke arah itil mamanya, kacang enak itupun mulai dijilati dan dimainka dengan lidahnya, itil mamapun mulai membesar, makin bersemangat saja Irwan memainkannya, mamapun mendesah penuh kenikmatan. memiaw mama sendiri mengeluarkan aroma nikmat yang membuat mabuk kepayang.

”Jiiilaaat terusss Wan.”
”Ya...ya....mainin itil mamaaa, terusss yang..”
”Oooohhh......Aaahhhh...Awww,....!”

Erni melihat adegan yang berlangsung tersebut dengan berdebar – debar, dari arah pintu dilihatnya adiknya sedang menjilati memiaw mamanya, terlihat juga tongkol adiknya yang besar bergoyang – goyang, Ada sensasi dan perasaan aneh yang menjalar pada diri Erni. memiawnya di balik celana dalam terasa berdenyut – denyut dan panas, tanpa sadar tangannya mulai meremas – remas teteknya sendiri, memainkan putingnya, lalu tangannya bergerak ke bagian bawah baju tidur mininya, mulai mengelus – ngelus celana dalamnya, perlahan lalu makin kuat....kini tanganya pun mulai memasuki celana dalamnya, terasa rambut kemaluannya yang lebat, lalu tangannya pun mulai mengusap – ngusap memiawnya, semakin lama semakin cepat, sementara ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Lalu ia pun mulai menurunkan celana dalamnya, kini ia segera berlutut, kedua kakinya agak ia lebarkan, jemari tangannya segera mencari itilnya, lalu mulai menggosok – gosok itil tersebut...walaupun pemandangan yang dilihatnya mengagetkan dirinya, namun ia tidak bisa menahan perasaan aneh panas yang menjalar dan menggelitik birahinya. Jarinya terus memainkan itilnya sementara matanyapun terus menatap dengan lekat adegan adiknya yang sedang menggarap mamanya.

Mama Susan terus menggelaitkan badannya, mulutnya mendesah – desah keenakkan, sementara pinggul dan pantatnya bergerak semakin liar...Irwan semakin ganas saja memainkan itil mamanya, jarinya juga ikut menusuk – nusuk lubang memiaw mamanya, semakin lama – semakin cepat, tongkolnya sudah mengeras menikmati rintihan dan desahan kenikmatan mama. Lidahnya bergerak amat cepat menyapu dan membelai itil mamanya, desahan dan erangan mama mulaitidak beraturan dan keras, pertanda mama sudah tiba pada pertahanan terakhirnya, benar saja, tak lama kemudian dengan tubuh mengejang dan pantat yang sedikit terangkat, terasa memiaw mama menyemburkan cairan hangat orgasmenya.
”Wah...libur 3 hari membuat permainan lidah kamu jadi ganas yang..” Baru saja mama selesai mengucapkan kalimatnya, Irwan segera menarik kaki mamanya, diangkatnya kedua kaki mamanya, sementara ia berlutut di depan memiaw mamanya. Tampak olehnya memiaw mamanya yang memerah karena permainan lidah dan jarinya, segera ia menurunkan pantatnya sedikit, lalu memajukan tongkolnya ke depan, karena memiaw tersebut sudah basah, mudah saja tongkolnya menerobos lubang memiaw mamanya, terasa hangat dan nikmat. Dimaju – mundurkan tongkolnya dengan seirama, kedea kaki mamanya menggantung di bahunya, sementara dari pantat ke kepala tetap dalam posisi membaring, mama mengangkat kedua tangannya dan mengapitkannya di belakang kepalanya sendiri, terlihat bulu ketek mamanya yang lebat dan mulai basah oleh keringat, makin bernafsu saja Irwan jadinya, pompaan tongkolnya semakin cepat dan ditancakan sedalam mungkin, tetek mama bergoyang dengan cepat...plok...plok...plok...bunyi tongkol yang sedang memompa memiaw mamapun terdengar jelas . Mamapun mendesah dengan nikmat. Irwan pun mulai mengubah tekhniknya, sengaja ia memompa dengan pelan beberapa kali dulu, lalu mulai menarik tongkolnya perlahan sampai batas ujung kepala tongkol, lalu blesss...membenamkannya lagi, terus berulang – ulang. Setiap kali akan menerobos masuk dilakukan dengan cepat dan bertenaga sehingga langsung menancap sedalam mungkin, terasa sampai ujung liang memiaw mamanya. Mama pun makin bergeliat keenakan, merasa nikmat sekali setiap kali kepala tongkol Irwan kembali menghujam lubang memiawnya dengan kuat, sementara menghujam, tongkol tersebut membelai lembut itilnya, nikmat tiada tara. Irwan sendiri merasakan rasa geli yang enak sekali pada kepala tongkolnya setiap menerobos masuk kembali ke lubang memiaw mamanya. Tak butuh waktu lama, mama kembali mengejang dan mengalami orgasme. Irwanpun berhenti sebentar.

”Lagi dong yang...kok berhenti capek yah ?”
”Enggak..ganti posisi ya ma, aku duduk, mama di pangku, aku mau mainin tetek sama ketek mama.
”Boleh...”

Irwanpun segera menyandarkan badannya ke kepala ranjang, kakinya lurus di atas ranjang, mama segera duduk di atas tongkol Irwan, posisi tubuhnya membelakangi Irwan, tangannya dinaikkan ke atas mengapit kepala Irwan. Perlahan mama meregangkan kakinya, memiawnya sudah merah karena hujaman tongkol Irwan, lubangnya sudah membuka, perlahan diturunkan pantatnya, lalu Jleb....tongkol Irwanpun menerobos denga leluasa ke lubang kemikmatan mama tersebut, dari belakang tangan Irwan segera meremas – remas kedua tetek mamanya, diremasnya dengan kuat dan gemas, dimainkan dan dipilin – pilinnya puting mama yang sudah membesar, sementara lidahnya mulai menjilati ketek mamanya. Mama sendiri mulai menaik turunkan pinggulnya, memulai memompa tongkol anaknya, terlihat cairan sisa orgame mengalir turun membasahi batang tongkol anaknya.

Mata Erni terpaku melihat ke arah ranjang, kini terlihat posisi mamanya yang menghadap ke arahnya, Irwan yang sedang menjilati ketek mamanya dan meremas – remas tetek besar mama. Juga terlihat tongkol adiknya yang besar sedang bergerak naik turun memompa lubang memiaw mama yang sudah merah karena dipompa oleh tongkol besar tersebut dalam waktu lama. Diperhatikan wajah mamanya, Erni belum pernah melihat ekspresi mama seperti itu, wajah mamanya terlihat penuh kebahagiaan. Kembali Erni melihat ke arah tongkol adiknya yang sedang menghujami memiaw mama. Jemari Erni semakin cepat memainkan itilnya pada memiawnya yang sudah sangat basah menyaksikan adegan seks antara Irwan dan mama. Erni merasakan kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya akibat rasa enak yang dia dapati saat memainkan itilnya. Itilnya sendiri memang agak besar, lebih besar dari mamanya dan menonjol keluar. Semakin cepat dan tanpa henti ia memainkannya. Gairahnya juga sedang terbakar. Saat ini ia tidak dapat berpikir mengenai mengapa adik dan mamanya bisa melakukan persetubuhan yang harusnya tidak boleh terjadi, namun itu bisa menyusul, saat ini ia sedang sibuk memuaskan dirinya akibat menyaksikan adegan panas yang terjadi.
Irwan masih memainkan ketek dan tetek mamanya. tongkolnya kini mengeras sekeras – kerasnya, aroma ketek mama menimbulkan rangsangan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kini iapun mulai ikut menaik turunkan pantatnya, mengimbangi goyangan mamanya, semakin lama semakin cepat dan seirama seiring deru nafas kenikmatan yang terjadi, kini ia menjilati leher mamanya, mama menggelinjang kegelian, lalu ia mencari bibir mamanya, mama balas menciumnya dengan tidak kalah panas, lidah mereka bertautan dengan cepat, saling menarik, goyangan tongkol dan memiaw semakin cepat, tangan Irwan semakin kuat meremas – remas dan memainkan tetek mamanya yang besar, semaikn kuat ia merasakan denyutan pada tongkolnya, mama sendiri semakin menggelinjangkan tubuhnya, berbarengan dengan Irwan menyemprotkan spermanya, mamapun memuntahkan orgasmenya yang kesekian kali.

Di luar kamar Ernipun terkulai lemas, memiawnya sudah basah kuyup, ia juga baru mengalami orgasme yang hebat, memiawnya masih berdenyut – denyut nikmat sehabis memainkan itilnya. Matanya tetap mengawasi yang terjadi dalam kamar, nampaknya tidak ada tanda – tanda adiknya akan keluar, dilihatnya adiknya dan mamanya terdiam lemas, masih berciuman dengan mesra, nampak sperma menetes keluar dari lubang memiaw mamanya membasahi tongkol adiknya yang masih menancap di dalamnya. Dilihat wajah keduanya yang nampak bahagia dan puas. Erni membiarkan dirinya berdiam diri sebentar, beristirahat, otaknya mulai bisa berpikir jernih kembali, kalaupun ia tetap di sini juga, adegan berikutnya yang akan terjadi juga sama saja, tetap saja adegan adik dan mamanya yang bersetubuh dengan panasnya, jadi lebih baik aku kembali ke kamar. Lalu ia mengambil celana dalamnya, menyeka cairan yang tersisa di lantai dengan celana dalamnya, lalu berdiri dan melangkah ke kamarnya perlahan dan tanpa suara.

Di dalam kamar mama, Irwan dan mama masih tetap dalam posisi seperti tadi. Lemas dan puas. Berdiam diri memulihkan tenaga yang terkuras sehabis memuaskan dahaga yang sempat tertahan 3 hari ini. Kemudian terdengar suara mama memulai percakapan.

”Mama puas dan nikmat sekali sayang.”
”Irwan juga ma, rasanya terobati deh puasa 3 hari ini.”
”Ya...nggak apalah Wan, kan ada kakakmu, kita juga harus hati – hati. Toh kalau Erni sedang tidak pulang kita bisa melakukan kapan saja kita mau.”
”Iya ma,Cuma kadang – kadang Irwan suka nggak kuat.”
”Maklumlah kamu masih muda, masih penuh semangat dan mudah terangsang.”
”Mama juga kan.”
”Ah...nakal kamu.”

Lalu mama segera mencabut tongkolku dari memiawnya, menjilat sisa sperma yang masih ada di tongkolku, aku melao keringat di tubuhku dan mama dengan handuk yang tersedia. Setelah itu kami berbaring dan berpelukan, saling berciuman dengan mesra. Malam itu Irwan kembali menggarap memiaw mamanya sebanyak 2 kali lagi, sebelum kembali ke kamarnya. Sebelum masuk e dalam kamarnya, dilihatnya kamar kak Erni, tetap tenang tak ada suara, masih tidur pikirnya, lalu Irwan pun masuk ke kamarnya dan tidur. Senyum puas tersungging di wajahnya. Karena kelelahan dan terlalu panas semalaman memuaskan birahi bersama mama, Irwan kecapekan dan bolos sekolah besoknya.

Erni di kamarnya berbaring, tapi matanya tidak terpejam, masih terbayang jelas adegan yang dia saksikan tadi. Setelah tiba di kamar barulah ia bisa memikirkan secara jelas hal tadi. Apa yang disaksikannya tadi amat mengejutkan juga membuat dirinya marah, Bagaimana bisa mama dan Irwan....itu jelas terlarang, lain halnya kalau Irwan dengan wanita lain, mama dengan pria lain, tapi ini...mereka ibu dan anak. Irwan juga lelaki, badannya bagus, wajahnya ganteng, usianya juga sedang kritis – kritisnya sama yang namanya seks, kalaupun ia sudah mengenal dan melakukannya, aku bisa paham. Aku sendiri juga sudah sering melakukannya dengan pacarku. Tapi mengapa harus dengan mama, mengapa Wan ? Dan mama kenapa kau harus melakukannya dengan Irwan, anakmu ? Apa yang sudah terjadi selama ini..??? Kalau dilihat dari panasnya adegan tadi, wajah mereka yang bahagia juga mesranya mereka, nampaknya hal ini sudah berlangsung lama, pasti ini juga karena aku yang tidak ada di rumah ini. Kesempatan mereka amat besar. Lalu kenapa aku tadi bisa terangsang...?? Ah persetan dengan itu, wajar saja kan, kalaupun itu bukan mama dan Irwan tapi bila melakukan persetubuhan sepanas tadi, pastilah aku yang melihatnya akan terangang, akukan wanita normal. Tapi bukan itu yang harus aku pusingkan. Besok saat mama kerja, aku akan minta keterangan semuanya dari si Irwan, hal ini nggak bisa dibiarkan berlanjut. Irwan, Irwan adik kecilku ini ternyata sudah menjadi lelaki yang jantan yang mengerti bagaimana memperlakukan dan memuaskan wanita........egh...tongkolnya juga besar dan panjang...gimana rasanya bila tongkolnya menyodok memiawku...Arghhh...kenapa jadi mikirin tongkolnya adikku, mana bisa begitu, dia kan adikku, masa aku bisa memikirkan kemaluan adikku di saat seperti ini. Sudah mendingan aku tidur dulu, percuma aku pusingkan sekarang, toh besok semuanya akan terjawab......

Pagi itu aku bangun terlambat, mama sudah berangkat kerja. Mama tidak terlalu ketat untuk urusan sekolah, dari dulu kalau aku bolospun mama tidak marah dan melarang, karena tahu nilai raportku selalu baik, jadi mama tidak terlalu khawatir. Masih terasa capek badanku akibat menggempur mama habis- habisan semalam. Heran, mama masih kuat saja untuk pergi kerja pagi ini, padahal kan mama yang punya Perusahaan, bisa santai dikit gitu....ups tapi nggak juga deh, kan mama bertanggung jawab akan kelangsungan Perusahaan dan juga karyawannya. Salut banget aku sama mama. Aku bermalas – malasan sebentar, tidak berapa lama aku bangun. Cuci muka dulu, lalu segera menuju meja makan, sarapan, lapar sih.

Kulihat kak Erni sudah di sana, sudah mandi dan rapi, sedang membaca koran, kayaknya sudah kelar sarapan, tinggal tersisa kopi instantnya yang belum habis. Kudiamkan saja, aku langsung mengambil roti dan membuka kulkas menuang susu, lalu duduk memulai sarapanku. Tidak berapa lama, aku selesai dan bengong, nggak ada kegiatan yang mendesak, jadi santai saja. Tak berapa lama Kak Erni menutup koran dan menaruhnya di meja, lalu memandangku sekilas dan memulai percakapan.

”Nggak sekolah lagi Wan...” Kak Erni menanyakan dengan nada suara yang amat manis.
”Enggak..malas.”
”Malas apa capek Wan ?”
”Capek kenapa kak ?” jawabku tertawa, mengira kak Erni sedang meledekku seperti biasa.
”Capek ya capeklah Wan ?”
”Ah Irwan nggak ngerti maksud kak Erni.”
”Biar aku perjelas ya Wan, maksudku kamu capek pasti kamu paham. Semalam ngapain kamu di kamar mama ?” suara kak Erni tiba – tiba berubah tegas dan dingin. Deg...jantungku seakan berhenti berdetak. Apa maksudnya, mungkinkah kak Erni tahu dan menyadari apa yang terjadi, namun aku masih mencoba menjawab dengan santai dan ringan.
”Kan semalam aku tidur di kamarku, terus pas malam aku bangun kencing, mungkin karena kondisi mengantuk aku jadi masuk ke kamar mama. Kenapa sih, kan kakak tahu aku juga biasa tidur di kamar mama.” Jawabku setenang dan semeyakinkan mungkin.
”Oh tidur. Benar hanya tidur Wan..?”
”Lha iyalah...kak.”
”Gini ya Wan kukasih tahu, semalam aku susah tidur, jadi aku bermaksud mengambil buku di kamar mama untuk kubaca sampai ngantuk. Tapi saat aku ke sana aku lihat pintu kamar mama tidak tertutup rapat, karena nggak mau mengganggu, maka aku dorong pelan – pelan. Iya sih kamu sama mama lagi tidur. Tapi lucunya dua – duanya bugil, dan gaya tidur kalian aneh sekali, masa sampai bergumul dengan hebatnya, sampai perlu kamu memasukkan tongkol kamu ke memiaw mama, itu namanya ngent*t Wan, bukan tidur. Dan dari yang kulihat nampaknya kalian amat menikmatinya.” dingin, tenang, sinis dan penuh hujaman sekali kata – kata kak Erni. Duar..jantungku seperti ditembak pistol mendengarnya.

Aku terdiam membisu. Wah...ribet nih, baru kali ini kudengar kak Erni mengucapkan kata – kata kotor, gimana nih ? Tak urung aku berpikir juga kalau sekarang kakakku amat pintar mengelola kata – katanya, ringan tapi kejam dan menghujam ke sasaran, hebat juga kakak, baru kuliah psikologi sebentar, gayanya sudah pro banget...Hei, hei stop bukan saatnya kagum, ada hal serius nih, kak Erni tahu dan melihat apa yang terjadi semalam antara aku dan mama. Dan jelas sekali dia tidak suka dan tidak mau mentoleransi hal tersebut. Kayaknya sudah tidak bisa mengelak lagi, aku harus terus terang dan menjelaskan semuanya supaya kak Erni paham.

”Ya sudah, kakak sudah paham kan dengan apa yang kakak lihat semalam ?”
”Paham apanya, gampang amat kamu ngejawab hal itu Wan.”
”Ya memang segampang itu kak, sederhana saja, aku dan mama memang melakukan hubungan seks !”
”Kamu nggak punya otak ya Wan, dia mama kamu, mana bisa kamu melakukan hal seperti itu ?”
”Bisa saja dan sudah terbukti kan, kakak melihatnya sendiri kan ...”
”Diam kamu, aku nggak peduli kalau kamu melakukannya dengan wanita manapun yang kamu suka. Tapi kenapa kamu harus melakukannya dengan mama ?”
”karena kami melakukannya suka sama suka dan saling membutuhkan.”
”Ah, kamu asal saja bicara, paling juga karena kamu yang masih muda Cuma mau memuaskan nafsu bejat kamu, dan juga mama yang kegatelan..., kalian berdua sama gilanya” Aku jadi emosi mendengar kata kak Erni barusan, segera saja aku berdiri.
”Jaga mulutmu kak, jangan sekali – kali kamu menghina mama, kamu nggak ngerti semuanya. Dalam satu hal kamu benar, aku nggak mau munafik, aku memang melakukan hal ini juga untuk kepuasanku. Namun kakak harus paham, mama itu juga wanita yang usianya masih membutuhkan seks. Apa kakak tahu mama itu sakit dan kecewa karena perceraian dengan papa. Begitu sakit dan kecewanya, sehingga takut untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hanya mencurahkan hidupnya setelah perceraian untuk mencari nafkah dan mengurus kita, tidak peduli dengan kebutuhannya sendiri.”
”Tapi Wan...”
”Diam dulu kak, aku belum selesai bicara. Kak Erni nggak tahu kan, mama juga butuh seks dalam hidupnya, apalagi sebagai wanita di usianya sekarang, beda halnya kalau mama sudah tua atau renta, mama masih muda, cantik, apa kakak tidak bisa memahami kalau mama memendam semua hasratnya ke dalam hatinya yang terdalam. Lalu aku bisa mengetahui hal itu, Jujur memang aku tergoda dan amat terobsesi dengan mama, terserah apa penilaian kakak. Akhirnya mama mulai bisa memuaskan kembali hasratnya, dan mama merasa aman dan tidak takut akan sakit hati dan kecewa karena dia percaya ama aku. Kami saling menyayangi dan merasa tidak ada yang salah dengan hal ini. Jadi kuharap kakak mau mengerti, dan satu hal yang pasti, cukup denganku kakak mempermasalahkan hal ini, jangan pernah kakak mengusik mama sekalipun, aku akan marah sekali kalau kakak melakukannya.” Aku meluapkan semua emosiku. Kak Erni langsung berdiri, diambilnya koran dan dilempar ke arahku sambil berteriak

”Kamu hanya mencari pembenaran saja atas perbuatan kalian. Segala macam alasan yang kamu katakan adalah omong kosong, dasar, kalian Cuma mencari kepuasan saja, menggelikan sekali. Kamu dan mama sama gilanya.” Dengan kesal kutarik dan kupegang lengan kak Erni dengan cepat dan keras, kudekatkan mukaku ke mukanya
”Jadi apa masalahnya. Terserah kakak mau bilang apa, sudah pasti di manapun akan menilai hal ini salah, tabu, tapi persetan. Kalau aku melakukannya dengan mama, itu urusan kami, siapa yang rugi hah ? Siapa yang kami sakiti hah ? Kami punya alasan yang bisa kami terima satu sama lain. Bukan hanya untuk kepuasanku, tapi aku juga merasa senang, karena mama juga bisa kembali bahagia dan bisa memenuhi kebutuhan seksnya tanpa perlu rasa takut dan kecewa.”

Kak Erni segera menepis tanganku, dan langsung bergegas melangkah keluar, wajahnya penuh kemarahan. Aku tidak berusaha mencegahnya. Tak lama terdengar suara mesin mobil dinyalakan dari garasi dan meninggalkan rumah, biar sajalah, paling dia menumpahkan kemarahannya sambil jalan ke luar. Daripada dia tetap di sini, yang ada kami akan terus berteriak dan berdebat. Kini aku duduk sendiri, kepalaku pusing memikirkan pertengkaran kami barusan. Apa yang harus kulakukan, apa mama harus kuberitahu bahwa Kak Erni sudah tahu hubungan kami. Ah, jangan, biar saja, tak perlu menambah beban pikiran mama. Terserah sajalah, aku yakin kakakku tidak akan menanyakan hal ini ke mama, karena pada dasarnya kakakku juga menyayangi dan mau mama bahagia, terlebih setelah perceraian. Mungkin saat ini kak Erni belum bisa memahami alasan yang melandasi hubungan kami, mungkin kak Erni hanya melihat dari segi seks dan birahinya saja, memang hakikatnya hubungan seks yang kami lakukan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan, tapi itu harus diletakkan pada sisi terpisa, ah...sudahlah, nanti pasti dia kan mengerti. Aku paham kakakku. Lalu aku mandi dan kemudian menghabiskan waktu siang itu dengan membaca – baca buku sekolahku, iyalah biar aku tambah pintar.

Sorenya mama pulang, menanyakan ke mana kakakku, kubilang saja, tadi keluar mungkin ke rumah temannya. Mungkin karena aku lagi pusing memikirkan masalah tadi, aku tidak memanfaatkan ketiadaan kak Erni untuk menggarap mamaku. Mama masuk ke kamarnya, mungkin istirahat dan mau mandi. Sekitar jam 7 kak Erni pulang, wajahnya tampak biasa saja didepan mama, mengecup pipi mama dan mengucapkan salam, dan bicara seperti biasa dan tidak apa – apa. Lalu masuk kamarnta, ganti baju terus mandi. Nggak lama mama selesai memasak dan kami segera makan, namun kak Erni tampak dingin saja kepadaku. Kayaknya mama menangkap gelagat ini, dan menanyakan kepada kami apakah kami sedang bertengkar, namun aku dan kakak hanya berguamam singkat bahwa kami oke – oke saja. Mamapun diam dan tidak bertanya lagi, biasalah namanya juga anak – anak, ada kalanya suka bertengkar dan diam – diaman, nanti juga baik lagi. Malamnya aku juga tidak menggarap mamaku, aku sedang kehilangan mood, jadi tidur saja. Paginya mama berangkat kerja dan aku juga segera memacu ninjaku ke sekolah....suasana antara aku dan kak Erni masih dingin, tapi tak apalah yang penting kak Erni tidak menanyakan hal ini ke mama.

Erni kini sendirian di rumah. Duduk termenung di sofa, saat sendiri ini dia coba memikirkan dan mengolah semua hal yang terjadi antara mama dan adiknya. Mungkin saat sendiri dan tenang begini dia bisa memikirkannya dengan baik. Dia masih belum bisa menerima hal ini. Saling membahagiakan apanya...kebutuhan mama apaan, mereka bergumul dengan panasnya begitu kok, semua Cuma alasan, paling cuma memuaskan diri masing – masing...huh dasar, lama dia memikirkan dengan kesal saat membayangkan bagaimana wajah mama dan adiknya yang penuh kepuasan dan birahi saat malam itu, terasa agak sesak di dadanya. Tapi kemudian dia kembali memikirkan kata adiknya, dia coba kesampingkan urusan seksnya. Memang benar setelah bercerai mama tidak pernah terlihat satu kalipun berjalan atau menjalin hubungan dengan pria manapun, semuanya dicurahkan untuk membesarkan aku dan Irwan, untuk bekerja juga. Kalau untuk kecantikan dan menarik, Ernipun mengakui dan juga mengagumi mamanya, mustahillah kalau ada pria yang tidak tertarik dan mencoba mendekati mamanya saat itu. Tapi nampaknya mamanya memang menolak dan tidak pernah berusaha menjalin suatu hubunganpun. Kesampingkanlah faktor ekonomi, mama sangat mapan dan sukses, jadi mustahil mamanya menanti pria yang kaya, enggaklah enggak ini nggak masuk point yang harus kupikirkan. Dilihat dari umur mama masih belum tua, masih menarik, dan juga memang sebagai wanita normal yang matang pasti masih mempunyai gairah seks yang tinggi, dari sini sudah jelas, bukan masalah kecantikan atau mama merasa dirinya sudah tidak menarik. Erni segera meluruskan duduknya, benar juga, si brengsek Irwan ternyata bisa memahami hal tersebut, duh kenapa juga aku ini nggak bisa melihatnya, mungkin karena aku jarang di rumah ini. Lama Erni terdiam, mencoba menyimpulkan dari sudut pandang lain. Si Irwan sih nggak bisa bohong, pasti dia melakukan ini karena memang mama cantik dan seksi, terang saja dia bisa nafsu...eit tunggu dulu waktu itu kan dia bilang memang dia tergoda dan terobsesi sama mama...Erni kembali mencoba mengingat, lalu ia ingat sebuah artikel ilmiah yang pernah dibacanya, bahwa anak laki memang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengagumi, mengidolakan dan juga berimajinasi akan ibunya. Pada satu sisi mungkin akan menjadi obsesi. Juga kan memang terbukti dengan adanya yang namanya sindrom Oedipus Compleks. Apalagi Irwan dan juga aku memang sayang sekali sama mama. Ditambah usia Irwan memang sedang memasuki usia remaja yangrasa ingn tahunya tentang seks dan wanita amat tinggi. Mama yang cantik dan seksi tersebut pasti menjadi obsesinya. Apalagi memang lebih banyak hanya ada dia dan mama di rumah ini. Menarik juga melihat ini dari sudut pandang ilmiah pikir Erni. Kemudian faktor mama, benar dari alasan yang kupikirkan tadi, nampaknya mama memang tajut untuk menjalin hubungan dengan pria lain, mungkin mama takut sakit hati dan kecewa, oh bodoh banget aku nggak menyadari mama yang memendam luka hatinya. Akhirnya semua faktor itu bertemu dan menjadi satu, Dari sisi Irwan memang terobsesi dengan mama dan Irwan yang juga sedang dalam kondisi seks remajanya yang lagi tinggi - tingginya , dari sisi mama yang masih mempunyai rasa takut dan kecewa tapi juga masih memendam hasrat seks yang tinggi pula, saling bertemu, dan mama merasa aman dan nyaman. Kalau kuingat ekspresi mama yang bahagia saat kulihat malam itu yah memang benar. Walau mungkin orang menilai salah, tapi sebaliknya bagi mereka berdua hal itu tidak menjadi masalah, karena keduanya saling membutuhkan dan melengkapi, bagi mereka tidak ada pihak yang dirugikan, seks memang untuk dinikmati dan mencapai kenikmatan, walau alasan seks Irwan dan alasan seks mama berbeda namun saat berpadu akan klop, karena mama dan Irwan saling membutuhkan, saling melengkapi, juga melakukannya karena mereka berdua merasa bahagia dan nyaman, makanya terasa menggelora dan indah bagi mereka berdua. Erni pun tersenyum, nampaknya kini dia bisa berdamai dengan pikirannya dan mulai bisa menerima kondisi yang ada secara logis. Kini ia sudah membulatkan pikiran dan hatinya untuk menerima dan memahami hubungan yang terjadi antara mama dan Irwan. Erni menyayangi keduanya, dan mau mereka bahagia. Hmmm dasar si Irwan ternyata dia nggak asal ngomong ya, salahku juga saat itu emosi, mungkin terlalu kaget dan terlalu melihat hal ini dari sisi pandang umum tanpa mencoba memahami alasan Irwan dan mama. Nanti aku perlu minta maaf sama si Irwan. Sekarang sudah beres masalah ini....lalu Erni tersenyum nakal, tapi sekarang saatnya aku memikirkan bagian tubuh si Irwan yang menarik itu, susah dilupakan sejak aku melihatnya, gimana rasanya memiawku bila disodok perkakasnya yang besar itu.......

Siangnya Irwan pulang, didapati rumah sepi, namun mobil ada di garasi, lalu ia melihat ke kamar kakaknya, nampak kakaknya sedang tidur pulas, Wooowww...kakaknya tidur memakai baju tidur santai yang tipis, nampak BH dan CD yang membayang jelas di baliknya. Sudah biasa Irwan melihat mama dan kakaknya mengenakan baju tidur atau daster tipis dan mini. Dasar kak Erni, asal banget sih. Lalu ia berjalan ke kamarnya, ganti baju, dan ke kamar mandi bersih – bersih. Sesaat ia menuju ke meja makan, dilihat ada spagheti di sana, dan selembar kertas bertuliskan Makan Yang Banyak Yah..Adikku Sayang, Hmmm pasti kak Erni, mungkin ia sudah nggak marah tapi masih sungkan bicara. Mudah – mudahan ia sudah mengerti. Ia pun segera melahapnya. Kelar makan Irwanpun menyalakan TV dan menonton acara musik. Dia sengaja tidak mau membangunkan kakaknya, mungkin kakak capek. Sejam kemudian terdengar suara kakaknya memanggil dari kamar.

Irwan pun segera mematikan TV dan masuk ke kamar kakaknya, dilihatnya kak Erni sedang duduk di tempat tidur, lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tonjolan tetek besar yang montok yang terbungkus BHnya terpampang jelas di balik baju tidur tipis. Samar terlihat putingnya.
”Wan kamu sudah pulang ? Sini sebentar dong, Kak Erni mau ngomong penting sama kamu.”
”Iya kak sudah pulang dari tadi, makasih ya sudah dimasakin, mau ngomong apa ?”
”Tentang masalah kemarin...”, deg Irwan agak menegang, siap mendengar kakaknya.
”Memang kenapa kak ? Mau marah lagi ?”
”Duh kamu...dengar dulu dong kakak bicara...”
”Iya...iya...silahkan kakak bicara”
”Kakak sudah berpikir, memang awalnya kakak kaget dan shock, mungkin karena dalam keadaan marah dan emosi, kakak tidak bisa menerima penjelasan kamu, namun setelah agak tenang kakak bisa memikirkan semuanya satu persatu. Alasan kamu bisa kakak terima dan pahami. Kakak melihat hal ini juga dari segi kebahagiaan mama, memang kakak harus akui mama memang kini nampak jauh berbahagia dan lebih ceria wajahnya. Jadi teruskanlah saja hubungan itu...kakak akan bersikap seakan tidak tahu saja di depan mama. Maafkan kakak kemarin emosi dan marah sama kamu.” Kak Erni lalu mendekat dan mencium pipiku, kemudian kembali duduk. Aku yang dari tadi diam mendengarkan, terus terang rada terkejut dengan cepatnya kak Erni memahami hal ini, dan tidak bisa memikirkan banyak hal lagi, segera menjawab..

”Irwan juga minta maaf kemarin marah juga ke kakak. Kak, makasih yah kakak sudah memahami, sungguh Irwan dan mama bahagia dengan hubungan yang sedang kami lakukan ini. Kalau kagak ada lagi yang mau dibicarakan, Irwan mau nonton TV lagi yah...”
”Hei..siapa bilang sudah selesai, kakak bilang kakak setuju dan memahami, tapi kakak belum kelar menyampaikan semuanya.” Kak Erni mulai lagi kembali ke gaya bawel bin ceriwisnya.
”Lho masih ada lagi, apaan sih ?”
”Seperti kata kakak, untuk permasalahan sudah beres, dipahami dan dimengerti oleh kakak, tapi ada bagian tubuhku yang belum beres....itu jadi syarat mutlak dariku biar semua beres”
”Nggak ngerti aku, sudah ngomong yang jelas saja deh...sok misterius amat sih kakak..!”
”Oke...kakak kasih tahu ya, memiaw kakak belum beres nih....jadi kamu juga harus bikin kakak dan memiawnya bahagia dan puas seperti yang kamu lakukan ke mama...ayo ent*tin aku !”
”Apa...???” kaget benar aku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan kakakku
”Nggak...nggak...No Way kak. Lagian kenapa harus begitu syaratnya ?”
“Hei dasar bandit cilik, apa kamu pikir kakak kagak kepikiran melihat tongkol kamu yang besar dan panjang itu. Biar gimanapun aku wanita, pasti terangsang melihat panasnya pergumulan kalian semalam. Kalau mama saja sampai merasa nikmat begitu, kakak juga mau dong...!!!”
“Tapi itu kan lain…lagian mana mungkin..aku…aku .??” suaraku terbata – bata.
”Sama mama saja kamu bisa, kenapa denganku tidak Wan...??”
”Eng...eng...anu...aa...ya pokoknya nggak bisa kak. Mama lain sama kakak..”
”Lain apanya, mama punya tetek besar juga punya memiaw yang bisa dimasuki, aku juga sama kan..”
”Apa kakak kurang menarik buat kamu dibanding mama,Wan...???”

Kak Erni lalu berdiri dan melepas baju tidurnya secara perlahan dengan gerakan sangat erotis. Kini berdiri dengan posisi sangat mengundang, hanya mengenakan BH dan CD yang ketat saja. Teteknya yang juga besar serasa sesak dalam BH berendanya, Nampak samar puting susunya, lalu kulihat CDnya, nampak tebal sekali, dari sela – sela terlihat beberapa helai rambut kemaluan menyembul keluar dari pinggiran CDnya. Glek...aku meneguk ludahku, tongkolku spontan mengeras. Wah bablas deh....kalau ceritanya sudah kayak gini, apa boleh buat. Aku kan lelaki normal, di depanku berdiri seorang wanita cantik dengan tubuh montok dan menggiurkan, walau sulit namun aku sudah mencoba semaksimal mungkin menolaknya, tapi dia terus menantang dan meminta untuk di-ent*t, nggak lucu banget kalau aku mundur. Well, Que Sera – Sera, yang harus terjadi terjadilah....nggak bisa mundur lagi...nggak bisa nolak lagi...

Segera saja aku kutarik kak Erni ke arahku, kududukkan ke pangkuanku, mula – mula aku mencium ringan bibirnya, tanganku dengan lincah meremas – remas teteknya yang masih dibalut BH, rasanya agak lebih keras dari tetek mama, namun sama – sama enak diremas kok. Sesekali tanganku menyusup ke balik BHnya, memilin – milin puting susunya yang besar dan tegang. Tanganku yang satu lagi mulai menari – nari mengelus permukaan CDnya, terasa penuh dan tebal. Kuusap – usap wilayah pangkal pahanya, ketika tanganku masuk ke dalam CDnya terasa rambut kemaluan yang lebat pula...wah sesuai seleraku, dan ketika jariku menyentuh memiawnya, kurasakan tonjolan yang agak besar...ho..ho itil kak Erni rupanya berukuran agak besar dan terletak agak keluar, segera saja kumainkan itil tersebut dengan jariku, ciuman kak Ernipun mulai memanas. Tangan kak Ernipun tak tinggal diam mengurut – ngurut tongkolku yang masih ada di balik celana, cukup lama kami berposisi seperti ini, memiaw kak Erni sudah terasa basah. Lalu kusuruh kak Erni berdiri menghadapku, kulepaskan Bhnya, nampak indah sekali tetek besarnya menggelantung, Di tengahnya terdapat puting susu yang besar dan keras berwarna kemerahan dikelilingi lingkaran kecoklatan yang rada luas di sekelilingnya. Aku terpaku terpesona, lalu tanganku membuka CDnya, alamak...lebatnya rambut kemaluan kak Erni, namun yang mempesona adalah beda dengan rambut kemaluan mama yang berwarna hitam pekat, rambut kemaluan kak Erni berwarna hitam agak kecoklatan kontras dengan belahan memiawnya yang berwarna merah jambu, kulihat itilnya memang agak besar dan menonjol keluar, bakalan enak untuk dimainin sama kidahku. Aku diam beberapa saat mengagumi keindahan tubuh kak Erni. Kurasakan tongkolku sudah keras sekali, sesak banget di balik celana, meronta minta dibebaskan, segera saja kubuka kaosku dan celanaku, Swiiinggg...tongkolkupun mengacung dengan perkasa dan anggun, klihat mata kak Erni terbelalak melihatnya dan menelan ludahnya, segera saja kutarik tangannya dan kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Sebelum memulainya aku menanyakannya sebentar..

”Kak Erni...ummm maaf ya, tapi kakak sudah pernah begituan sebelumnya ?”tanyaku canggung.
”Aduh Wan...Wan, kalau aku belum pernah, mana berani aku nantangin kamu dan tongkolmu itu. Ada – ada saja kamu, oh iya kamu nanti nggak usah takut, keluarin saja di dalam, aku minum pil KB secara rutin kok.”

Tidak terlalu kaget sebenarnya aku, mengetahui kak Erni sudah tidak perawan lagi, dengan siapa yah dia melakukannya....Hoi..hoi stop dong mikirnya, situasi enak begini kok masih mikir terus...ayo balik lagi ke rejeki yang sudah pasrah di depanmu.

Aku segera memulai permainan ini, kak Erni terlntang dengan pasrahnya, kali ini aku mulai dari wilayah memiawnya, karena aku penasaran banget sama itil kak Erni yang menojol besar itu. Mula – mula kuciumi perutnya, lalu menjilati rambut kemaluannya yang berwarna agak kecoklatan, tak lama aku arahkan mulut dan lidahku ke bawah sedikit, terdiam sebentar menatap keindahan memiaw kak Erni yang tebal dan kemerahan, kusapukan lidahku dengan rakus pada permukaan memiawnya, kusodok – sodok lubang memiawnya dengan ujung lidahku, puas, aku mulai menuju itilnya yang membuatku penasaran, kali ini kumainkan dulu dengan menjepit dan mengelus – ngelusnya dengan jari telunjuk dan jempolku, nampak badannya bergetar penuh kenikmatan, lidahku mulai beraksi, kujilat ke kiri kanan, atas bawah, sekali – kali kugigit dengan lembut dan penuh rasa gemas, kuemut – emut perlahan dengan mulutku, nampak sekali kak Erni merasa ser – seran saat itilnya kumainkan, sengaja aku lama bermain dengan itilnya, karena terus terang saja aku menyuka bentuknya yang menonjol keluar dan besar itu, amat pas dan enak dimainkan oleh lidahku....Tidak berapa lama, memiaw kak Erni tampak basah sekali dan desahan serta geliat badannya semakin liar, nampaknya orgsmenya sudah dekat, kupercepat jilatan lidahku pada iilnya, dan dengan satu desahan nikmat yang sangat erotis terdengar, kak Erni merayakan orgasme perdananya dari diriku. Terasa hangat dan agak asin di mulutku. Akupun segera menaikkan badanku, kali ini aku lahap tetek besarnya yang montok itu dengan buas, lidahku dengan professionalnya memainkan puting susunya, tangan kak Ernipun kini tidak mau tinggal diam, ia mulai meraih tongkolku,diremas – remas lebut sambil dikocok – kocok, ugh...lembut sekali tangan kak Erni. Makin ganas saja aku melumat teteknya.

”Wan....sabar dikit dong, jangan nafsu gitu ah, aku kewalahan nih.”
”Habis tubuh kakak amatlah berbahaya...bagi jiwa dan tongkolku, terlalu nafsuin.”
”Huh...dasar, sempat – sempatnya merayu, sini dekatin tongkol kamu.”

Tanpa pakai lama segera kudekatkan tongkolku ke arah mulutnya, kak Erni diam sejenak, mengagumi sepenuh hati, lalu lidahnya mulai bergerak, mula – mula hanya menjilati secara perlahan kepala tongkolku, tangannya mengelus dan meremas lembut bijiku. Lalu lidahnya makin bergerak cepat menjilat batng tongkolku, memainkan dan menggelitik titik – titik sensitif di tongkolku dengan lidahnya, perlahan tapi pasti mulutnya mulai mengulum tongkolku, dihisap dan diemut – emutnya. Memang kalau aku bandingkan, untuk urusan Oral, mama lebih hebat, kak Erni masih kalah jam terbang, aku tidak mau bilang tidak ahli, tapi kalah jam terbang, karena kalau jam terbangnya sudah tinggi, pasti bisa seenak Oralnya mama. Namun permainan lidah kak Erni jauh lebih enak dari mama, lidahnya bergerak terus tanpa henti, dan benar – benar mampu menggelitik tongkolku dengan nikmat. Aku hanya mampu mendesah dan meremas – remas rambutnya saja. Lidahnya menyapu seluru tongkolku dengan sangat agresif. Matanya terus menatap mataku saat melakukan oral, membuat makin nafsu saja pada diriku. Tidak berapa lama kak Erni sudah nggak tahan untuk merasakan memiawnya dimasuki sama tongkolku. Dia segera memposisikan pinggulnya di atas tongkolku wajahnya menghadap ke arahku yang sedang berbaring. Perlahan – lahan diturunkan pinggulnya, lubang memiawnya dia lebarkan dengan menariknya sedikit dengan jari – jarinya, kepala tongkolkupun mulai memasuki lubangnya, agak sulit sedikit, karena lubangnya masih agak sempit, setelah berusaha dengan telaten, tongkolku mulai masuk, pelan tapi pasti, kulihat badannya agak bergetar saat akhirnya tongkolku benar – benar sudah masuk seluruhnya ke dalam lubang memiawnya. Tidak langsung ia goyangkan, ia diamkan dulu, sepertinya ingin membiasakan diri dahulu, lalu perlahan kakinya yang dalam posisi jongkok mulai ia lebarkan dan kak Erni mulai menaik turunkan pinggulnya, memompa tongkolku dengan irama yang konstan. Lubang memiawnya masih terasa agak sempit, mungkin karena belum terlalu sering digunakan dan jga belum pernah melahirkan. Aku yang terbaringpun benar – benar menikmati pemandangan saat memiawnya memompa tongkolku dengan jelas. Teteknya bergoyang – goyang dengan sangat merangsang, aku naikkan sedikit kepalaku, dan kak Ernipun paham, dia condongkan badannya ke arahku, segera saja aku lumat tetek dan putingnya dengan mulutku, Goyangan kak Erni makin cepat. Satu hal yang pasti memiaw kak Erni memang terasa lebih dan mudah becek daripada memiaw mama, namun itu justru makin menambah kenikmatan tongkolku, yang bisa bergerak dengan leluasa dan bebas dalam lubangnya yang agak sempit. Mungkin semua itu karena pengaruh itilnya yang menonjol keluar, jadi setiap kali tongkol bergerak keluar masuk, otomatis itil itu akan ikut tergesek dan terelus oleh batang dan kepala tongkol, tentu saja rasa geli – geli enak akan lebih sering dinikmati kak Erni, yang akhirnya membuat memiawnya jadi cepat basah karena frewkensi kenikmatan yang besar yang diterima itilnya ( Sok tahu dikitlah si Irwan ). Aku benar – benar senang dengan keputusan kak Erni mengajakku bersetubuh dengannya. Lumayan lama kaka Erni bergoyang di atas tongkolku, akhirnya aku memutuskan untuk gantian, kini aku yang pegang kendali.

”Kak, sudahan dong, ganti posisi.”
”Yah Wan lagi enak nih, itil kakak lagi nikmat.”
”Nggak ah...ganti gaya deh, jangan takut itil kakak akan merasa kenikmatan yang sama.”
”Yah sudah kalau beg...begitu.”

Kak Ernipun segera menghentikan goyangannya dan mencabut tongkolku dari lubang memiawnya. Aku segera bangkit, membelakangi kak Erni, kusuruh kakak nungging, namun tanganya kusuruh memegang kepala ranjang. Belahan memiawnya terlihat merah mengundang, langsung saja kusodok memiawnya dari belakang. Kupompa tongkolku dengan semangat tinggi, sesekali kak Erni ikut menggoyangkan pantatnya mengimbangi sodokanku, tanganku meremas tetek besarnya yang menggantung, sesekali kuremas dengan gemas pantatnya. Kusodok kak Erni dengan kuat sehingga saat tongkolku amblas sampai dalam, perutku menempel di belahan pantatnya.

”Oh.Yeaahh...Ooooh....Jangan berhenti Wan...”
”Ughhhhh......Enaaaakk.”
”memiaw kakak benar – benar kammmuuu hajar niihhhh.”
”Nikmati saja Kak.”

Posisi nungging kak Erni benar – benar membuat tongkolku keenakan, rasanya amat lancar memompa lubang memiawnya, Tangankupun mulai nakal, memainkan lubang pantat kak Erni, kutusuk – tusukan jariku ke lubang pantatnya, dan kak Erni makin kencang saja mendesah. Desahan kak Erni itu benar – benar seksi dan amat merangsang nafsuku. Kak Erni benar – benar pasrah kedua lobangnya dimainkan oleh aku. Nafas kak Erni makin memburu, dan kulihat tubuhnya mulai agak mengejang, benar saja tak lama berselang kakakku mengalami orgasme lagi. Aku segera mencabut tongkolku, segera kak Erni kutarik perlahan dan kusuruh berbaring, sekarang aku hajar memiawnya dengan posisi biasa, aku di atas. Terasa tongkolku membelai itilnya setiap kali bergerak, aku makin bernafsu, kali ini aku pompa tongkolku secepatnya, tanpa mempedulikan kak Erni yang berteriak – teriak karena terlalu merasa nikmat dengan tongkolku. tongkolku terasa berdenyut denyut, nampaknya sudah mau muntah, maka segera saja kutindih kakakku dan kupeluk dengan amat kuat, seiringan pompaan terakhir, Croot...crooooot....crot, tongkolku memuncratkan sperma yang cukup banyak ke seluruh liang memiaw kak Erni, Kak Erni agak bergetar saat spermaku menyemprot kuat dalam dinding – dinding memiawnya. Aku terkulai lemas, diam sesaat menikmati rasa enak ini. Kak Ernipun membelai – belai punggungku yang sedang menindihnya. Lama kami terdiam dalam posisi ini, lalu aku segeri menggulingkan tubuhku, berbaring sejajar dengannya. Kak Erni menoleh ke arahku dan tersenyum...

”Pantas saja mama tidak menolak dan doyan kamu ent*tin Wan, gila sampai lemas aku karena puas dan nikmat disodok sama tongkol kamu.”
”Aku juga sama kak...”
”Kamu jauh lebih hebat dan lebih tahan daripada pacarku...sampai rontok rasanya badanku.”
”Makanya kakak harus lebih giat lagi melatih pacar kakak...”
”Ah...ngeledek saja kamu.”
”Ngomong – ngomong kakak sering ya ngent*t sama pacar kakak..”
”Mau tahu ajaaa deh kamu. Tapi biar deh kakak kasih tahu ke kamu, kakak pacaran dengan Indra sejak kelas 2 SMA dan tetap awet sampai sekarang, mulai dari pertama kali melakukan sampai sekarang dengan dia saja. Pertama kali melakukan karena kami memang sama – sama menginginkannya, tidak ada keterpaksaan. Jadi bisa dibilang nakal dan pengalamanku semuanya kulakukan bareng dia walau tidak terlalu sering.”
”Tapi sekarang tambah pengalaman ya sama aku kak..hehehe.”
”Dasar anak bandel, kamu sendiri mana pacarnya Wan...???”
”Wah belum tahu deh kak, aku belum merasa perlu sih, kan aku sudah ada pacar yaitu mama. Apalagi sekarang aku punya pacar lagi yaitu kak Erni, aku makin nggak merasa perlu deh cari pacar yang lain.”
”Duuhhh kamu ini.....serius dikit dong, kamu tahu nggak kakak percya kamu tuh nggak bakalan kesulitan cari pacar, wajah kamu oke, badan kamu bagus, ditambah sekarang kakak jyga baru tahu, kamu juga pintar... ”
”Pintar apaan kak...???”
”Pintar bikin perempuan puasssss....”

Kamipun tertawa dengan candaan kami. Aku masih tidak percaya bahwa aku baru saja menyetubuhi kak Erni, setelah masalah yang terjadi saat kakak marah mengetahui hubungan yang kulakukan dengan mama, rasanya tidak akan pernah terpikir olehku kemungkinan kakak malah minta aku setubuhi. Dia yang minta lho bukan aku. Ah wanita kadang memang aneh, bisa marah, tapi tetap punya penasaran juga melihat tongkol yang besar. Lalu kak Erni mulai bicara kembali....

”Wan, kakak senang dengan keputusan kakak meminta kamu ngent*t sama kakak, kamu boleh melakukannya lagi, kakak akan dengan senang hati meladeni kamu, kamu hanya tinggal bilang saja.”
”Tapi ini menjadi rahasia kita berdua ya, mama jangan sampai tahu, bukan apa – apa, kita tidak boleh merusak kebahagiaan mama Wan. Biarkan mama menikmati kebahagiannya, aku takut mama akan marah dan kecewa kalau sampai mama tahu bahwa kita juga punya hubungan.”
”Iyalah kak, tenang saja, aku tidak akan bilang, lagian kalau mama marah, aku yang rugi dong, bisa – bisa kehilangan memiaw mama yang enak..”
”Deh ni anak, dasar pemikirannya kagak jauh dari memiaw deh....!”

Lumayan lama kami berbaring dan berbicara sambil bergurau dengan cerianya. Tak lama kak Erni bangun dan menuju meja riasnya terus membuka lemari bajunya, aku hanya memperhatikan saja punggungnya yang sedang berjalan, tidak melihat apa yang dia lakukan, tak lama dia kembali, di tangannya dia membawa baby oil dan selimut kain yang panjang, belum paham aku maunya, lalu ia berdiri di pinggir ranjang dan tersenyum dengan amat nakalnya dan berkata...

”Masih ada waktu banyak sebelum mama pulang, ronde berikutnya bisa segera dimulai adikku sayang ?”

Tentu saja, aku pun kembali bergairah. Kak Erni naik ke atas ranjang, melebarkan selimut di atas ranjang, ukurannya cukup besar, dia bilang buat tatakan. Dia segera membuka baby oil dan menuangkan isinya sedikit demi sedikit ke...teteknya yang besar dan montok itu, lalu tangannya mengusap dan meremas tetek yang kini nampak berkilau dan seksi dalam balutan licinnya baby oil. Aku masih melihat saja, menikmati adegan yang sedang kakakku lakukan, Dia mainkan teteknya yang kini amat licin sehingga sering melejit lejit nakal saat tangannya memainkannya. Ughhh...tongkolku jadi keras seketika, tanpa diminta ku segera berpartisipasi ikut bermain dengan teteknya. Enak rasanya memegang tetek besarnya yang licin, walau kita remas kuat, tak perlu khawatir kak Erni merasa sakit, karena tetek itu akan melejit liar kalau kita remas kuat, kumainkan juga putingnya, kupilin dengan jariku, namun fokusku tetap meremas dan memijit tetek kak Erni. Kak Erni menikmati sekali sentuhan tanganku pada teteknya, kepalanya agak menengadah ke atas dan mulutnya mendesah. Sebenarnya aku mau mulai menjepitkan tongkolku di antara teteknya itu, namun kakakku ini nampaknya masih mau aku bermain – main dengan tubuh montoknya, ia pun segera membalikkan badannya, tengkurap dan menyuruhku meminyaki punggung dan pantatnya. Kumulai dari punggungnya, kubelai dan kuusap dengan lembut, memijatnya, kakak nampak rileks dan nyaman, Lalu aku menuju ke arah pantatnya, kuremas – remas pantatnya yang licin karena minyak itu, gemas sekali aku sama pantatnya yang seksi itu, jariku bergantian mengelus belahan memiawnya dan area sekitar lubang pantatnya, hanya mengelus saja, untuk memberikan rasa nyaman. Lama aku mengusap dan meremas – remas daerah pantatnya, lalu kak Erni kusuruh berbalik, kutuang baby oil ke wilayah memiawnya, kuusap selangkangannya, mengelus bagian luar memiawnya dengan jarinya, lalu memainkan rambut kemaluannya. Rambut kemaluannya yang lebat kini nampak tebal menggumpal karena baby oil. Sungguh pemandangan yang terasa erotis. Setelah itu kembali aku naik ke arah dadanya, kuusapi lengannya, daerah sekitar keteknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sedikit dan jarang, lalu kembali memijat – mijat teteknya dengan gerakan tangan melingkar, putingnya yang merah agak kecoklatan mengacung, mengkilat karena minyak. Puas dengan semua aku segera memposisikan diri agar bisa meletakkan tongkolku gtepat di tengah tetek besar tersebut.

”Wan, gaya apa lagi nih...?”
”Lho, kakak memang belum pernah seperti ini..istilahnya sih Titfish ?” tanyaku agak heran.
”Belum pernah...”
”Wah bego amat pacar kakak nggak mau memanfaatkan tetek sebesar dan semontok ini..”
”Habis dia nggak pernah minta gaya begini sih. Memang enak Wan..???”
”Enak banget kak, rasain saja sendiri ya, nanti kakak praktekin juga sama pacar kakak. Dijamin nanti dia mau lagi deh. Sekarang kakak dekap pinggiran tetek kakak yang kuat, biar bisa mencengkram tongkolku...”

Lalu aku segera memaju mundurkan pantatku, rasa nikmat yang kurasakan sangat terasa karena tetek kak Erni yang sudah licin berminyak itu membuat gerakan tongkolku menjadi lancar dan membuat kepala tongkolku terasa geli – geli enaksetiap bergesakkan. Sesekali aku mendongakkan kepalaku ke atas sambil mendesah. Kak Ernipun nampaknya mulai merasakan enaknya gaya ini, sepertinya teteknya merasa nyaman dengan sodokan tongkolku, lidahnya beraksi menjilat kepala tongkolku saat gerakanku maju ke depan, sesekali aku berhenti agar ia bisa memainkan dan mengulum ujung tongkolku. Kedua puting susunya terus aku mainkan, kupilin – pilin sehingga makin terasa mengeras dan membesar secara maksimal. Nikmat sekali melakukan gaya ini dengan tetek besar yang sudah diminyaki baby oil. Namun aku tidak mau mengalami klimaks di sini. Segera saja aku memberi tanda bahwa aku berniat berhenti dan mengganti gaya...namun kak Erni sudah berbicara duluan..

”Wan sodok aku dari pantat ya..”
”Boleh saja, memang kakak senang main belakang ya...??”
”Dulu sebelum aku melepas keperawananku, biasanya aku hanya memperbolehkan pacarku memasuki lubang pantatku saja.”
”Hebat...ternyata kakak nakal juga yah..., ya sudah kakak tetap berbaring saja deh.”

Kak Erni menyempatkan mengulum tongkolku dulu sebentar, lalu mengolesinya dengan baby oil, tak ketinggalan ia siramkan baby oil ke daerah lubang pantatnya. Aku segera memiringkan sedikit posisi badan kak Erni, kakinya kuangkat satu ke atas dan kutempelkan di dadaku dengan kedua tanganku mengapit kaki tersebut. Aku segera mengarahkan tongkolku ke lubang pantatnya, kak Erni sudah siap dengan melebarkannya dengan jarinya, karena sudah biasa dan juga sudah licin dengan baby oil, mudah saja tongkolku menerobos lubang pantatnya. Kak Erni nampak agak mengernyit, akupun segera memulai pompaanku, sempit dan enak rasanya, kupompakan tongkolku dengan ritme agak pelan, sementara jari kak Erni mulai beraksi memainkan itilnya sendiri, membuat nafsuku makin bertambah, Pompaanku mulai kupercepat karena lubang pantatnya kurasakan kini mulai melebar dan makin memperlancar gerakanku. Desah nafas dan erangan kak Erni mulai terdengar. Kulihat ke arah wajahnya, matanya merem melek dan dari bibirnya kerap terdengar desahan nikmat yang erotis, nampaknya kak Erni merasa sedang di awang – awang. Jarinya makin cepat memainkan itilnya....Hmm, aku tak pernah membayangkan kalau ternyata kakakku juga panas dalam urusan seks.

”Wan...Oughhh...tongkol kamu sama enaknya di lubang memiaw atau pantattt...!!”
”Sama, Kak Erni jugaa...”
”Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss Wan...”
”Nggak perlu disuruhhh kok kak..”

Aku makin semangat saja, namun aku sempatkan sebentar menyodok memiawnya sesaat, lalu kembali berkonstrasi menyodok lubang pantatnya...Permainan kami kali ini sudah berlangsung cukup lama , tubuh kami mulai berkeringat, namun tidak mengurangi gairah kami, aku kini memompakan tongkolku dengan cepat dan bertenaga, kak Ernipun mendesah semakin kuat, pinggulnya bergetar setiap tongkolku menyodok ke dalam lubang pantatnya. Itil kak Erni terlihat semakin besar saja di mataku, makin asik dilihat karena jari kak Erni memainkannya dengan terampil. Pinggul kak Erni kurasakan mulai terangkat sedikit, dan badannya mulai agak mengejang, dan seiring desahan yang kuat kak Erni mendapatkan orgasme, memiaw kak Erni terlihat makin memerah karena lama dimainkan. Sodokan dan goyanganku kini kulakukan secara maksimal, akupun mulai merasakan denyut denyut nikmat di tongkolku, dan menyemburlah cairan spermaku membasahi lubang pantat kak Erni. Segera aku terdiam sesaat sambil tetap memegang kaki kak Erni yang menempel di dadaku. Lalu aku segera mencabut tongkolku dan berbaring di sampingnya. Setelah lama terdiam aku memulai percakapan.

”Kak, jujur saja aku tidak pernah bermimpi atau berniat bisa melakukan hal ini sama kakak, bukan karena kakak tidak menarik, aku mungkin sulit menjelaskan, namun yang pasti aku tidak pernah bermimpi kalau akhirnya akan seperti ini.”
”Kakak juga sama Wan, mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Sedikit aneh dan tidak terduga.”
”Betul kak, makasih ya kak.”
”Aku juga makasih Wan. Nampaknya liburan kali ini benar – benar bagus dan menyehatkan jasmaniku. Pokoknya selama aku masih di sini kamu harus terus mengservis aku dengan tongkolmu itu ya adikku sayang.”
”Waduhhh...bisa – bisa gempor kakiku harus meladeni kakak dan mama yang sama – sama doyan. Mana kakak liburannya masih 3 minggu lagi...duh lembur terus deh...”
”Aku bisa kompromi kok Wan, jatahku dari kamu pulang sekolah sampai mama pulang. Saat malam aku mau kamu melayani dan membahagiakan mama.”

Kamipun lalu berciuman dengan hangat dan mesra, lalu aku membantu kakak merapikan ranjangnya kembali, dan bersiap menyambut mama pulang. Saat makan malam mama menyadari aku dan kakak sudah akrab kembali dan mengatakan bahwa ia senang karena kami sudah rukun dan tidak marahan lagi. Malamnya aku bisa dengan bebas dan tidak perlu khawatir untuk memuaskan mamaku. Selama 3 hari semua berlangsung begitu, siang jatah kakak, malam mama, namun setelah itu aku mulai keluar dari jadwal itu, malamnya aku ”bolos” dari mama dan malah kembali menggarap kakakku, mama tidak curiga karena dia pikir karena ada kakak jadi aku berhati – hati, sementara pada kakak kubilang sengaja tidak ke kamar mama, aku harus membuat mama berpikir bahwa aku juga berhati – hati saat ada kakak di rumah. Pada akhirnya untuk hari – hari selanjutnya memang aku tetap ,elakukan dengan mamaku, namun frewkensi saat malam hari mulai bertambah ke kamar kakak. Yah kalau mau jujur semua kulakukan mungkin karena aku baru – baru ini saja melakukan hubungan seks dengan kakakku jadi wajar saja masih penasaran sama tubuh kakak. Akhirnya aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini, juga karena aku tidak enak berbohong sama mama. Aku bilang ke kakak, bahwa aku akan berterus terang ke mama, tentu saja kakak menolak niatku, tapi aku jelaskan juga ke kakak bahwa aku tidak nyaman berbohong ke mama. Ke depannya aku akan terus merasa nyaman karena menyembunyikan rahasia ke mama. Setelah berargumen aku berhail meyakinkan kakak bahwa aku bisa mengatasi situasi ini. Kakak menyerahkan sepenuhnya ke aku untuk bicara ke mama dan memilih untuk menginap satu malam di rumah Tante Ani, adik mamaku agar aku bisa bicara dengan bebas ke mama. Maka malam itu di ruang keluarga, aku siapkan mentalku untuk menjelaskan hal ini ke mama.

Tentu saja tidak mudah membicarakan hal ini ke mama, mama benar – benar marah dan tidak mengerti mengapa aku harus melakukan hubungan seks juga dengan kakak. Kemarahan mama paling besar karena aku dan kakak juga melakukan hubungan seks Bagi mama kalau kakak akhirnya mengetahui hubungan kami, dan kakak marah dan tidak terima itu sudah resiko, dan mama akan meminta maaf, memberi penjelasan dan alasannya serta meminta pengertian kakak. Akhirnya dengan susah payah kuminta mama tenang dan diam dulu, aku sudah dengarkan kemarahan mama, jadi kini biar aku mulai menjelaskan semuanya dari awal ke mama biar mama paham. Aku bilang apa yang akan kujelaskan dapat mama cek kebenarannya ke kakak. Kujelaskan ke mama, memang saat akhirnya melihat yang terjadi malam itu, kakak marah dan tidak terima, lalu aku bertengkar dengannya dan saling beradu argumen, mempertahankan pendapat kami masing – masing, makanya kami sempat saling diam – diaman satu sama lain. Kuterangkan ke mama semuanya yang aku dan kakak ucapkan saat pertengkaran itu terjadi. Tentang bagaimana upayaku menerangkan alasan juga memohon pengertiannya, juga tentang bagaimana akhirnya kakak akhirnya menerima dan mau mengerti. Sampai sini aku berhenti dan menunggu reaksi mama.

Mama terdiam sejenak, nampak berpikir, kemarahan agak berkurang dari wajahnya, lalu mama bilang dia berterima kasih karena aku dengan segala daya upayaku bisa menerangkan dan membuat kakakku bisa mengerti dn menerima hubungan kami. Namun mama menyesali karena kami terlalu ceroboh hingga kakakku bisa melihat saat kami berhubungan seks di malam itu. Mama lalu terdiam sejenak dan kembali teringat akan kemarahan utamanya, wajahnya mulai menegang dan mengulangi pertanyaannya : Kenapa kamu harus melakukan hubungan seks dengan kakak ? Kenapa kamu harus merusak masa depan kakakku ? Apa dengan mama saja kamu tidak puas ? Kembali aku minta mama tenang dan mendengar lanjutan keteranganku. Kujelaskan ke mama memang akhirnya kak Erni memang bisa memahami dan menerima semua yang terjadi, namun dengan tambahan satu syarat, kak Erni juga minta untuk disetubuhi olehku. Kulihat mama nampak terperangah saat mendengar hal itu, lalu aku lanjutkan bahwa saat itu aku menolak dan mama harus percaya hal itu. Aku memang benar – benar menolaknya. Aku kembali melanjutkan keteranganku, kukatakan ke mama tentu saja sebagai lelaki wajarlah aku juga terangsang melihat keseksian kakakku, kalau tidak aku tidak normalkan. Sebelum aku melakukan hubungan seks dengan kak Erni, aku terus terang ke mama bahwa kadang nafsuku suka naik melihat keseksian kak Erni, namun tidak pernah dan memang aku selalu mampu menahan diri. Kenapa akhirnya aku melakukannya juga ? karena saat itu situasinya lain, ada faktor kak Erni mengetahui hubungan aku dan mama, pertengkaran, akhirnya ada pengertian, dan syarat darinya ditambah rangsangan yang kak Erni lakukan tentu saja aku sbagai lelaki tidak kuasa menolaknya. Sampai sini kuhentikan kembali keteranganku. Mama nampak mulai memahami situasi saat itu.

Aku mulai lagi penjelasanku, aku katakan saat aku melakukan hal itu dengan kak Erni, kak Erni juga sudah tidak perawan dan meminumpil KB secara rutin. Sekilas kulihat kekecewaan di wajah mama saat mengetahui kondisi kak erni yang sudah tidak perawan lagi. Lalu aku jelaskan bahwa aku dan kakak tetap melakukan hubungan seks sesudahnya, karena selain kami saling menyayangi, juga tidak munafik kami menikmatinya. Kujelaskan juga percuma mama melarang, aku dan kakak pasti akan tetap melakukannya. Hal ini baru akan berhenti bila kami telah memiliki pasangan atau memang merasa sudah saatnya berhenti, kalau dipaksa berhenti percuma, saat ini aku dan kak Erni sedang dalam tahap awal, baru mulai, jadi sedang panas – panasnya, masih penasaran dan ingin lebih lagi. Sama seperti saat awal hubungan antara aku dan mama, sulit berhenti. Lalu aku jelaskan hal yang terpenting pada mama : Kejujuran dan Perasaanku. Aku bilang ke mama, bisa saja aku dan kakak menyembunyikan hubungan ini, resikonya mungkin suatu hari kelak mama kemungkinan juga bisa memergoki kami. Kak Erni juga sama tidak mau mama tahu, karena tidak mau merusak kebahagiaan mama, namun akulah yang memaksanya untuk jujur sama mama. Kulihat mama agak bingung dengan penjelasanku, katanya kenapa ? Bukannya kalau kamu tidak bilang justru mama tidak akan tahu hubunganku dengan kak Erni. Aku katakan ke mama, ini masalah hati ma, aku selalu menganggap mama sebagai orang yang special dan kusayangi dalam hidupku, aku akan merasa tersiksa dan tidak nyaman selamanya kalau menyembunyikan hal seperti ini dari mama. Hatiku tidak mau aku membohongi mama, aku belum bisa menghentikan hubunganku dengan kak Erni, namun aku juga tidak mau membohongi mama. Sekilas kulihat nampak wajah mama berseri mendengar penjelasan akhirku, sekilas namun dapat kulihat. Kubilang penjelasanku sudah jelas dan selesai. Lama mama terdiam, akupun diam juga, membiarkan mama berpikir. Akhirnya mama berbicara..

”Terimakasih kamu sudah mau jujur dan terbuka sama mama. Satu sisi diri mama masih belum bisa membuat keputusan dan asih bingung dengan situasi ini, tapi satu sisi yang lain mama merasa bangga karena kamu punya keberanian menjelaskan semuanya ke mama. Mama yakin kamu sangat menyayangi mama, karena kalau kamu tidak sayang, mana mungkin kamu akan merasa tersiksa dan tidak nyaman hatinya, kamu merasa seperti itu karena kamu sayang dan tidak mau mengkhianati mama, untuk masalah yang itu mama sudah paham dan mengerti.”
”Irwan lega karena bisa jujur sama mama. Irwan mau hubungan Irwan sama mama didasari kejujuran juga ma.”
”Kamu benar – benar mulai menjadi lelaki sejati Irwanku tersayang.”
”Terimakasih ma.”
”Biarkan mama sendiri malam ini ya, mama perlu tenang untuk berpikir lebih jauh Wan.”
”Baik ma.”

Akupun mencium pipi mamaku, membiarkan dia sendiri untuk tenang memahami dan memikirkan semuanya. Aku berjalan ke arah kamarku, tidak ada seks malam ini, tapi biarlah, aku dan mama juga sedang dalam tahap baru dalam hubungan kami. Tahap di mana hubungan kami akan berkembang ke arah yang lebih baik, lebih matang dengan bisa jujur dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Tidak lama kudengar mama masuk ke kamarnya. Akupun akhirnya tertidur, lelap dan nyaman.

Besok paginya hari minggu, mama dan aku libur. Sudah kam 9 pagi dan mama masih di kamarnya, tak berapa lama kak Erni pulang. Setelah masuk ke kamarnya untuk ganti baju, ia menghampiriku yang sedang menonton TV. Dia menanyakan semuanya, aku terangkan yang terjadi semalam, dan kini aku dan kak Erni hanya perlu membiarkan mama tenang untuk berpikir. Kami pun lalu menonton TV dan membicarakan hal – hal lainnya. Menjelang siang mama keluar dan memanggil kami. Aku matikan TV, dan bersama kakak menghampiri mama yang sudah duduk di ruang keluarga. Mama menunggu kami duduk, lalu memulai pembicaraan.

”Terus terang mama memang terkejut mendengar apa yang Irwan ungkapkan semalam. Semalaman mama tidak tidur memikirkannya. Kini mama akan coba membicarakannya dengan kalian. Pertama mama ingin minta maaf karena mama dan Irwan mempunyai hubungan yang kami rahasiakan dan akhirnya kamu ketahui. Mama juga berterimakasih akhirnya kamu mau mengerti dan menerimanya.”
”Ma, mama tidak perlu minta maaf. Erni sudah menerima penjelasannya dari Irwan, jadi singkatnya Erni mengerti dan mau mama bahagia.”
”Kamu memang sayang mama Erni. Mama lanjutkan ya...mama kembali ke kamu Erni, kamu dengar saja dulu ya...terus terang sebenarnya ada kekecewaan saat mama tahu kamu sudah tidak perawan lagi, orangtua manapun mau yang terbaik untuk anaknya kan ? Tapi mama mencoba berpikir secara jernih, kamu adalah kamu, apa yang menjadi hak pribadi kamu adalah kehendak kamu. Mama hanya bisa memberikan nasehat atau wejangan, namun mama tidak bisa 24 jam selamanya memantau kegiatan kamu. Jadi mama bisa memahami hal itu, dan cukup lega mengetahui kamu melakukan hal itu pertamakali bukan dengan paksaan atau terpaksa tapi dengan pasangan yang kamu percayai.. Untuk selanjutnya mama hanya minta kamu bisa bertanggung jawab atas segala resiko dan konsekwensinya.” Mama diam sejenak, menarik nafas lalu melanjutkan pembicaraannya....
”Untuk kalian berdua, mama kaget dan tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa akhirnya kalian berdua melakukan hubungan seks. Berat menerima kenyataan itu. Namun mama berpikir secara logis, juga setelah mendengar penjelasan Irwan, hal ini mamapun tidak bisa larang. Semua sudah terjadi, kalian melakukannya juga tanpa paksaan, jadi mama hanya bisa bilang silahkan kalian lakukan selama memang kalian berdua masih menginginkannya, namun berhentilah melakukannya bila di kemudian hari salah satu dari kalian memang berniat berhenti. Juga jaga rahasia ini sebaik mungkin, apa yang terjadi antara Mama dan Irwan yang ketahuan Erni, harus jadi pelajaran untuk berhati – hati.”
”Mama juga tidak akan memonopoli Irwan, Irwan bebas menentukan kapan dan dengan siapa ia ingin melakukannya, bila sedang ingin dengan mama, silahkan, bila sedang ingin dengan Erni, mama tidak akan egois, kamu juga harus bersikap yang adil ya Erni, jangan memaksa Irwan. Lebih baik begini tidak ada yang perlu disembunyikan. Mama rasa itu saja, mama harap apa yang mama putuskan ini bisa memuaskan semua pihak.”
Secara spontan aku segera berdiri dan menghampiri mama, kukecup pipinya dan memeluknya sambil mengucapkan terimakasih atas semuanya dan telah berlaku adil. Kak Erni pun menghampiri mama, memeluk dan mengecup pipinya. Lama kami bertiga berpelukan, dalam kehangatan satu keluarga, kini semua sudah jelas dan tidak ada yang pelu disembunyikan. Lalu mama menyuruh kami mandi dan siap – siap makan di luar.