Ayo jilatin, kalau tidak awas kamu”, ancamnya lagi.
Aku hanya bisa
menurutinya. Tidak puas dengan itu, dengan disertai ancaman aku
disuruhnya tidur terlentang, dia bangkit, dan tahu-tahu duduk dimukaku.
Dia gesek-gesekkan memeknya dimukaku dan dimulutku. Sampai beberapa
lama sampai aku sulit untuk bernafas, tak sampai lima menit dia sudah
mengerang tanda selesai, wajahku jadi basah semua, dan dengan bau yang
tidak enak. Dia bangun aku langsung bangun, duduk dipinggir tempat
tidur dan langsung muntah-muntah. Keluar semua isi diperutku, termasuk
minuman yang aku minum tadi.
“Maaf, aku kurang kontrol tadi” katanya sambil memijit-mijit belakang leherku.
“Sudahlah..
aku mau ke kamar mandi dulu cuci muka”, kataku pelan sambil
meninggalkannya duduk sendiri di tempat tidur. Baru sekali ini aku
muntah-muntah merasakan sesuatu yang tidak enak dan asing.
Keluar dari kamar mandi, aku sudah disambutnya dengan tawanya. Manis
juga pikirku, tapi ini calon guruku. Belum sempat aku berpikir jauh dia
sudah memegang celanaku.
“Sudah siap..” katanya.
“Siap apa..”, kataku pelan.
“Masak tidak pernah, atau mungkin pernah menonton” katanya lagi, sambil membuka semua pakaianku.
Aku jadi malu, dan mau lari saja rasanya. Tapi dia terus main ancam.
Tak berapa lama aku sudah dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan
sigap dia sudah memegang senjataku dan siap dimasukkan dimulutnya. Dia
jilat, dikulum sampai aku hanya bisa mendesah. Pelan-pelan senjataku
bangkit. Baru aku tahu rasanya enak, pantas dia juga tadi minta
digitukan.
“Sss ahh ss ahh” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku,
sambil tanganku memegang kepalanya, agar tidak dilepaskan isapannya.
Kurang dari tiga menit terasa ada yang mau keluar dari mulutku,
ss..ahh, dan cret.. cret.., beberapa kali airku keluar di mulutnya.
“Baru
kali ini ya, kok sebentar sudah keluar, belum digoyang”, candanya
tanpa malu-malu. “Biasa untuk pertama kali, tapi nanti akan kuat juga
lama kelamaan”, terangnya sambil memelukku.
“Yya..” aku hanya bisa mengangguk pelan.
Dituntunnya aku ke kamar mandi, dibersihkannya senjataku,
perlahan-lahan dengan teliti. Terus kami ngobrol di kamarnya masih
dalam keadaan telanjang bulat, tapi tubuh kami dibalut selimut. Tak
terasa kami ketiduran, dan bangun sudah malam sekitar jam setengah
sembilan. Belum sempat aku bangkit duduk, dia sudah mendekapku.
Diciumnya bibirku, dimasukkannya lidahnya di mulutku, aku hanya bisa
membalas walaupun agak sedikit canggung. Lama kami saling berciuman.
“Ayo hisap lagi ya..” katanya manja setelah menjauhkan bibirnya dari bibirku.
Aku
langsung menjilati memeknya, ada rasa aneh dan enak yang tak bisa
dilukiskan. Ternyata setelah aku terangsang, pikiran kotor, bau, jijik,
dan lainnya tidak terasa. Aku hanya senang saja melakukannya. Ess.. ahh
aahh, hanya itu yang terdengar.
“Gantian..”, kataku pelan setelah agak lama aku mencumbu memeknya.
Tanpa
diminta lagi dia sudah memegang senjataku dan mengulumnya dengan buas.
Saya pegang kepalanya, aku dorong senjataku sedalam-dalamnya masuk
dimulutnya. Dia terbatuk-batuk sambil berbisik “kamu mau membalas saya
ya..”. Aku hanya tersenyum.
“Ayo masukkan sayang ..” katanya manja.
“Sss ahh, sudah tidak kuat nih” pintanya lagi setelah aku gantian lagi mencumbu memeknya
Aku masukkan senjataku kedalam lobang memeknya. Enak juga ya, kok aku
dari dulu tidak pernah tahu. Kugoyang Senjataku maju mundur sesuai
permintaannya. Baru beberapa kali goyangan sudah ada yang mau keluar
dari Senjataku”. Crret.. creet, aku keluarkan airku di dalam memeknya.
Setelah beristirahat, saya goyang atau dia goyang saya malam itu
beberapa kali sampai pagi, sampai lama-kelamaan aku bisa bertahan agak
lama, dan dia mulai senang dengan permainanku.
Aku diterima di SMA itu tanpa ada masalah, walaupun nilaiku sedikit.
Aku diterima dan diakukan sebagai anak kakanya. Dan itu pula sebabnya
tidak ada yang curiga aku terlihat sering ngobrol dengan dia. Dan
kebetulan dia sambil menjadi pembina pramuka. Kami jadi bebas, tidak
ada yang curiga aku keluar malam dari tenda waktu kemah, ngobrol sambil
dilanjutkan dengan adegan ML. Seperti malam itu..
“Ayo sayang .., lagi pengen nih” katanya padaku.
“Aku juga” jawabku sekenanya.
Aku keluar berjalan menuju sungai yang agak sedikit jauh dari tenda kami, diikuti guruku dibelakangku.
Sampai
di sungai aku dudukan ibu guruku di semak-semak, sebelumnya aku sudah
mencari alas dari daun pisang ditepi sungai. Aku mulai memainkan
tanganku dibali seragam pramukanya. Aku remas-remas gunungnya, aku
gelitik puncak gunungnya secara terus menerus, sambil terus mulut kami
saling beradu, bertukar air lir dan saling berpangutan memainkan lidah
kami masing-masing.
Tak puas dengan itu, saya buka seragam pramukanya, terlihat gunungnya
yang begitu indahnya. Walaupun aku sudah seringkali mengulum, mencium
dan mempermainkan lidahku di atas gundukan daging kenyalnya, tapi aku
tidak pernah merasakan bosan. Aku gigit-gigit ujung daging kenyalnya,
dia hanya bisa mendesah ss.. ahh aahh.. seperti yang biasa dia bisikan.
Aku selipkan tanganku dibawah CD nya yang ternyata dia sudah mulai
basah, aku mainka tanganku disana. Aku pegang, aku usapkan seluruh
telapak tanganku diatas memeknya sampai ujung jari menyentuh lubang
belakangnya. Aku masukkan jari tengahku kedalam lubang memeknya. Dan dia
hanya bisa mendesis, mendesah seperti ular yang sedang mencari mangsa.
Aku yang tadinya merasa agak kedinginan, karena kebetulan kami kemah
di atas sebuah bukit mulai agak merasakan panas ditubuhku.
“Tolong lepaskan pakaianku sayang ..”, pintaku sedikit manja sambil
terus menerus memainkan tiga jari tengah ku di lubang kewanitaannya, dan
dua jariku yang lainnya untuk menahan dan membuka daerah terlarangnya.
“Sss
aahh aahh ah..”, jawahnya mulai tak karuan. Tangannya mulai melepaskan
satu persatu pakaianku, hanya tertinggal CD nya saja. Dimasukkannya
tangannya kedalam CD ku, dia remas-remas bolaku seperti biasa yang ia
sukai.
Dia pegang senjataku dengan tangannya, sementara dia sudah mulai
menarik kebawah CD ku dengan tangan yang lainnya. Aku bangkit aku
bersandar pada sebuah pohon, aku tarik kepalanya menuju senjataku.
Tanda diminta dia sudah biasa langsung bisa mengulum, menjilat-jilat
batang senjataku. Hampir setengah jam aku dibuai oleh kenikmatan
mulutnya di senjataku, aku tekan kepalanya terus setiap dia hendak
melepaskan kulumannya.
“Sayang .. aku sudah tidak kuat nih.. ahh”, rintihnya pelan.
“Gantian dong..”, pintanya lagi.
Setelah dia berhasil melepaskan kulumannya setelah aku menumpahkan
beberaa tetes air ku dimulutnya, karena aku sudah tak tahan.Saya
lepaskan CD guru ku yang sudah sangat basah itu, aku mulai memainkan
kedua tangaku di daerah terlarangnya. Aku buka dengan tanganku, dan saku
masukkan tanganku yang satunya lagi dengan perlahan-lahan, maju
mundur, maju mundur dengan teratur.
“Sss ahh..” hanya itu yang terdengar diantara sayup-sayup suara angin berdesir.
“Enak sayang .., ayo jilati dong”.
“Ayo sayang .. jilati aku dong”, pintanya lagi, setelah sekian lama di meminta tapi aku masing memainkan tanganku di memeknya.
Aku dekatkan wajahku ke memeknya dan mulai aku jilati sedikit demi
sedikit. Mulai dari atas, diatas bulu-bulu lembutnya, ke bawah sampai
aku merasakan lidahku menjilati sesuatu yang hangat, kenyal dan sedikit
basah. Aku mainkan lidahku didalam memeknya, dia pegang kepalaku, dia
tekan, sampai mukaku menyentuh semua permukaan kulit kemaluannya. Aku
mainkan lidah ku teru, terus, dan terus sampai aku terdengar suara
erangan yang panjang si keheningan malam.
“Aaahh, aahh, ahh!
Aku bersihkan diriku, aku pakai kembali
pakaianku dan pakaiannya sudah dipakai pula. Aku berjalan bergandengan
menuju kemahkami, sambil sekali-sekali bibir kami saling bertemu, dan
tersenyum puas. Sebelum sampai di perkemahan..
“Ayo sayang, dimasukkan di sini..”, tiba-tiba senjataku yang masih lemas dipegangnya, aku jadi terbangun.
Dan senjataku mulai bangkit. Aku balas pegang kedua gunung kembarnya, aku selipkan tanganku dari balik bajunya.
Beberapa
lama kami saling meraba, sampai akhirnya aku singkapkan roknya keatas,
dan aku lepaskan CD nya kebawah. Dengan tangan berpegangan di pohon,
aku goyang guruku dari belakang tanpa melepaskan celanaku. Aku goyang
terus lama sekali.
“Ganti aahh, aku sudah pegal nih!, katanya.
“Yaahh “, jawabku pendek, sambil melepaskan senjataku dari lubang memeknya.
Aku duduk di bawah pohon, aku turunkan sedikit celanaku. Dia aku
suruh duduk di atas pangkuanku. Aku masukkan senjataku ke dalam lubang
hangatnya. Dia bergerak naik turun seirama nafasnya yang sudah tidak
teratur lagi. Sampai akhirnya..
“Aku hampir keluar ..ahh”, desahnya.
“Tahan dulu, aku pingin yang lebih lama lagi..” jawabku.
“Aku tak tahan .. aahh”, balasnya lagi.
“Aaahh, crett, aahh, creett” desah kami berdua.
Aku cium bibirnya, dengan lembut dan agak lama. Kami saling tersenyum
puas. Aku bali ke tendaku dan langsung ganti celana, kulihat
teman-temanku sudah pada tidur semua. Aku lihat jam, astaga sudah jam 2
lebih padahal barusan kami berdua berangkat kesungai jam 9 malam.
Berarti lama benar saya bermain di luar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar