ku meloloskan daster tipis itu dari tubuhnya, lalu Cdnya, Bhnya dan hmmm, saudara angkatku, pacarku, kekasihku, alangkah indahnya tubuhmu.
?untuk cinta kita, sayang, kamu harus janji nggak akan ninggalin aku,?
?Aku
bersumpah, sayang?..,? Dan terjadilah peristiwa itu, pelan dan lembut
sekali, Rani menghantarkan aku ke daerah pangkal pahanya yang ternyata
sudah banjir itu, dengan pasrah Rani menyerahkan seluruh jiwa raganya
untukku, aku juga mengakhiri keperjakaanku. Penis ku yang baru kali ini
merasakan hal itu otomatis mendorong masuk, Kami sama-sama mabuk asmara.
Dengan penuh kasih sayang kusetubuhi saudara angkatku
yang telah begitu baik padaku itu. Saat itu, dengan air mata berderai,
diiringi rintihan Rani dan cumbuanku, darah perawannya mengalir deras,
aku jadi tak tega pada awalnya.
?kenapa nangis sayang?,? kuhentikan
gerakanku, penisku masih terbenam dalam liang vagina yang baru saja
tertembus penis untuk pertama kalinya itu.
?yang pelan aja sayang, punyaku sakiiit banget,?
?apa kita berhenti dulu??
?jangan
say, aku rela, aku bahagia bisa mempersembahkan kehormatanku buat
kamu,? tangisnya terus mengalir seiring kata-kata mesra itu. Aku yang
tak tahan untuk terus berdiam, kugoyang perlahan sambil terus mengecup
bibir indahnya.
?iyyyaaahhhh
sayaaaanggg?oooouuuffff??.pelaaan-pelaaaann?yyyaaahhh uuhhhhff
mulai?enaaakkkhhh ooouuhhh?..aku sayang kamuuuuhhh??,?
?akuuuuhhh
jugaaahhhh?.sayaaaanggg?oooohhhhhh, kaaalaaauuuu sakiit?hhhh biiill
aangg yaaaahhh?? sambil terengah-engah menikmati goyanganku aku mencoba
menjawab cumbuan kata-kata mesra dari bibir mungil itu.
?Boleh aku diatas, yang?? pintanya setelah beberapa saat aku menindihnya dengan gaya konvensional.
?iyaaahh?sayang, ayo?.kamu juga harus puas?.,?
?kamu masih lama, kan??
?hk..ehh,?
kuangkat tubuhnya sambil merebahkan diriku ke samping, kemaluan kami
masih terpaut. Kini ia berada diatasku, mengangkang disana, betapa
menggairahkannya posisi ini kalau dilihat dari bawah, susunya
berayun-ayun mengundang tanganku menjamahnya, aku meremas, rani sudah
tak merasa sakit lagi. Ganti ia yang banyak mendesah, malah kini
berteriak-teriak histeris sambil menghempaskan pantatnya dengan keras,
aku pasif saja menikmatinya, hanya tangan dan bibirku terus memainkan
payudaranya yang kencang dan ranum itu.
?aku?..uuuuoooohhhmauuuuhhhh
saaaammmm??aaahhh saaaammmpaaaaiiii?oou
uuhhhh?.aaaaahhhhh?keluuuaaaarrrr?.sayaaaaanggggg? ?.hhhhhh,? Rani
menjerit keras, diiringi dengan hempasan yang sangat kuat kearah
pinggangku, penisku otomatis menghujam keras dan mentok di dasar liang
rahimnya. Berdenyut disitu dan dengan segala sisa tenaganya Rani
menjambak rambutku, menunduk dan menyedot bibirku keras, lalu pindah ke
dadaku, ia menggigit disitu.
?aku juuuugaaahhhhhh?.keluuuaaarhhhhhh
oooohhh??..saaaayaaaanggg??.,? jerit ku panjang karena mendadak penisku
seperti tersedot nikmat dalam vaginanya, tak dapat lagi kutahan cairan
spermaku meluncur dengan deras di dalam liangnya.
?saaaaamaaahhhh?.saaamaaa?.saaayaaaangggggg aaaakuuu ngggaakkkk kuaaat lagiii iiiihhhhh aaaaahhhhhhh,?
?yessss???.Raaaaaannnnnn??.iiiiii?.saaayaaaanggggg ???yaaaahhh?,?
Tergolek
lemas kami berdua, masih berpelukan, berebut mengambil nafas kepuasan
yang terpancar di wajah kami berdua. Rani Bahagia sekali. Dan dasar
pemula, kami masih saling merangsang, lagi dan lagi, seperti tak ada
hari esok. Waktu merayap tak terasa selama 4 jam lebih kami
melakukannya. Sore hingga malam harinya kami saling tindih, saling
rengkuh, darah perawannya berceceran di sprei, di karpet dan di sofa.
Akhirnya kami tertidur.
Sejak saat itu aku dan Rani jadi semakin
ketagihan, hubungan kami tak lagi seperti saudara, tapi lebih sebagai
suami istri. Di sekolah kami saling mengawasi, kasih sayang kami jadi
benar-benar tak bisa dipisahkan, walaupun kami masih melakukannya secara
sembunyi-sembunyi. Rupanya Bu Siska mengetahui perubahan pada diri
anaknya, namun tetap saja ia menyayangi kami berdua. Bahkan sesekali ia
menyuruhku tidur di kamar Rani saat ia tidak dirumah. Dan kalau kami
makan bersama, Rani selalu mengambilkan makanan dimeja itu untukku. Ia
tak lagi canggung di depan keluarganya, bahkan kini Papa Jim seringkali
menyindirku dengan bertanya, ?istrimu sehat, bud?? maksudnya tak lain
adlah anaknya sendiri si Rani. Kalau bicara denganku Papa Jim memang
lebih sering menggunakan terminologi ?istrimu? daripada ?anakku si
Rani?. Sewaktu dia mendapatkan lembar ulangan Rani yang buruk nilainya
malah dia langsung menelponku dengan mengatakan ?aduh bud, gimana
istrimu itu, nilai kok hancur begitu??. Ah beruntungnya aku. Tapi aku
yakin, keluarga itu tidak pernah tahu bahwa aku dan Rani sudah melakukan
hubungan badan layaknya suami istri. Mereka paling hanya melihat
tingkah kami yang mesra itu tanpa tahu sejauh mana hubungan kami.
Dua
bulan setelah itu keluarga itu mengalami ujian yang sangat berat. Dari
Rani aku mengetahui rahasia keluarganya yang sebelumnya gelap gulita
bagiku. Ternyata Papa Jim memiliki simpanan yang cukup banyak,
perjalanan bisnisnya keluar negeri atau keluar daerah selama ini hanya
jadi kesempatan baginya untuk menjalin affair dengan banyak wanita. Bu
Siska sebenarnya sudah mengetahui semua itu sejak awal namun ia tak
kuasa begitu memikirkan keharmonisan keluarganya. Sebagai seorang ibu
yang mencintai keluarganya ia lebih mementingkan keutuhan rumahtangga
daripada ego pribadi kepada suaminya itu. Ternyata selama itu pula
keluarga Bu Siska menyembunyikan disharmoni keluarganya dariku, bahwa
kemesraan antara Bu Siska da Papa Jim hanya sandiwara untukku saja. Rani
mengakui ia telah kehilangan figur bapak pada diri papanya dan oleh
karena itulah ia begitu mendambakan saudara pria, dan begitu aku
memasuki kehidupannya ia langsung menumpahkan segala perasaan sayangnya
kepadaku. Mbak Rina juga memutuskan utk study luar negeri karena merasa
muak dengan papanya, mereka bertiga sudah merasa tak lagi memiliki ayah
atau suami sejak mengetahui rahasia papanya itu.
Ternyata pula
perusahaan besar itu adalah milik keluarga Bu Siska, Papa Jim awalnya
hanyalah seorang karyawan disana yang karena pernikahannya dengan Bu
Siska mendapat jabatan direktur. Entah kenapa semenjak mengetahui cerita
tersebut dari Rani, aku jadi ikut-ikutan menjustifikasi Papa Jim. Kini
ia tak lebih baik dari seorang bajingan tengik yang tak tahu diri.
Akhirnya pada bulan itu juga, aku lupa tanggalnya, terjadi pertengkaran
yang hebat antara Bu Siska dan suaminya. Banyak kata-kata sumpah serapah
yang keluar dari mulut Papa Jim, sedang Bu Siska tampak lebih bisa
menguasai diri. Tapi ujungnya mereka memutuskan untuk bercerai dan Papa
Jim tidak diperkenankan lagi menduduki jabatan diperusahaan itu, alias
dipecat!
Aku menghela nafas panjang mendengar penuturan Rani, sore
itu setelah semua hal yang berkaitan dengan perceraian dan kepergian
Papa Jim dari rumah itu, kami (aku, Rani dan Bu Siska duduk santai di
beranda belakang lantai dua rumah itu. Bu Siska segaja membiarkan
anaknya menuturkan semua rahasia itu padaku, ia hanya terdiam sambil
menyandarkan kepalanya di dadaku. Kami bertiga memang lebih akrab lagi
sejak peristiwa perceraiannya. Aku dan Rani sepakat untuk saling
membantu menghibur mamanya agar cepat melupakan kenangan buruk itu. Aku
duduk berselonjor kaki di lesehan empuk beranda itu, bersandar di
tembok. Di pundak kananku ada kepala Bu Siska sedang Rani tiduran dengan
kepalanya diatas pahaku.
Tak ada perasaan apa-apa waktu itu karena
hal yang sangat lumrah bagi kami bertiga yang hampir tiap sore curhat
ditempat itu. Sampai kemudian Bu Siska menyuruh Rani agar masuk tidur
karena terlihat matanya yang sembab menahan tangis ketika bertutur tadi.
Rani pun mengiyakan dan beranjak ke kamarnya. Tinggal aku dan Bu Siska
disana, ia masih bersandar di bahuku, lama kelamaan mungkin karena
pegal, ia pindah dan berbaring di pahaku. Akupun sudah terbiasa dengan
hal itu, kubelai rambutnya yang sebahu, lebat dan hitam terawat.
Keharuman tubuhnya menyeruak seketika ia mengangkat tangannya membelai
pipiku.
?Bud?.,? panggilnya pelan sekali.
?Iya Bu?,?
?Ibu sayang sama kamu, ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri,?
tangannya masih membelai pipi kiriku dengan lembut,
?Terimakasih Bu, Budi juga sangat sayang pada ibu, Mbak Rina dan Rani,?
?Dan ibu juga ingin kamu benar-benar menjaga Rani dengan ba
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar