Kamis, 13 April 2017
Rabu, 09 Juli 2014
Sekilas Mama Shin Chan juga melihat tontonan TV yang masih
memeprlihatkan goyangan-goyangan erotis dari penyanyinya. Mengertilah
Mama Shin Chan tapi tetap heran dengan besarnya tonjolan burung Shin
Chan. Untuk mengurangi rasa sakit jepitan celana pada burung Shin Chan
maka mamanya melorotkan celana Shin Chan yang lagi terlentang. Bertambah
terkejutnya Mama Shin Chan setelah melihat burung Shin Chan yang
berdiri tegak dengan ukuran melebihi milik suaminya. Dipegang dan
diusap-usap burung Shin Chan oleh kedua tangan mamanya yang lembut.
"Enaak Ma, terus.", kata Shin Chan nakal sambil tersenyum lega.
"Shin Chan, ini akibatnya kalau kamu lihat TV yang seperti gituan", teriak mamanya dengan muka merah dan segera mematikan TV.
"Mama, Mama, maafin Shin Chan.", rengek Shin Chan hampir menangis.
Tapi tetap saja burung Shin Chan berdiri tegak karena usapan mamanya.
Mamanya Shin Chan tahu bahwa untuk menidurkan kembali burung Shin Chan ia harus menyudahi usapannya pada burung itu, tapi karena ia belum pernah melihat dan memegang penis pria sebesar itu maka dengan ia masih tetap berlama-lama menatap dan mengusap burung anaknya. Melihat jam dinding, dengan berat hati ia meninggalkan Shin Chan dan kedapur untuk menyiapkan makan malam suaminya yang akan tiba dari pulang kerja tak lama lagi.
"Ma, Mama, gimana ini, Shin Chan kok ditinggal", teriak Shin Chan.
"Lepas dulu aja celanamu, duduk dan tunggu aja, kalau burungmu sudah tidur pakai lagi celanamu", teriak mamanya dari dapur.
"Hihihi, dingin-dingin empuk", tawa Shin Chan sambil memijat-mijat burungnya sendiri.
Lupa akan perintah mamanya, Shin Chan lari berputar-putar diruang tengah tanpa celana menirukan aksi superhero kesayangannya ketika membasmi kejahatan.
"Hmm, mana monster-monster jahat itu biar kutembak dengan senjata baruku ini", teriak Shin Chan memegang burungnya dan memainkannya bak senjata.
Kelakuan Shin Chan yang belum tahu apa-apa ini, membuat burungnya tetap saja berdiri tegang tak mau segera tidur. Tapi Shin Chan malah senang karena punya mainan baru.
Mama Shin Chan yang telah usai menyiapkan makan malam keluarga, kembali keruang tengah untuk melihat kondisi anaknya.
"Ma, Mama, ayo Ma main superhero lawan monster, Shin Chan jadi superheronya, Mama jadi monsternya ya", teriak Shin Chan pada mamanya.
"Shin Chan kamu kok nakal banget sih, disuruh duduk kok malah lari-lari", teriak mamanya tak dihiraukan Shin Chan yang lagi asyik main dengan berlarian.
Mamanya berusaha menangkap Shin Chan untuk dipaksa duduk tenang, tapi Shin Chan malah menganggapnya bermain-main dan tetap terus menghindar dari tangkapan mamanya lalu sesekali memegang burung dan mengarahkannya pada mamanya sambil beraksi menembak.
"Dor, dor, dor", teriak Shin Chan.
Gemas campur marah mamanya Shin Chan mengancam tak memberinya mie, tapi Shin Chan nakal sudah tak mendengarkan lagi ancaman mamanya yang sudah dianggapnya monster yang berusaha menangkapnya.
"Ayo monster kalau bisa tangkap Super Shin Chan", ujar Shin Chan.
Mendengar kata-kata Shin Chan, mamanya punya akal untuk menangkapnya.
"Awas Super Shin Chan kalau ketangkap akan kuberi pelajaran", kata mamanya Shin Chan berlagak jadi monster.
Lalu mamanya Shin Chan segera mematikan lampu diruang tengah sehingga kondisinya menjadi remang-remang.
"Mama, Mama Shin Chan takut, nyalain lagi lampunya", jerit Shin Chan ketakutan sehingga tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri.
Tiba-tiba dua tangan mamanya sudah menangkap tubuhnya dari belakang.
"Hehehe, ketangkap kamu", ujar mamanya Shin Chan dengan suara monster.
"Mama, Mama mainnya sudahan", ujar Shin Chan sambil merobohkan dirinya diatas karpet ruang tengah.
"Mamamu sudah tak ada, yang ada hanyalah monster yang akan memberimu pelajaran", kata mamanya bak monster jahat yang siap menerkam mangsanya.
Merasa tertantang, keberanian Shin Chan muncul kembali mengingat ia punya senjata pamungkas yaitu burungnya yang masih berdiri.
"Super Shin Chan tidak takut sama monster jelek, sini biar kutembak", teriak Shin Chan dengan memegang dan mengarahkan burungnya ke arah wajah mamanya yang mendekat.
"Aku bukan monster jelek tapi monster cantik dan tak takut dengan senjatamu, terimalah pelajaran dariku", ucap mamanya Shin Chan langsung menangkap dan menjilati burungnya Shin Chan yang mengarah kemukanya.
Shin Chan yang tak berdaya melepas tangannya dari burungnya dan terlentang mengaduh"Aduh, aduh, geli Ma, geli Ma".
Tak mendengarkan rintihan Shin Chan, mamanya terus menjilati dan mengulum batang kemaluan Shin Chan. Kuluman maju mundur pada ujung batang kemaluan Shin Chan ia tambahkan kocokan dengan tangannya pada pangkal batang kemaluan Shin Chan.
"Uhh, uuh, mmh, Ma, Ma, en, en, enaak", ucap Shin Chan terbata-bata.
"Teruus Ma, iya gitu, mmh, uhh, lagi Ma, mmff", kata Shin Chan yang membuat mamanya makin mempercepat kuluman dan kocokan pada batang kemaluan Shin Chan.
"Ma, Ma, Sin, Sin, Shin Chan mau.", belum habis ucapan Shin Chan, batang kemaluannya berdenyut hebat mengeluarkan cairan putih dan langsung menyemprot kedalam kerongkongan mamanya.
"Mmmh, mmh.", suara mamanya sambil terus menyedot batang kemaluan Shin Chan dan menelan cairan putih itu seperti menyedot plastik sedotan ketika minum es juice sirsak.
"Mama, Mama kok doyan sih Shin Chan pipisin", ujar Shin Chan setelah lepas mulut mamanya dari batang kemaluannya.
"Shin Chan, itu tadi bukan pipis tapi peluru dari senjata Shin Chan yang harus dimakan oleh monster", kata mamanya Shin Chan dengan kalem.
Bersamaan dengan itu terdengar suara telpon dan ternyata dari papanya Shin Chan yang memberitahu istrinya bahwa ia akan lembur malam ini hingga tengah malam.
Dengan sangat kecewa, mamanya Shin Chan menutup gagang telepon. Ia kecewa karena hasrat nafsunya yang tinggi setelah bermain dengan Shin Chan hingga basah celana dalamnya ternyata tak dapat ia lampiaskan bersama suaminya yang akan pulang larut malam.
"Mama, Mama siapa yang nelpon kita?", tanya Shin Chan yang masih belum bercelana meski burungnya sudah kembali pada ukuran semula.
"Itu tadi papamu, pulangnya akan malam. Kamu cepat pakai celanamu, makan lalu segera tidur", perintah mamanya dengan nada agak keras sambil kembali menyalakan lampu ruangan tengah.
Di kamar tidur, Shin Chan yang bersiap-siap menuju ke pembaringan bercakap-cakap dengan mamanya.
"Mama, Mama besok disekolah akan aku tunjukkan senjataku pada teman-teman".
Mamanya langsung menjawab"Shin Chan kamu tidak boleh menunjukkan senjatamu itu, senjatamu itu hanya boleh kamu tunjukkan sama Mama saja, dan jangan sekali-sekali cerita pada papamu atau orang lain, ngerti?".
"Memangnya kenapa Ma?", tanya Shin Chan tak puas.
"Kalau kamu ceritakan dan tunjukkan sama orang lain, Mama nggak mau lagi main sama kamu dan Mama nggak akan membuatkan mie kesukaan Shin Chan", jawab mamanya yang direspon dengan anggukan oleh Shin Chan.
Ditempat tidur Shin Chan masih bingung dengan apa yang dikatakan mamanya tadi.
"Mama curang, masa senjata kok nggak boleh dikeluarkan, eh tapi kalau nggak dituruti nggak bisa dapat mie dan nggak bisa main, wah nggak asyik".
Gemericik air terdengar oleh Shin Chan dari arah kamar mandi. Shin Chan nakal segera bergegas membuka selimut lalu turun dari tempat tidurnya.
"Uhh, Mama mandi, ngintip ahh, seperti apa sih Mama punya senjata? punyaku kalah nggak ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.
Didalam kamar mandi yang hanya ditutup separuh itu terlihat mamanya Shin Chan sedang telanjang sambil menunggu tingginya air dalam bathtub. Berdiri bersandarkan dinding kamar mandi tangan kanan mamanya Shin Chan mengusap-usap daerah kemaluannya sendiri dan sesekali memasukkan jari tengahnya kedalam vaginanya. Sementara itu tangan kirinya meremas payudaranya sambil memejamkan mata membayangkan burungnya Shin Chan.
Shin Chan yang sedang mengintip keheranan melihat senjata mamanya yang hanya berupa lubang kecil yang ditumbuhi rambut-rambut halus tanpa ada moncongnya seperti miliknya. Lebih heran lagi ketika melihat payudara mamanya.
"Uhh, Mama punya 2 senjata, tapi kok diatas ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.
Merasa ingin lebih jelas ia bergerak lebih maju tapi badannya menyenggol pintu kamar mandi sehingga mengejutkan mamanya.
"Shin Chan, kamu kok nakal sekali", teriak mamanya.
Dengan nyengir di bibir Shin Chan berkata"Mama, Mama maafin Shin Chan".
Berhadap-hadapan dengan mamanya yang telanjang, piyama Shin Chan mulai terbuka bagian bawahnya karena tertonjol oleh batang kemaluan Shin Chan yang berdiri mengeras. Hal itu tak luput dari pandangan mamanya.
"Shin Chan kamu haru diberi pelajaran lagi karena nakal, kesini dan buka piyamamu", perintah mamanya.
Shin Chan yang ketakutan hanya menuruti perintah mamanya. Dengan telanjang bulat ia masuk kedalam kamar mandi dan berdiri tepat didepan mamanya.
Dengan tinggi badan Shin Chan, mukanya tepat menghadap pada daerah kemaluan mamanya.
"Mama, Mama mana senjatanya yang seperti punya Shin Chan?", tanya Shin Chan.
"Senjataku nggak kelihatan karena ada didalam, coba lihat", jawab mamanya Shin Chan.
"Mana, nggak kelihatan?", tanya Shin Chan.
"Memang nggak, tapi bisa mengeluarkan peluru, coba rasakan dengan lidahmu", perintah mamanya Shin Chan dengan menarik kepala Shin Chan hingga lidahnya menyentuh bibir vagina mamanya.
"Ohh, Shin Chan rasakan lubangnya dan masukin dengan lidahmu", perintah mamanya.
Lidah Shin Chan akhirnya menemukan lubang vagina mamanya dan tanpa diperintah lagi bergerak-gerak secara bebas dalam liang kenikmatanan mamanya.
"Ahh, terus Shin Chan, lagi, jangan berhenti ohh.", ucap mamanya sambil mendesah keenakan.
Tarikan tangan Mama semakin erat memegang kepala Shin Chan membuat Shin Chan agak gelagapan.
"Cepat Shin Chan, Mama mau keluarin pelurunya, ahh.", desah mamanya sambil menggelinjangkan tubuhnya.
Shin Chan merasakan semprotan kecil yang hangat dari dalam liang kenikmatan mamanya dan berusaha menelannya.
Selepas itu mereka berdua mandi bersama dalam bathtub yang telah terisi air hangat. Berdekapan dengan mamanya, tangan Shin Chan yang nakal meremas-remas payudara mamanya. Shin Chan kecil duduk dipangkuan mamanya, burungnya yang makin mengeras bergeseran dengan perut mamanya. Shin Chan terus meremas semua bagian tubuh mamanya yang sudah merebahkan tubuhnya. Seperti mendapatkan mainan baru, tubuh Shin Chan yang berada diatas tubuh mamanya bergerak keatas kebawah sambil merasakan rasa enak pada bagian burungnya karena bersentuhan dan bergeser dengan tubuh mamanya. Mamanya Shin Chan membiarkan tingkah polah anaknya pada tubuhnya menunggu tertumpuknya hasrat nafsu yang tak akan dibendungnya.
"Shin Chan, ayo kita adu senjata Shin Chan dengan senjata Mama", ajak mamanya Shin Chan.
"Mama, Mama gimana caranya?", tanya Shin Chan bingung.
"Masukin aja senjata Shin Chan kedalam lubang yang Shin Chan masuki lidah tadi, nanti didalam akan beradu sendiri", jawab mamanya menjelaskan.
"Ayo, ayo Ma, diadu, tapi yang kalah tandanya apa Ma?", tanya Shin Chan kembali.
"Yang mengeluarkan peluru duluan yang kalah", jawab mamanya.
Mama Shin Chan kemudian mengatur posisi tubuh Shin Chan yang berada diatasnya agak ke belakang sehingga batang kemaluan Shin Chan tepat berada diatas vaginanya. Dipandu oleh tangan mamanya, ujung batang kemaluan Shin Chan masuk sedikit kedalam lubang vagina mamanya.
"Shin Chan ayo dorong biar masuk terus", ucap mamanya sudah tak sabar.
"Mama, Mama rasanya geli", jawab Shin Chan polos.
Ditariknya tubuh Shin Chan oleh mamanya sehingga seluruh batang kemaluan Shin Chan masuk dalam vagina mamanya.
"Ahh, ah.", desah mamanya merasakan kenikmatan gesekan burung Shin Chan dengan liang kenikmatannya yang lain dibandingkan burung milik suaminya.
"Uhh, mmh, mmff, enaak Ma", kata Shin Chan kegirangan.
"Shin Chan, cepat kamu maju mundur tapi jangan sampai lepas ya senjatamu", perintah mamanya lagi.
Menuruti kata-kata mamanya, Shin Chan terus melakukan gerak maju dan mundur dan semakin lama semakin cepat hingga membuat gelombang yang lumayan dalam bathtub.
"Shh, aah, terus Shin Chan", desah mamanya.
"Mmh, mmff, iya Ma", kata Shin Chan mengiyakan.
Beberapa saat kemudian Shin Chan berkata"Mama, Mama aku mau keluarin pelurunya".
"Tahan Shin Chan.", ucap mamanya sambil mepercepat gerakan tubuhnya untuk mengimbangi gerak maju mundur Shin Chan.
Lalu didekapnya tubuh Shin Chan yang sudah kelihatan tak dapat menahan ejakulasinya.
"Mamaa..", ucap Shin Chan lirih dibarengi rasa denyutan dari batang kemaluannya.
"Enaak Ma, terus.", kata Shin Chan nakal sambil tersenyum lega.
"Shin Chan, ini akibatnya kalau kamu lihat TV yang seperti gituan", teriak mamanya dengan muka merah dan segera mematikan TV.
"Mama, Mama, maafin Shin Chan.", rengek Shin Chan hampir menangis.
Tapi tetap saja burung Shin Chan berdiri tegak karena usapan mamanya.
Mamanya Shin Chan tahu bahwa untuk menidurkan kembali burung Shin Chan ia harus menyudahi usapannya pada burung itu, tapi karena ia belum pernah melihat dan memegang penis pria sebesar itu maka dengan ia masih tetap berlama-lama menatap dan mengusap burung anaknya. Melihat jam dinding, dengan berat hati ia meninggalkan Shin Chan dan kedapur untuk menyiapkan makan malam suaminya yang akan tiba dari pulang kerja tak lama lagi.
"Ma, Mama, gimana ini, Shin Chan kok ditinggal", teriak Shin Chan.
"Lepas dulu aja celanamu, duduk dan tunggu aja, kalau burungmu sudah tidur pakai lagi celanamu", teriak mamanya dari dapur.
"Hihihi, dingin-dingin empuk", tawa Shin Chan sambil memijat-mijat burungnya sendiri.
Lupa akan perintah mamanya, Shin Chan lari berputar-putar diruang tengah tanpa celana menirukan aksi superhero kesayangannya ketika membasmi kejahatan.
"Hmm, mana monster-monster jahat itu biar kutembak dengan senjata baruku ini", teriak Shin Chan memegang burungnya dan memainkannya bak senjata.
Kelakuan Shin Chan yang belum tahu apa-apa ini, membuat burungnya tetap saja berdiri tegang tak mau segera tidur. Tapi Shin Chan malah senang karena punya mainan baru.
Mama Shin Chan yang telah usai menyiapkan makan malam keluarga, kembali keruang tengah untuk melihat kondisi anaknya.
"Ma, Mama, ayo Ma main superhero lawan monster, Shin Chan jadi superheronya, Mama jadi monsternya ya", teriak Shin Chan pada mamanya.
"Shin Chan kamu kok nakal banget sih, disuruh duduk kok malah lari-lari", teriak mamanya tak dihiraukan Shin Chan yang lagi asyik main dengan berlarian.
Mamanya berusaha menangkap Shin Chan untuk dipaksa duduk tenang, tapi Shin Chan malah menganggapnya bermain-main dan tetap terus menghindar dari tangkapan mamanya lalu sesekali memegang burung dan mengarahkannya pada mamanya sambil beraksi menembak.
"Dor, dor, dor", teriak Shin Chan.
Gemas campur marah mamanya Shin Chan mengancam tak memberinya mie, tapi Shin Chan nakal sudah tak mendengarkan lagi ancaman mamanya yang sudah dianggapnya monster yang berusaha menangkapnya.
"Ayo monster kalau bisa tangkap Super Shin Chan", ujar Shin Chan.
Mendengar kata-kata Shin Chan, mamanya punya akal untuk menangkapnya.
"Awas Super Shin Chan kalau ketangkap akan kuberi pelajaran", kata mamanya Shin Chan berlagak jadi monster.
Lalu mamanya Shin Chan segera mematikan lampu diruang tengah sehingga kondisinya menjadi remang-remang.
"Mama, Mama Shin Chan takut, nyalain lagi lampunya", jerit Shin Chan ketakutan sehingga tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri.
Tiba-tiba dua tangan mamanya sudah menangkap tubuhnya dari belakang.
"Hehehe, ketangkap kamu", ujar mamanya Shin Chan dengan suara monster.
"Mama, Mama mainnya sudahan", ujar Shin Chan sambil merobohkan dirinya diatas karpet ruang tengah.
"Mamamu sudah tak ada, yang ada hanyalah monster yang akan memberimu pelajaran", kata mamanya bak monster jahat yang siap menerkam mangsanya.
Merasa tertantang, keberanian Shin Chan muncul kembali mengingat ia punya senjata pamungkas yaitu burungnya yang masih berdiri.
"Super Shin Chan tidak takut sama monster jelek, sini biar kutembak", teriak Shin Chan dengan memegang dan mengarahkan burungnya ke arah wajah mamanya yang mendekat.
"Aku bukan monster jelek tapi monster cantik dan tak takut dengan senjatamu, terimalah pelajaran dariku", ucap mamanya Shin Chan langsung menangkap dan menjilati burungnya Shin Chan yang mengarah kemukanya.
Shin Chan yang tak berdaya melepas tangannya dari burungnya dan terlentang mengaduh"Aduh, aduh, geli Ma, geli Ma".
Tak mendengarkan rintihan Shin Chan, mamanya terus menjilati dan mengulum batang kemaluan Shin Chan. Kuluman maju mundur pada ujung batang kemaluan Shin Chan ia tambahkan kocokan dengan tangannya pada pangkal batang kemaluan Shin Chan.
"Uhh, uuh, mmh, Ma, Ma, en, en, enaak", ucap Shin Chan terbata-bata.
"Teruus Ma, iya gitu, mmh, uhh, lagi Ma, mmff", kata Shin Chan yang membuat mamanya makin mempercepat kuluman dan kocokan pada batang kemaluan Shin Chan.
"Ma, Ma, Sin, Sin, Shin Chan mau.", belum habis ucapan Shin Chan, batang kemaluannya berdenyut hebat mengeluarkan cairan putih dan langsung menyemprot kedalam kerongkongan mamanya.
"Mmmh, mmh.", suara mamanya sambil terus menyedot batang kemaluan Shin Chan dan menelan cairan putih itu seperti menyedot plastik sedotan ketika minum es juice sirsak.
"Mama, Mama kok doyan sih Shin Chan pipisin", ujar Shin Chan setelah lepas mulut mamanya dari batang kemaluannya.
"Shin Chan, itu tadi bukan pipis tapi peluru dari senjata Shin Chan yang harus dimakan oleh monster", kata mamanya Shin Chan dengan kalem.
Bersamaan dengan itu terdengar suara telpon dan ternyata dari papanya Shin Chan yang memberitahu istrinya bahwa ia akan lembur malam ini hingga tengah malam.
Dengan sangat kecewa, mamanya Shin Chan menutup gagang telepon. Ia kecewa karena hasrat nafsunya yang tinggi setelah bermain dengan Shin Chan hingga basah celana dalamnya ternyata tak dapat ia lampiaskan bersama suaminya yang akan pulang larut malam.
"Mama, Mama siapa yang nelpon kita?", tanya Shin Chan yang masih belum bercelana meski burungnya sudah kembali pada ukuran semula.
"Itu tadi papamu, pulangnya akan malam. Kamu cepat pakai celanamu, makan lalu segera tidur", perintah mamanya dengan nada agak keras sambil kembali menyalakan lampu ruangan tengah.
Di kamar tidur, Shin Chan yang bersiap-siap menuju ke pembaringan bercakap-cakap dengan mamanya.
"Mama, Mama besok disekolah akan aku tunjukkan senjataku pada teman-teman".
Mamanya langsung menjawab"Shin Chan kamu tidak boleh menunjukkan senjatamu itu, senjatamu itu hanya boleh kamu tunjukkan sama Mama saja, dan jangan sekali-sekali cerita pada papamu atau orang lain, ngerti?".
"Memangnya kenapa Ma?", tanya Shin Chan tak puas.
"Kalau kamu ceritakan dan tunjukkan sama orang lain, Mama nggak mau lagi main sama kamu dan Mama nggak akan membuatkan mie kesukaan Shin Chan", jawab mamanya yang direspon dengan anggukan oleh Shin Chan.
Ditempat tidur Shin Chan masih bingung dengan apa yang dikatakan mamanya tadi.
"Mama curang, masa senjata kok nggak boleh dikeluarkan, eh tapi kalau nggak dituruti nggak bisa dapat mie dan nggak bisa main, wah nggak asyik".
Gemericik air terdengar oleh Shin Chan dari arah kamar mandi. Shin Chan nakal segera bergegas membuka selimut lalu turun dari tempat tidurnya.
"Uhh, Mama mandi, ngintip ahh, seperti apa sih Mama punya senjata? punyaku kalah nggak ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.
Didalam kamar mandi yang hanya ditutup separuh itu terlihat mamanya Shin Chan sedang telanjang sambil menunggu tingginya air dalam bathtub. Berdiri bersandarkan dinding kamar mandi tangan kanan mamanya Shin Chan mengusap-usap daerah kemaluannya sendiri dan sesekali memasukkan jari tengahnya kedalam vaginanya. Sementara itu tangan kirinya meremas payudaranya sambil memejamkan mata membayangkan burungnya Shin Chan.
Shin Chan yang sedang mengintip keheranan melihat senjata mamanya yang hanya berupa lubang kecil yang ditumbuhi rambut-rambut halus tanpa ada moncongnya seperti miliknya. Lebih heran lagi ketika melihat payudara mamanya.
"Uhh, Mama punya 2 senjata, tapi kok diatas ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.
Merasa ingin lebih jelas ia bergerak lebih maju tapi badannya menyenggol pintu kamar mandi sehingga mengejutkan mamanya.
"Shin Chan, kamu kok nakal sekali", teriak mamanya.
Dengan nyengir di bibir Shin Chan berkata"Mama, Mama maafin Shin Chan".
Berhadap-hadapan dengan mamanya yang telanjang, piyama Shin Chan mulai terbuka bagian bawahnya karena tertonjol oleh batang kemaluan Shin Chan yang berdiri mengeras. Hal itu tak luput dari pandangan mamanya.
"Shin Chan kamu haru diberi pelajaran lagi karena nakal, kesini dan buka piyamamu", perintah mamanya.
Shin Chan yang ketakutan hanya menuruti perintah mamanya. Dengan telanjang bulat ia masuk kedalam kamar mandi dan berdiri tepat didepan mamanya.
Dengan tinggi badan Shin Chan, mukanya tepat menghadap pada daerah kemaluan mamanya.
"Mama, Mama mana senjatanya yang seperti punya Shin Chan?", tanya Shin Chan.
"Senjataku nggak kelihatan karena ada didalam, coba lihat", jawab mamanya Shin Chan.
"Mana, nggak kelihatan?", tanya Shin Chan.
"Memang nggak, tapi bisa mengeluarkan peluru, coba rasakan dengan lidahmu", perintah mamanya Shin Chan dengan menarik kepala Shin Chan hingga lidahnya menyentuh bibir vagina mamanya.
"Ohh, Shin Chan rasakan lubangnya dan masukin dengan lidahmu", perintah mamanya.
Lidah Shin Chan akhirnya menemukan lubang vagina mamanya dan tanpa diperintah lagi bergerak-gerak secara bebas dalam liang kenikmatanan mamanya.
"Ahh, terus Shin Chan, lagi, jangan berhenti ohh.", ucap mamanya sambil mendesah keenakan.
Tarikan tangan Mama semakin erat memegang kepala Shin Chan membuat Shin Chan agak gelagapan.
"Cepat Shin Chan, Mama mau keluarin pelurunya, ahh.", desah mamanya sambil menggelinjangkan tubuhnya.
Shin Chan merasakan semprotan kecil yang hangat dari dalam liang kenikmatan mamanya dan berusaha menelannya.
Selepas itu mereka berdua mandi bersama dalam bathtub yang telah terisi air hangat. Berdekapan dengan mamanya, tangan Shin Chan yang nakal meremas-remas payudara mamanya. Shin Chan kecil duduk dipangkuan mamanya, burungnya yang makin mengeras bergeseran dengan perut mamanya. Shin Chan terus meremas semua bagian tubuh mamanya yang sudah merebahkan tubuhnya. Seperti mendapatkan mainan baru, tubuh Shin Chan yang berada diatas tubuh mamanya bergerak keatas kebawah sambil merasakan rasa enak pada bagian burungnya karena bersentuhan dan bergeser dengan tubuh mamanya. Mamanya Shin Chan membiarkan tingkah polah anaknya pada tubuhnya menunggu tertumpuknya hasrat nafsu yang tak akan dibendungnya.
"Shin Chan, ayo kita adu senjata Shin Chan dengan senjata Mama", ajak mamanya Shin Chan.
"Mama, Mama gimana caranya?", tanya Shin Chan bingung.
"Masukin aja senjata Shin Chan kedalam lubang yang Shin Chan masuki lidah tadi, nanti didalam akan beradu sendiri", jawab mamanya menjelaskan.
"Ayo, ayo Ma, diadu, tapi yang kalah tandanya apa Ma?", tanya Shin Chan kembali.
"Yang mengeluarkan peluru duluan yang kalah", jawab mamanya.
Mama Shin Chan kemudian mengatur posisi tubuh Shin Chan yang berada diatasnya agak ke belakang sehingga batang kemaluan Shin Chan tepat berada diatas vaginanya. Dipandu oleh tangan mamanya, ujung batang kemaluan Shin Chan masuk sedikit kedalam lubang vagina mamanya.
"Shin Chan ayo dorong biar masuk terus", ucap mamanya sudah tak sabar.
"Mama, Mama rasanya geli", jawab Shin Chan polos.
Ditariknya tubuh Shin Chan oleh mamanya sehingga seluruh batang kemaluan Shin Chan masuk dalam vagina mamanya.
"Ahh, ah.", desah mamanya merasakan kenikmatan gesekan burung Shin Chan dengan liang kenikmatannya yang lain dibandingkan burung milik suaminya.
"Uhh, mmh, mmff, enaak Ma", kata Shin Chan kegirangan.
"Shin Chan, cepat kamu maju mundur tapi jangan sampai lepas ya senjatamu", perintah mamanya lagi.
Menuruti kata-kata mamanya, Shin Chan terus melakukan gerak maju dan mundur dan semakin lama semakin cepat hingga membuat gelombang yang lumayan dalam bathtub.
"Shh, aah, terus Shin Chan", desah mamanya.
"Mmh, mmff, iya Ma", kata Shin Chan mengiyakan.
Beberapa saat kemudian Shin Chan berkata"Mama, Mama aku mau keluarin pelurunya".
"Tahan Shin Chan.", ucap mamanya sambil mepercepat gerakan tubuhnya untuk mengimbangi gerak maju mundur Shin Chan.
Lalu didekapnya tubuh Shin Chan yang sudah kelihatan tak dapat menahan ejakulasinya.
"Mamaa..", ucap Shin Chan lirih dibarengi rasa denyutan dari batang kemaluannya.
Aduhh…
pusing deh gue kalo udah begini. Akhirnya karena gak tau mo ngapain,
gue peluk aja dia, dan membiarkan dia menangis dibahu gue.
Dadanya menempel erat di dada gue. Terus terang gue horny jugalah dalam kondisi begitu. Dia terus aja menceracau, tentang cowoknya yang jahat, semua cowok didunia jahat, terus gue bilang gue kan gak jahat. “Iya, cuman kamu yang gak jahat, cuman kamu yang baek” or something like that.Terus pipinya mulai menempel dipipi gue, dia mulai berbisik ditelinga gue, tambah horny aja gue ngerasain bibirnya menyentuh telinga gue. Masih jelas tercium nafasnya yang berbau alkohol. Gue peluk dia makin kencang, tangan gue meraba-raba punggungnya. Dia juga makin kencang memeluk gue. Nafasnya makin memburu ditelinga gue, kemudian dia berbisik, “Tom, tolongin gue Tom, tolongin gue, sekali ini aja”, tau-tau dia mencium bibir gue, gue kaget banget, gue cuman bisa bengong, kemudian dia berhenti dan menatap gue lekat-lekat, matanya mulai sayu, wajahnya saat itu bukan seperti wajah kakak gue yang selama ini gue kenal, “Tom, please, tolongin gue” dia berbisik lagi dengan nafas memburu, kemudian langsung melumat bibir gue, ciumannya panas, lidahnya langsung mencoba masuk kemulut gue, damn she’s like a pro. Antara sadar dan nggak, gue mulai membalas ciumannya, pikiran sehat gue waktu itu masih bisa mikir, tetapi naluri seorang cowok berkata lain, antara bingung dan ragu gue mulai merespons ciumannya.
Gue gak tau, mungkin karena efek alkohol dan sudah lama tidak make love yang membuat tegangannya tinggi begini.Sambil tetap mencium, dia mendorong dan merebahkan badan gue, tubuhnya tepat menindih tubuh gue. Ciumannya semakin mengganas, erangan dan rintihannya mulai terdengar, dan kesadaran gue semakin hilang. Bayangan dia ketika bermesraan dengan cowoknya dan keinginan gue yang terpendam mulai menari-nari didepan mata. Kemudian dia menghentikan ciumannya, mengangkat tubuhnya dan duduk diselangkangan gue, lalu dia membuka kaosnya dengan terburu-buru, sekilas terlihat tubuh putihnya yang selama ini belum pernah gue lihat, bra hitam masih membalut dadanya. Hanya sekejap, sebab dia langsung merebahkan tubuhnya kembali dan mencium gue. Gue masih memeluk punggungnya yang telanjang, belum berani meraba dadanya.
Sambil tetap mencium, dia mulai menarik-narik kaos gue keatas, gue bantu dia dengan menggerak-gerakkan badan, dan zap…. secepat kilat kaos gue udah nyangsrang di karpet kamarnya. Kemudian dia mulai mencium leher dan dada gue.Ciuman ganasnya, erangan dan rintihannya, dadanya yang hanya ditutupi selembar kain tipis dan menekan dada gue, dan pinggulnya yang bergoyang erotis mendesak selangkangan gue, mulai memburamkan pikiran sehat dan keraguan gue. Dan begitu bibir dan lidahnya menghisap puting kanan gue, disanalah kesadaran gue hilang sama sekali. Kakak, kakak deh, bodo amat, lagian bukan gue yang memulainya, begitu pembelaan batin gue. Gue langsung membalikan badannya dan menindihnya. “Aahhh…..”, terdengar rintihannya lepas begitu berat tubuh gue menimpa tubuhnya. Sekarang giliran gue. Gue cium bibirnya mungil merekah habis-habisan, kemudian bibir gue mulai merambati leher jenjangnya, terus menggelitik daun telinganya, sementara tangan gue meremas-remas dadanya. Lenguhannya semakin keras. Tangan gue mulai meraba punggungnya mencari kait bra hitamnya.
Agak susah memang, soalnya gue biasa dibukain…hehehe. Begitu terlepas langsung gue renggut branya, dia membantu mengangkat tangannya. Dan… terpampang lah buah dadanya didepan mata gue, putih mulus dan kencang, dengan puting kecil yang sudah mencuat, ukurannya sebenarnya tidak seberapa besar, tetapi proporsional dengan tubuhnya yang ramping.
Gilaa… mimpi apa gue kemaren, hari ini bisa melihat buah dada kakak gue.Dengan cepat gue langsung menghisap dan menjilat kedua puting itu. Efeknya luar biasa, dia langsung melenguh keras dan mengangkat tubuhnya. Terus gue hisap, jilat, gigit-gigit sedikit, remas, dan tubuhnya mulai bermandikan keringat, diiringi rintihannya, sekilas gue lihat wajah kakak gue itu, kepalanya gak mau diam, matanya terpejam, rambutnya sudah berantakan, wow… seksi sekale. Ciuman gue mulai turun ke perutnya yang rata. Tangannya mulai membuka gespernya sendiri, terus kancing jinsnya, dan terakhir resletingnya. Kemudian dia mulai berusaha menurunkan celananya, pantatnya diangkat, dan kakinya menendang-nendang liar. Akhirnya gue bantu dia membuka jinsnya. Sekarang terpampang tubuh kakak gue hanya berbalut celana dalamnya. Wow.. indahnya. Gue langsung menubruk dan menindihnya dan kembali kita berciuman panas. Pinggul gue langsung menekan-nekan selangkangannya. Pasti dia bisa merasakan penis gue soalnya gue cuman pake celana pendek buat tidur.
Rintihan dan erangannya semakin keras, matanya tinggal putihnya, terutama ketika gue dengan keras menekan selangkangannya, sambil ciuman tak pernah lepas dari bibirnya. Karena udah gak tahan, dia dengan kasar membalikan tubuh gue, dalam posisi setengan menindih tubuh gue, dia mulai membuka celana dalamnya sendiri, menendangnya hingga terlepas, kemudian mulai memelorotkan celana pendek sekaligus cd gue. Zap… sekarang gue dan kakak gue telanjang bulat berdua dikamar ini. Dalam mimpi pun gue gak pernah membayangkan seperti ini. Gue lihat bulu kelaminnya, gile nih kakak gue, lebat bo’. Penis gue langsung mencuat keatas. Sambil mencium gue, dengan agak ragu dia mulai meraba-raba adek kesayangan gue, jarinya yang lentik dan lembut jelas beda dengan tangan gue yang kasar, sesak nafas gue dibuatnya. Gue beranikan diri meraba vaginanya, bulunya tebal, dan bibir vagina yang hangat dan sudah sangat basah, gile kakak gue lagi horny habis rupanya. Kemudian dia membalikkan badanya kembali sambil menarik tubuh gue, meminta gue diatas tubuhnya.This is the point of no return. Gue tindih tubuhnya, penis gue menekan keras perutnya. Tubuh kami sudah bersimbah keringat.
Gue tatap wajahnya, matanya sayu, nafasnya memburu, bulir-bulir keringat muncul diwajahnya, rambutnya kusut masai, beberapa menempel dikening karena keringatnya. Gue memandang matanya meminta persetujuannya. Dia hanya memejamkan mata dan mengalungkan tangannya di leher gue. Gile gimana nih, waktu itu kesadaran gue balik sedikit, sedikit aja jangan banyak-banyak. Biar bagaimanpun dia kan kakak gue, gila apa gue mau melakukan hal itu sama dia. Lagian gue belum pernah melakukannya, peting-peting doank sih sering, tapi belum pernah sampe penetrasi begini. Masa keperjakaan gue gue kasih sama kakak gue sendiri.Ditengah keraguan begitu, kakak gue membuka matanya dan berbisik, “Tom, please”, kemudian dia mencium gue penuh perasaan, terbias jelas perasaan sayangnya ke gue, sambil tangannya tambah erat memeluk leher gue. Dan keraguan yang tadi langsung hilang. “Kak, gu..gue belon pernah”, kata gue jujur. Dia lalu menjulurkan tangannya menggengggam lembut penis gue, kemudian dibimbingnya menuju vaginanya. ia mengangkat sedikit pinggulnya dan gue mulai memposisikan diri, kepala penis gue tepat berhenti dibibir vaginanya.
Sentuhan pertamanya seperti sengatan listrik. “Pelan-pelan ya”, bisiknya. Kemudian sambil tetap menatap wajahnya, gue mulai menekan penis gue masuk sedikit demi sedikit. Kakak gue mengangkat wajahnya dan menggeliat, sambil membisikkan nama gue, “Toomm..hhhhh…”, ekspresi seorang wanita yang dilanda kenikmatan. Gilaaaa banget rasanya, tak terlukiskan, rasa hangat dan jepitan di penis gue, menatap wajah seorang wanit cantik menggeliat tepat dibawah gue, dan kenyataan bahwa wanita itu adalah kakak gue sendiri, benar-benar suatu paduan yang sukar diungkapkan, efek psikologisnya berbeda dengan apabila gue sedang bermesraan dengan cewek laen.Gue mulai memompa pelan-pelan, kakak gue mulai menggoyangkan pinggulnya menyatukan irama, seiring dengan meningkatnya tensi, sambil tetap mencium bibirnya, goyangan semakin gue percepat. Derit ranjang, suara pergesekan dua tubuh, suara erangan, rintihan, dan desahan kenikmatan memenuhi kamar.
Kemudian semakin lama, kakak gue semakin tidak terkontrol, dia memutar-mutar pinggulnya, tangannya mencakar-cakar punggung gue, tubuhnya menggeliat kesana kemari, kepalanya digoyang-goyangkan kekiri-kekanan, selalu lepas kalo gue cium, bibirnya menceracau memanggil-manggil nama gue, desah nafasnya semakin memburu, erangan dan rintihannya semakin keras, sampe gue takut kedengaran orang laen. Gile banget nih kakak gue, jangan-jangan dia udah sering banget beginian, kok bisa jadi ahli banget. Praktek langsung gue emang nol, tapi kalo soal teori beginian, gue boleh diadu sama ensiklopedi seks, hehehe.Mungkin karena dia udah horny berat, cuman sebentar, hanya beberapa menit saja, dia udah orgasme. Tiba-tiba dia memekik histeris, sambil memeluk gue keras banget sampe gue gak bisa nafas, tubuhnya kaku, wajahnya menggambarkan dia tengah dilanda kenikmatan amat sangat, cantik sekali, dan vaginanya itu…. ampun-ampunan, mendenyut-denyut teratur, semakin basah, dan jepitannya makin keras. Gileee gue jelas gak tahanlah, untung baru kemaren gue coli, kalo gak gue udah KO dari tadi-tadi, namanya juga baru pertama kali. Gue gak sempat mikir lagi, langsung keluar, rasanya banyak banget dan gak berenti-berenti, wah.. gue menyemprotkan air mani gue divagina kakak gue sendiri, wuiihh rasanya kayak dilempar kelangit ketujuh puluh. Gue langsung jatuh lemas, tiduran diatas tubuh kakak gue. Kakak gue juga masih kejang-kejang sebentar, kemudian dia mendesah panjang, dan tubuhnya terkulai lemas.Begitu gelombang kesadaran perlahan-lahan kembali, berjuta rasa penyesalan, takut, bingung, malu, dan entah apa lagi berkumpul menjadi satu. Gue maluuuuuu banget waktu itu.
Setan apa yang ada dibenak gue sampe gue tega menyetubuhi kakak sendiri, kakak yang gue sayangi, darah daging gue sendiri, walaupun dia duluan yang mulai, tapi dia kan lagi agak mabok dan sedang labil emosinya, ya tetap aja gue yang salah. Tanpa ba bi bu, gue langsung bangkit, buru-buru pake celana, dan memungut baju gue, sebelum pergi gue lihat dia masih berbaring sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan kain seadanya, dia menutupi wajahnya dengan tangannya. Gue tarik selimut yang terjatuh dibawah, gue selimutin dia, dan tanpa ngomong sepatah kata pun, gue kabur dari situ, masuk kekamar gue sendiri. Waktu itu udah sekitar jam 3.00 pagi, pengen rasanya gue packing ransel gue dan langsung kabur dari rumah ini, gak tau kemana pokoknya pergi jauhhhhhhh banget. Gak ada muka gue buat ketemu kakak gue besok paginya. Mau taro dimana nih muka hhhiiiiiii, ngebayanginnya aja udah gemeteran gue. Gimana kalo hamil, aduhh aduhhh, mendingan gue bunuh diri aja deh. Akhirnya karena letih gue akhirnya tertidur juga.
Dadanya menempel erat di dada gue. Terus terang gue horny jugalah dalam kondisi begitu. Dia terus aja menceracau, tentang cowoknya yang jahat, semua cowok didunia jahat, terus gue bilang gue kan gak jahat. “Iya, cuman kamu yang gak jahat, cuman kamu yang baek” or something like that.Terus pipinya mulai menempel dipipi gue, dia mulai berbisik ditelinga gue, tambah horny aja gue ngerasain bibirnya menyentuh telinga gue. Masih jelas tercium nafasnya yang berbau alkohol. Gue peluk dia makin kencang, tangan gue meraba-raba punggungnya. Dia juga makin kencang memeluk gue. Nafasnya makin memburu ditelinga gue, kemudian dia berbisik, “Tom, tolongin gue Tom, tolongin gue, sekali ini aja”, tau-tau dia mencium bibir gue, gue kaget banget, gue cuman bisa bengong, kemudian dia berhenti dan menatap gue lekat-lekat, matanya mulai sayu, wajahnya saat itu bukan seperti wajah kakak gue yang selama ini gue kenal, “Tom, please, tolongin gue” dia berbisik lagi dengan nafas memburu, kemudian langsung melumat bibir gue, ciumannya panas, lidahnya langsung mencoba masuk kemulut gue, damn she’s like a pro. Antara sadar dan nggak, gue mulai membalas ciumannya, pikiran sehat gue waktu itu masih bisa mikir, tetapi naluri seorang cowok berkata lain, antara bingung dan ragu gue mulai merespons ciumannya.
Gue gak tau, mungkin karena efek alkohol dan sudah lama tidak make love yang membuat tegangannya tinggi begini.Sambil tetap mencium, dia mendorong dan merebahkan badan gue, tubuhnya tepat menindih tubuh gue. Ciumannya semakin mengganas, erangan dan rintihannya mulai terdengar, dan kesadaran gue semakin hilang. Bayangan dia ketika bermesraan dengan cowoknya dan keinginan gue yang terpendam mulai menari-nari didepan mata. Kemudian dia menghentikan ciumannya, mengangkat tubuhnya dan duduk diselangkangan gue, lalu dia membuka kaosnya dengan terburu-buru, sekilas terlihat tubuh putihnya yang selama ini belum pernah gue lihat, bra hitam masih membalut dadanya. Hanya sekejap, sebab dia langsung merebahkan tubuhnya kembali dan mencium gue. Gue masih memeluk punggungnya yang telanjang, belum berani meraba dadanya.
Sambil tetap mencium, dia mulai menarik-narik kaos gue keatas, gue bantu dia dengan menggerak-gerakkan badan, dan zap…. secepat kilat kaos gue udah nyangsrang di karpet kamarnya. Kemudian dia mulai mencium leher dan dada gue.Ciuman ganasnya, erangan dan rintihannya, dadanya yang hanya ditutupi selembar kain tipis dan menekan dada gue, dan pinggulnya yang bergoyang erotis mendesak selangkangan gue, mulai memburamkan pikiran sehat dan keraguan gue. Dan begitu bibir dan lidahnya menghisap puting kanan gue, disanalah kesadaran gue hilang sama sekali. Kakak, kakak deh, bodo amat, lagian bukan gue yang memulainya, begitu pembelaan batin gue. Gue langsung membalikan badannya dan menindihnya. “Aahhh…..”, terdengar rintihannya lepas begitu berat tubuh gue menimpa tubuhnya. Sekarang giliran gue. Gue cium bibirnya mungil merekah habis-habisan, kemudian bibir gue mulai merambati leher jenjangnya, terus menggelitik daun telinganya, sementara tangan gue meremas-remas dadanya. Lenguhannya semakin keras. Tangan gue mulai meraba punggungnya mencari kait bra hitamnya.
Agak susah memang, soalnya gue biasa dibukain…hehehe. Begitu terlepas langsung gue renggut branya, dia membantu mengangkat tangannya. Dan… terpampang lah buah dadanya didepan mata gue, putih mulus dan kencang, dengan puting kecil yang sudah mencuat, ukurannya sebenarnya tidak seberapa besar, tetapi proporsional dengan tubuhnya yang ramping.
Gilaa… mimpi apa gue kemaren, hari ini bisa melihat buah dada kakak gue.Dengan cepat gue langsung menghisap dan menjilat kedua puting itu. Efeknya luar biasa, dia langsung melenguh keras dan mengangkat tubuhnya. Terus gue hisap, jilat, gigit-gigit sedikit, remas, dan tubuhnya mulai bermandikan keringat, diiringi rintihannya, sekilas gue lihat wajah kakak gue itu, kepalanya gak mau diam, matanya terpejam, rambutnya sudah berantakan, wow… seksi sekale. Ciuman gue mulai turun ke perutnya yang rata. Tangannya mulai membuka gespernya sendiri, terus kancing jinsnya, dan terakhir resletingnya. Kemudian dia mulai berusaha menurunkan celananya, pantatnya diangkat, dan kakinya menendang-nendang liar. Akhirnya gue bantu dia membuka jinsnya. Sekarang terpampang tubuh kakak gue hanya berbalut celana dalamnya. Wow.. indahnya. Gue langsung menubruk dan menindihnya dan kembali kita berciuman panas. Pinggul gue langsung menekan-nekan selangkangannya. Pasti dia bisa merasakan penis gue soalnya gue cuman pake celana pendek buat tidur.
Rintihan dan erangannya semakin keras, matanya tinggal putihnya, terutama ketika gue dengan keras menekan selangkangannya, sambil ciuman tak pernah lepas dari bibirnya. Karena udah gak tahan, dia dengan kasar membalikan tubuh gue, dalam posisi setengan menindih tubuh gue, dia mulai membuka celana dalamnya sendiri, menendangnya hingga terlepas, kemudian mulai memelorotkan celana pendek sekaligus cd gue. Zap… sekarang gue dan kakak gue telanjang bulat berdua dikamar ini. Dalam mimpi pun gue gak pernah membayangkan seperti ini. Gue lihat bulu kelaminnya, gile nih kakak gue, lebat bo’. Penis gue langsung mencuat keatas. Sambil mencium gue, dengan agak ragu dia mulai meraba-raba adek kesayangan gue, jarinya yang lentik dan lembut jelas beda dengan tangan gue yang kasar, sesak nafas gue dibuatnya. Gue beranikan diri meraba vaginanya, bulunya tebal, dan bibir vagina yang hangat dan sudah sangat basah, gile kakak gue lagi horny habis rupanya. Kemudian dia membalikkan badanya kembali sambil menarik tubuh gue, meminta gue diatas tubuhnya.This is the point of no return. Gue tindih tubuhnya, penis gue menekan keras perutnya. Tubuh kami sudah bersimbah keringat.
Gue tatap wajahnya, matanya sayu, nafasnya memburu, bulir-bulir keringat muncul diwajahnya, rambutnya kusut masai, beberapa menempel dikening karena keringatnya. Gue memandang matanya meminta persetujuannya. Dia hanya memejamkan mata dan mengalungkan tangannya di leher gue. Gile gimana nih, waktu itu kesadaran gue balik sedikit, sedikit aja jangan banyak-banyak. Biar bagaimanpun dia kan kakak gue, gila apa gue mau melakukan hal itu sama dia. Lagian gue belum pernah melakukannya, peting-peting doank sih sering, tapi belum pernah sampe penetrasi begini. Masa keperjakaan gue gue kasih sama kakak gue sendiri.Ditengah keraguan begitu, kakak gue membuka matanya dan berbisik, “Tom, please”, kemudian dia mencium gue penuh perasaan, terbias jelas perasaan sayangnya ke gue, sambil tangannya tambah erat memeluk leher gue. Dan keraguan yang tadi langsung hilang. “Kak, gu..gue belon pernah”, kata gue jujur. Dia lalu menjulurkan tangannya menggengggam lembut penis gue, kemudian dibimbingnya menuju vaginanya. ia mengangkat sedikit pinggulnya dan gue mulai memposisikan diri, kepala penis gue tepat berhenti dibibir vaginanya.
Sentuhan pertamanya seperti sengatan listrik. “Pelan-pelan ya”, bisiknya. Kemudian sambil tetap menatap wajahnya, gue mulai menekan penis gue masuk sedikit demi sedikit. Kakak gue mengangkat wajahnya dan menggeliat, sambil membisikkan nama gue, “Toomm..hhhhh…”, ekspresi seorang wanita yang dilanda kenikmatan. Gilaaaa banget rasanya, tak terlukiskan, rasa hangat dan jepitan di penis gue, menatap wajah seorang wanit cantik menggeliat tepat dibawah gue, dan kenyataan bahwa wanita itu adalah kakak gue sendiri, benar-benar suatu paduan yang sukar diungkapkan, efek psikologisnya berbeda dengan apabila gue sedang bermesraan dengan cewek laen.Gue mulai memompa pelan-pelan, kakak gue mulai menggoyangkan pinggulnya menyatukan irama, seiring dengan meningkatnya tensi, sambil tetap mencium bibirnya, goyangan semakin gue percepat. Derit ranjang, suara pergesekan dua tubuh, suara erangan, rintihan, dan desahan kenikmatan memenuhi kamar.
Kemudian semakin lama, kakak gue semakin tidak terkontrol, dia memutar-mutar pinggulnya, tangannya mencakar-cakar punggung gue, tubuhnya menggeliat kesana kemari, kepalanya digoyang-goyangkan kekiri-kekanan, selalu lepas kalo gue cium, bibirnya menceracau memanggil-manggil nama gue, desah nafasnya semakin memburu, erangan dan rintihannya semakin keras, sampe gue takut kedengaran orang laen. Gile banget nih kakak gue, jangan-jangan dia udah sering banget beginian, kok bisa jadi ahli banget. Praktek langsung gue emang nol, tapi kalo soal teori beginian, gue boleh diadu sama ensiklopedi seks, hehehe.Mungkin karena dia udah horny berat, cuman sebentar, hanya beberapa menit saja, dia udah orgasme. Tiba-tiba dia memekik histeris, sambil memeluk gue keras banget sampe gue gak bisa nafas, tubuhnya kaku, wajahnya menggambarkan dia tengah dilanda kenikmatan amat sangat, cantik sekali, dan vaginanya itu…. ampun-ampunan, mendenyut-denyut teratur, semakin basah, dan jepitannya makin keras. Gileee gue jelas gak tahanlah, untung baru kemaren gue coli, kalo gak gue udah KO dari tadi-tadi, namanya juga baru pertama kali. Gue gak sempat mikir lagi, langsung keluar, rasanya banyak banget dan gak berenti-berenti, wah.. gue menyemprotkan air mani gue divagina kakak gue sendiri, wuiihh rasanya kayak dilempar kelangit ketujuh puluh. Gue langsung jatuh lemas, tiduran diatas tubuh kakak gue. Kakak gue juga masih kejang-kejang sebentar, kemudian dia mendesah panjang, dan tubuhnya terkulai lemas.Begitu gelombang kesadaran perlahan-lahan kembali, berjuta rasa penyesalan, takut, bingung, malu, dan entah apa lagi berkumpul menjadi satu. Gue maluuuuuu banget waktu itu.
Setan apa yang ada dibenak gue sampe gue tega menyetubuhi kakak sendiri, kakak yang gue sayangi, darah daging gue sendiri, walaupun dia duluan yang mulai, tapi dia kan lagi agak mabok dan sedang labil emosinya, ya tetap aja gue yang salah. Tanpa ba bi bu, gue langsung bangkit, buru-buru pake celana, dan memungut baju gue, sebelum pergi gue lihat dia masih berbaring sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan kain seadanya, dia menutupi wajahnya dengan tangannya. Gue tarik selimut yang terjatuh dibawah, gue selimutin dia, dan tanpa ngomong sepatah kata pun, gue kabur dari situ, masuk kekamar gue sendiri. Waktu itu udah sekitar jam 3.00 pagi, pengen rasanya gue packing ransel gue dan langsung kabur dari rumah ini, gak tau kemana pokoknya pergi jauhhhhhhh banget. Gak ada muka gue buat ketemu kakak gue besok paginya. Mau taro dimana nih muka hhhiiiiiii, ngebayanginnya aja udah gemeteran gue. Gimana kalo hamil, aduhh aduhhh, mendingan gue bunuh diri aja deh. Akhirnya karena letih gue akhirnya tertidur juga.
Keesokan
harinya, gue terbangun. Begitu terbangun yang pertama kali mampir
dipikiran gue ya tentu aja kejadian malam sebelumnya. Langsung kalut
otak gue. Kepengen rasanya tidur lagi, tidur terus tanpa perlu bangun.
Gue lirik jam, udah hampir jam 1 siang, busyet lama juga gue tidur. Gue
coba bangkit, alamak, lemeeees banget, seluruh persendian rasanya mo
copot. Tapi perut gue yang mulai keroncongan memaksa gue untuk bangun.
Gue duduk, ngantuk mulai hilang, pikiran mulai segar, tapi keresahan
mulai datang. Takut, resah, gelisah, gundah, gulana, komplit jadi satu.
Mulai terbayang berjuta masalah didepan mata, dan gue gak cukup punya
modal untuk menanggung beban seberat ini. Shock berat gue waktu itu.
Biasanya kalo ada masalah apapun gue ngadu ke Kakak gue, tapi sekarang
yang justru jadi masalah adalah Kakak gue sendiri. Lha gue ngadu ke
siapa lagi donk ? Ngadu ke orang laen ya sama aja menyerahkan leher buat
dipenggal.Yang jelas hubungan kakak-beradik yang sekian belas tahun
terbina rusak total. Luntur begitu gue memasuki tubuhnya, menyebarkan
benih gue sendiri di rahimnya. Berubah 180 derajat. Dia Kakak gue, tapi
gue sudah pernah menikmati tubuh mulusnya, dan diapun demikian.
Gue merasa diri gue kotor banget. Padahal gue cuman punya Kakak 1 biji, sekarang statusnya udah gak jelas. Rasanya gue udah nggak punya siapa2 lagi didunia. Gue gak bisa ngebayangin bagaimana harus bersikap kalau nanti ketemu dia ? Benar-benar nggak ada muka gue. Apa gue langsung bersujud memohon maafnya, kalau perlu pake acara nangis segala biar lebih meyakinkan. Atau gue diam aja, pasrah menunggu nasib, terserah dia deh, gue rela mau diapain juga. Gue juga nggak tau bagaimana sikap dia nanti, dia pasti shock juga. Gimana ya kalo nanti dia marah, ngambek. Kakak gue itu jarang banget marah, paling kalo gue bandel, diomelin dikit aja, tapi kalo sekalinya marah…… wah gue takut deh kalo dia marah. Bukannya takut sih, cuman nggak enak aja. Dicuekin, gak ada yang peduliin gue. Tapi biar bagaimanapun juga, yang pasti hubungan kami berdua tidak akan pernah kembali seperti sediakala. Itu sudah jelas. Itu pil pahit yang harus ditelan.Lama gue merenung dan merenung ditempat tidur. Berjuta bayangan dan pertanyaan berkecamuk di kepala. Juga bayangan kejadian kemarin malam, tapi langsung tertepis sama perasaan risau gue. Kalo bisa mah gue maunya tinggal terus dikamar ini, nggak usah keluar. Tapi perut gue protes minta diisi dan gue bosen juga disini menunggu nasib, ah masa bodo lah gimana nanti aja. Gue dengarkan baik-baik suasana diluar. Sepi. Nggak ada suara kakak gue, nggak ada suara sibuk dari dapur, nggak ada suara tape atau TV.
Hening. Kemana ya dia, apa belum bangun juga ? Apa juga lagi bingung dikamarnya ? Perlahan gue bangkit dan mengintip dari celah pintu. Kamar gue dan Kakak ada di lantai atas, jadi leluasa melihat ke ruang keluarga dan dapur dibawah. Benar-benar sepi, gak ada orang sama sekali. Pembokat siang begini pasti ada di kamarnya, dibangunan sebelah luar. Dengan mengendap-endap bak maling ayam, gue keluar kamar, berusaha tidak mengeluarkan suara. Gue intip lagi kebawah, yess, aman. Terus gue berjingkat-jingkat menuju pintu kamar Kakak, pas disebelah kamar gue. Gue berhenti disana dan mendengarkan untuk beberapa lama. Lama …., wah kayaknya Kakak nggak ada dikamar nih, nggak ada suara aktivitas disana.
Masih pelan-pelan, gue turun kebawah, melongok ke garasi, mobil nggak ada. Pasti Kakak gue pergi nih. Amaaaaaaannnnn, cihuuuuyyy lega banget rasanya, seperti merasakan hukuman mati yang tertunda.Gue langsung menuju meja makan, dan tertegun gue disana, ada sepiring nasi goreng sosis yang udah dingin, ini nasi goreng buatan Kakak, pembokat gue soalnya nggak pernah masak nasgor, dia paling2 masak kalo mau sore, soalnya rumah ini kalo siang kosong. Aduh, dia masih perhatiin makan gue, mau nangis gue rasanya, berjuta penyesalan kembali bersarang didada. Kemana ya dia ? Gue yang tadi udah kelaparan, jadi malas-malasan makannya.
Seharian gue bengang-bengong aja nggak ada kerjaan. Hari mulai malam, dan belum ada tanda-tanda Kakak gue pulang. Makin malam, gue makin khawatir, aduh jangan-jangan dia kenapa-kenapa lagi. Gue aja merasa shock dan terpukul atas kejadian ini, apalagi dia. Hati cewek kan lebih sensitive. Udah gitu dia juga dalam kondisi labil lagi, kemudian ditambah dengan kejadian ini. Jangan-jangan dia pulang mabok lagi, terus ntar gue dapat jatah lagi, asyik juga kali ya. Hushhh…. gue langsung tabok kepala gue sendiri. Keadaan kayak begini masih sempat-sempatnya ngeres. Tadinya gue senang dia nggak ada dirumah, tapi sekarang gue kepengen dia cepat-cepat pulang.
Gue merasa diri gue kotor banget. Padahal gue cuman punya Kakak 1 biji, sekarang statusnya udah gak jelas. Rasanya gue udah nggak punya siapa2 lagi didunia. Gue gak bisa ngebayangin bagaimana harus bersikap kalau nanti ketemu dia ? Benar-benar nggak ada muka gue. Apa gue langsung bersujud memohon maafnya, kalau perlu pake acara nangis segala biar lebih meyakinkan. Atau gue diam aja, pasrah menunggu nasib, terserah dia deh, gue rela mau diapain juga. Gue juga nggak tau bagaimana sikap dia nanti, dia pasti shock juga. Gimana ya kalo nanti dia marah, ngambek. Kakak gue itu jarang banget marah, paling kalo gue bandel, diomelin dikit aja, tapi kalo sekalinya marah…… wah gue takut deh kalo dia marah. Bukannya takut sih, cuman nggak enak aja. Dicuekin, gak ada yang peduliin gue. Tapi biar bagaimanapun juga, yang pasti hubungan kami berdua tidak akan pernah kembali seperti sediakala. Itu sudah jelas. Itu pil pahit yang harus ditelan.Lama gue merenung dan merenung ditempat tidur. Berjuta bayangan dan pertanyaan berkecamuk di kepala. Juga bayangan kejadian kemarin malam, tapi langsung tertepis sama perasaan risau gue. Kalo bisa mah gue maunya tinggal terus dikamar ini, nggak usah keluar. Tapi perut gue protes minta diisi dan gue bosen juga disini menunggu nasib, ah masa bodo lah gimana nanti aja. Gue dengarkan baik-baik suasana diluar. Sepi. Nggak ada suara kakak gue, nggak ada suara sibuk dari dapur, nggak ada suara tape atau TV.
Hening. Kemana ya dia, apa belum bangun juga ? Apa juga lagi bingung dikamarnya ? Perlahan gue bangkit dan mengintip dari celah pintu. Kamar gue dan Kakak ada di lantai atas, jadi leluasa melihat ke ruang keluarga dan dapur dibawah. Benar-benar sepi, gak ada orang sama sekali. Pembokat siang begini pasti ada di kamarnya, dibangunan sebelah luar. Dengan mengendap-endap bak maling ayam, gue keluar kamar, berusaha tidak mengeluarkan suara. Gue intip lagi kebawah, yess, aman. Terus gue berjingkat-jingkat menuju pintu kamar Kakak, pas disebelah kamar gue. Gue berhenti disana dan mendengarkan untuk beberapa lama. Lama …., wah kayaknya Kakak nggak ada dikamar nih, nggak ada suara aktivitas disana.
Masih pelan-pelan, gue turun kebawah, melongok ke garasi, mobil nggak ada. Pasti Kakak gue pergi nih. Amaaaaaaannnnn, cihuuuuyyy lega banget rasanya, seperti merasakan hukuman mati yang tertunda.Gue langsung menuju meja makan, dan tertegun gue disana, ada sepiring nasi goreng sosis yang udah dingin, ini nasi goreng buatan Kakak, pembokat gue soalnya nggak pernah masak nasgor, dia paling2 masak kalo mau sore, soalnya rumah ini kalo siang kosong. Aduh, dia masih perhatiin makan gue, mau nangis gue rasanya, berjuta penyesalan kembali bersarang didada. Kemana ya dia ? Gue yang tadi udah kelaparan, jadi malas-malasan makannya.
Seharian gue bengang-bengong aja nggak ada kerjaan. Hari mulai malam, dan belum ada tanda-tanda Kakak gue pulang. Makin malam, gue makin khawatir, aduh jangan-jangan dia kenapa-kenapa lagi. Gue aja merasa shock dan terpukul atas kejadian ini, apalagi dia. Hati cewek kan lebih sensitive. Udah gitu dia juga dalam kondisi labil lagi, kemudian ditambah dengan kejadian ini. Jangan-jangan dia pulang mabok lagi, terus ntar gue dapat jatah lagi, asyik juga kali ya. Hushhh…. gue langsung tabok kepala gue sendiri. Keadaan kayak begini masih sempat-sempatnya ngeres. Tadinya gue senang dia nggak ada dirumah, tapi sekarang gue kepengen dia cepat-cepat pulang.
Berulang
kali gue raih gagang telpon, mau telpon HP-nya. Tapi selalu nggak jadi,
ntar mau ngomong apa coba ? Tapi tiap ada suara mobil, jantung gue
serasa mau copot, gue kalang kabut sendiri, aduh gimana nih,
jangan-jangan itu Kakak, gue mo ngumpet dimana nih ? Apa pura-pura
tidur, apa pura-pura sakit, atau pura-pura gila aja sekalian. Gue jadi
serba salah. Karena capek nunggu dan capek fikiran, akhirnya gue
ketiduran di sofa ruang tengah.Kira-kira lewat tengah malam gue terjaga.
Masih setengah tidur, samar-samar gue dengar ada seperti suara orang
menangis disebelah gue, terisak pelan. Merinding bulu gue, hah… siapa
nih ? Jangan-jangan Kakak gue, tapi gimana cara dia masuk, jangan-jangan
setan lagi. Gue udah mulai ngaco. Pelan-pelan gue lirik, ternyata benar
Kakak gue, kayaknya tadi pintu belon gue kunci. Dia duduk dibawah di
karpet tepat disamping gue. Bersender di meja, memeluk lututnya,
wajahnya tertunduk rapat ke kakinya. Suara isaknya samar terdengar.
Waduh, dia dah pulang, nah lo gimana nih, gue gak bisa kabur lagi, gue
mulai panik, ah.. gue pura-pura tidur terus aja. Lama… gue diam,
pura-pura tidur, tapi gue kasihan juga, dia tetap duduk disana dan masih
terisak. Nggak tega gue, dan lagi ini memang harus dihadapi.
Gue
kuatkan diri.”Eh, Kak, udah pulang ?” pertanyaan yang tolol banget, ya
terang aja udah pulang. Suara isaknya hilang. Gue langsung duduk,
menunduk, diam, gak tau lagi mo ngomong apa. “Tom, maafin gue…. maafin
Kakak Tom”, tiba-tiba dia ngomong, masih dengan muka tertunduk, dan
kemudian tangisnya mulai pecah. “Gue salah, gu.. gue kilaf Tom, gue gak
sadar kemaren”, dia berkata terbata-bata disela tangisnya. “Gue jahat,
jahaaat …., tega-teganya gue sama kamu, tega-teganya gue ngerusak
hubungan kita”, “Gue malu banget sama kamu”… “Gue, kakak apaan, ngerusak
adeknya sendiri, padahal kamu baek banget, … gue gak pantes jadi kakak
kamu”, suaranya makin lirih dan tangisnya makin kencang, sesekali dia
mengangkat wajahnya, menghapus air matanya. “Padahal gue janji sama
Mama, mau…mau ngejagain kamu, tapi sekarang… sekarang…”.
Kata-katanya
gak diterusin lagi, disambung tangisnya yang makin menjadi. Belum
pernah gue dengar orang dewasa nangis seperti itu. Kakinya makin
dirapatkan, mukanya makin menunduk, gak berani melihat gue, pundaknya
terguncang-guncang seirama tangisnya. Seperti anak kecil yang sedang
merajuk. Aduh gimana nih, gue paling gak tahan ngelihat cewek yang
nangis, apalagi Kakak gue sendiri. Ibaaaa banget gue ngelihat dia. Yang
ada waktu itu cuman rasa sayang dan kasihan melihat dia begitu menderita
dan tertekan. Gue diam aja, lidah gue kelu, gak tau harus ngomong dan
berbuat apa. Daripada diam begini gue mendingan ikutan nangis kali ya
?”Tom… please, ngomong donk, marahin gue kek, apa kek, jangan diam
aja…”, untuk pertama kalinya dia mengangkat wajah dan menatap gue,
matanya sembab, wajah cantiknya tampak begitu letih, kayaknya dia udah
nangis seharian. Akhirnya gue bergeser dan ikutan duduk dibawah,
bersender di sofa. “Udahlah Kak, yang udah ya udah, habis mo gimana
lagi, udah terlanjur, udah kejadian. Gue juga salah, kita sama-sama
salah, maafin gue juga ya Kak”, kata gue sok dewasa. “Yang jelas gue gak
marah kok, bener deh”, terang aja gak marah, orang enak kok. “Kakak ya
tetap kakak gue, gak berkurang sedikitpun, udah jangan nangis lagi donk
ya, gue gak tahan ngelihatnya”, kata gue membujuk sambil narik-narik
kaki jeansnya. Gue kepengen peluk dia saat itu, menenangkan dia, dia
sekarang butuh support bukan malah disalahkan.
Dia
juga kayaknya kepengen memeluk gue, tapi masih ada rasa rikuh diantara
kami akibat kejadian kemarin malam. eberapa saat lamanya dia masih
menangis dan menceracau menyalahkan dirinya, dan gue terus berusaha
membujuknya. Dan akhirnya tangisnya mereda setelah gue berhasil
meyakinkannya bahwa gue gak marah dan maafin dia. Setelah itu dan
beberapa hari kemudian, hubungan kami agak tersendat, ya tentunya gak
seperti dulu lagi, masih ada tersisa rasa rikuh kalo ketemu. Memang sih
setelah pembicaraan malam itu perasaan gue plong banget, nggak deg-degan
lagi, tapi memang masih ada gap, komunikasi masih jarang terjadi. Kalo
nggak perlu-perlu amat, gue masih segan ngomong sama kakak gue. Dia juga
begitu. Kalo ngomong juga singkat-singkat aja, seperlunya. Nggak ada
canda tawa seperti dulu. Kejadian malam itu juga nggak pernah
diungkit-ungkit lagi. Kalo gue lagi nonton TV, kakak gue dikamar aja,
juga kalo dia yang nonton TV, gue jadi nggak enak mo ikutan nonton. Yang
nyebelin kalo kebetulan acara TV lagi bagus, nah siapa yang duluan deh
tuh. Tapi sekarang timbul problem baru buat gue.
Gue
sekarang memandang kakak gue dari sisi seksualitasnya. Terbayang
kembali kemolekan tubuh putih mulusnya, geliatnya, desahannya,
kenikmatan berada didalam tubuhnya. Hal itu juga yang membuat gue segan
sering-sering ketemu kakak gue, apalagi kalo dia mau berangkat kuliah,
wuihhh …. wangi tubuhnya merangsang banget, yang ada si Junior gue ini
gak mau diajak kompromi, dia seenak jidatnya aja ereksi setiap saat, dia
menuntut perbaikan gizi seperti tempo hari, ogah katanya kalo makan
sabun lagi, gengsi, turun derajat. Gue udah coba kasih pengertian, bahwa
kemaren itu dia salah makan, tapi tetap aja dia menuntut dikembalikan
kepada habitatnya. Benar kata orang, kalo udah nyobain gituan sekali
pasti ketagihan. Makanya buat elo yang belon pernah, nggak perlu dicoba
deh, sakaw nya itu lho yang gak tahan.Kira-kira tiga mingguan setelah
kejadian itu, komunikasi kami agak lebih baik sedikit. Udah mulai sering
ngobrol, udah mulai ada ketawa walaupun sedikit.
Nah
pagi itu, waktu lagi sarapan, kakak gue ngomong, “Tom, jalan yok,
temenin gue ke Playan, biasa belanja, ntar gue traktir nonton deh”, gue
sebenarnya paling malas nemenin dia belanja, habisnya kalo udah belanja
bisa semua toko dimasukin, gempor kaki gue. Tapi gue pikir dia sedang
berusaha memperbaiki suasana, ya udah gue ikut aja, lumayan lagi
ditraktir.Seharian itu kita muter-muter di Plaza Senayan, belanja,
nonton, adu kebut-kebutan di Sega, makan, menyaksikan jam raksasa yang
berdentang tiap jamnya. Kami mulai akrab lagi, gue senang karena dia
udah mulai sering senyum, ketawa, kadang-kadang jahilnya kumat lagi.
Seperti biasa dia menggandeng tangan gue, seenaknya dia nyeret gue
kemana dia suka. Keakraban seperti dulu kembali tercipta, ditambah
karena selama ini kita jarang ketemu dan jarang komunikasi, jadi timbul
rasa kangen, dan mungkin juga karena dia udah nggak punya cowok lagi,
jadi rasa sayang dan manjanya sepenuhnya ditumpahkan ke gue. Gue rasa
juga karena kita sudah pernah berhubungan sangat intim, sangat pribadi,
jadi udah nggak ada penghalang lagi antara kita, nggak ada rahasia lagi,
dua-duanya udah saling tahu dari ujung rambut sampe ujung kaki. Dan itu
menambah keakraban kita. Tambah sayang gue sama dia, mungkin gue malu
untuk bilang bahwa gue sebenarnya mulai jatuh cinta sama Kakak gue.
Dia
terlihat begitu cantik dimata gue. Gue juga nggak tau kenapa ada
perasaan seperti itu, tengsin juga sih sama diri sendiri, jatuh cinta
kok sama kakak. Tapi ya perasaan nggak bisa berbohong. More than
bloodhood, more than lover, more than friend, Dan pulangnya akumulasi
perasaan itu tertumpah, kejadian tiga minggu lalu terulang lagi, juga di
kamarnya ketika gue membantu membawakan belanjaan, entah siapa yang
mulai duluan tahu-tahu kita udah berciuman, gue kembali merasakan bibir
hangatnya, hanya kali ini lebih lembut tidak tergesa-gesa. Kami
berpandangan, dan kayaknya dari situ udah nggak perlu ngomong apa-apa
lagi, gue waktu itu horny banget, mana seharian ada didekat dia lagi.
Kakak gue pun kayaknya mengerti keinginan gue. Sekarang semuanya kami
lakukan dengan penuh kesadaran. Setelah melakukannya sekali, melakukan
untuk kedua kali gampang banget. Kami sudah di ranjang dengan tubuhnya
menghimpit tubuh gue, kemudian satu persatu pakaian terlepas,
beterbangan gak tau kemana, kemeja putihnya, kaos gue, bra hitamnya,
jeans, dan begitu lembar terakhir terlepas, tubuh polos kami saling
berpagutan dengan panasnya seperti menumpahkan perasaan selama ini.
Gue
cium bibirnya habis-habisan, lidahnya menyusup liar ke mulut gue,
ciuman turun ke leher, telinga, nafasnya terengah-engah, dia mulai
mendesah, dan mulut gue mulai bermain di kedua payudaranya yang putih
kencang dengan puting kecil mencuat, lenguhannya langsung terdengar dan
tangannya mulai menjambak rambut gue begitu gue mengulum dan menghisap
putingnya. Gue beranikan diri meraba selangkangannya yang ditumbuhi
rambut yang lebat, rambut itu terus membayang sampai ke perutnya, dan
rintihannya mengalun ketika ujung telunjuk gue masuk ke balik bibir
vaginanya, lembut dan basah, dia hanya menggigit bibirnya berusaha
menahan sensasi nikmat yang dirasakannya. Tubuh kami mulai basah
keringatan, sisa wangi parfumnya bercampur aroma tubuhnya, aroma tubuh
seorang wanita, benar-benar memabukkan gue. Aktifitas jari gue semakin
leluasa karena makin lama makin licin. Tiba-tiba dia melepaskan
ciumannya dan melenguh panjang sambil memanggil nama gue, matanya
terpejam, tubuhnya menegang, dan jari gue terasa dibanjiri oleh cairan
tubuhnya, hmm… rupanya dia sudah sampai puncaknya. Setelah itu tubuhnya
mulai relax, nafasnya terengah-engah, dia membuka matanya menatap gue,
pandangannya nanar. Kemudian dia mendorong tubuh gue, sekarang gantian
dia menghimpit tubuh gue, penis gue tertindih perutnya, sambil membelai
rambut gue dia mencium seluruh wajah gue, kening, mata, hidung, pipi,
dan terakhir dia melumat bibir gue dengan penuh perasaan menyiratkan
rasa sayangnya.
Lama…
kemudian dia melepaskan ciumannya, menatap gue sebentar, dan ciumannya
turun ke dada gue sementara jari-jari lentiknya menggengam dan mengelus
si Junior, sensasinya gila-gilaan, gue cuman bisa meringis sambil
mengelus kepalanya dan mempermainkan buah dadanya, gila nih Kakak gue,
kalem diluarnya doank, diranjang aktif banget. Tadinya gue berharap dia
mengulum si Junior, nikmat banget kali ya, tapi gak jadi, nggak tau deh
masih malu kali. Nafasnya sudah mulai memburu lagi, lalu dia membalikkan
badan dan menarik badan gue. Dia minta dimulai. Gue tindih tubuhnya
sambil dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, dia
membuka kakinya dan gue tepat berada ditengah, gue mulai mengarahkan
penis gue, sekarang udah tau donk tempatnya. Bertemu dengan bibir vagina
luarnya, dia mengalungkan tangannya keleher gue dan menatap mata gue,
matanya sayu, wajahnya keringatan, kemudian perlahan gue dorong memasuki
relung tubuhnya yang paling rahasia. Seirama dengan masuknya gue,
matanya membalik keatas dan rintihan nikmatnya terdengar jelas. Susah
juga masuknya, sedikit-sedikit, yang dulu itu gue nggak perhatiin banget
sih tau-tau udah masuk aja. Gue cium bibirnya dan terus gue dorong, pas
ketika mentok gak bisa masuk lagi dia menggigit bibir gue, aduh… sakit
juga, sampai gue mengerang baru dilepasin.
Pelan-pelan
gue pompa keluar masuk, ranjang itu kembali berderit-derit menahan
tubuh kami, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas Kakak gue
terdengar memenuhi kamar, makin lama makin keras, tubuhnya menggeliat
dalam pelukan gue, kadang-kadang dia mengangkat kepalanya, menggigit
pundak gue, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau gue menekan terlampau
dalam. Dan gak lama, beberapa saat kemudian, rintihannya makin keras,
dan cairan tubuhnya terasa semakin banyak, tubuhnya melenting kaku dan
dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, dia tengah dibuai
puncak kenikmatan, wajahnya benar-benar cantik pada saat itu, bahagia
gue rasanya bisa memberikan kenikmatan seperti itu buat dia.
Setelah
didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia.
Bagian dalam tubuhnya menjepit keras dan berdenyut-denyut, gue gak tahan
lagi dan melepaskan semuanya, banyak banget sampe terasa banjir, semua
beban pikiran gue selama ini seperti ikut terbuang, gue melayang dan
kolaps diatas tubuhnya.Nafas kami memburu, rasanya gue gak kuat bangkit,
gue tetap berbaring diatas tubuh Kakak gue, diapun membiarkan saja,
tangannya masih memeluk kepala gue, kayaknya dia juga nyaman dengan
posisi seperti itu. Waktu itu rasanya gue sayang banget sama Kakak gue
itu. Beberapa saat kemudian, gue membalikkan badan berbaring
disampingnya. Kakak mengambil selimut terus menyelimuti kita berdua, pas
udah agak sadar begini baru berasa agak-agak malu juga.
Kita berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Tom…”,
panggil Kakak gue pelan, “Mmm…?”, jawab gue males. “Kamu bobo’ disini
aja ya, nggak usah pindah, temenin gue”, katanya. “Mm..mm…”, jawab gue
males”, “Tom…”, panggil Kakak gue lagi. “Mmm…?”, jawab gue.
“Kamu
sadarkan tadi melakukan ini ?” tanyanya. “Mm..mm..”, jawab gue masih
males. “Jawab donk, am em am em melulu ?”, katanya sebel. “Iyaaa….”,
kata gue lagi. “Kok kita bisa jadi begini ya ? Gimana donk ntar-ntarnya
?”, tanyanya lagi.
Gue diam aja, soalnya gue juga bingung. “Gimana donk Tom… aahh kamu nih ditanyain juga”, katanya dongkol.
“Ya gimana donk, Kakak aja bingung apalagi gue”, kata gue ikutan sebel, soalnya gue udah mulai ngantuk nih.
“Gini
aja, kita kan udah pernah terlanjur melakukannya, hubungan kita udah
keburu rusak, karena itu ya gampang aja buat melakukan yang kedua, yang
ketiga dan seterusnya, menurut gue melakukannya sekali apa seribu kali
ya sama aja selama nggak ada yang keberatan, habisnya gimana donk ?”,
kata gue sok tau.
“Huuuu..
maunya kamu seribu kali, enak aja”, katanya. Akhirnya dia diam aja,
sibuk dengan pikiran masing-masing, karena nggak ketemu jawabannya dan
capek akhirnya kami ketiduran juga.
mulai desak
nafas mama sedikit terganggu, mungkin terhalang dengan hidungku akhirnya
mama membuka sedikit mulutnya, tanpa kuberi kesempatan menutupnya ,
kusedot lidahnya, dan rupanya mamaku dalam tidurnya juga membalas
ciumanku…, dan selanjutnya kualitas keberanianku kutambah dengan mulai
memeluk dan melingkari badan mama dengan lenganku, reaksipun datang
dengan makin merapatnya tubuh mama yang mungil dan telanjang ini
kedadaku, paha mama mulai menyerang dan menyentuh yuniorku yang berubah
menjadi Yunior yang kenyal dan berdiameter sebesar pergelangan tangan
mama, pelukan mama mulai mengencang, mungkin bermaksud menarik obyek
yang lebih hangat yang ada pada badanku, keadaan ini membuatku makin
kesurupan, tangan kiriku mulai mengerayangi pingul mama, turun kebawah
bagian bokongnya, terus turun dan berputar kedepan lebih kebawah lagi,
dan akhirnya sampai kebulu pubis mama yang sangat halus, kutelusuri
bibir vagina mama dan akhirnya jari telunjukku mengelitik klitorisnya…,
Mama mulai berekasi , kedua paha mama
menjepit , tangan kanannya mencakar punggungku dengan kuku mama yang
tajam, mungkin ini dalah refleks akibat sesutu yang memasuki vaginanya,
hanya mama yang tahu, tubuh mama saya dorong agar sedikit terlentang dan
mulailah saya menindis setengah tubuh mama terutama buah dada kiri mama
dengan tubuhku, paha kiri mama dengan paha kiriku, dan tangan kananku
mulai saya aktifkan dari belakan leher mama untuk mengerayangi buah dada
kanan mama, bibir mama dan bibirku membentuk satu ruang dan kedua lidah
kami saling menggelitik, nafas mama makin memburu , saya makin
kesurupan dan menyerang , akibat makin kerasnya remasan tangan kananku
ditetek kanan mama dan jari telunjuk kiriku yang mengelitik klitoris
mama yang mulai memanas dan mengeluarkan lendir membasahi vagina mama,
akhirnya mama tersentak ” Hey… kamu ngapain Mama…ini gak boleh Ar… !!,
“kata Mama kaget dan marah, jawabku sambil gemetar dan bernafsu campur
aduk, ” saya tidak bisa tidur mam…, apalagi seranjang dengan mama yang
lagi telanjang bulat” ” ohw.. begitu yach … mama terdiam agak lama lalu
membalik membelakangiku , sambungnya “tetapi Jangan kasar gitu donk !!”
lalu Mama terdiam lagi…namun napasnya masih memburu dan bergetar ,
inilah kata-kata mama yang kurang saya mengerti , apakah perbuatan saya
tadi dibenarkan tetapi nggak boleh kasar atau ??? apa yach…. Saya tidak
berani lagi ngomong macam2.. dan jawabku singkat “Maaf Mama” sambil
menatap punggung mama yang masih agak bergetar, entah beberapa lama kami
terdiam berdua tiba2 Mama Membalik sambil berkata ..”kalau kamu pingin
bercinta dengan mama harus lembut dan perlahan-lahan aja.. kan masih
banyak waktu”, sambungnya lagi “Kamu Anak Nakal boleh peluk dan mencium
Mama , pokoknya tubuh mama malam ini kuserahkan semuanya kepadamu
kecuali yang satu ini, yaitu Yuniormu yang gede ini dilarang keras
memasuki vaginanya mama”,
sambil mama memegang Yuniorku dan menarik dan
menyapu kepermukaan vaginanya. ” tapi justru cuma yang satu ini milik
mama yang paling nikmat ” selaku protes, dan mulai berani , “siapa yang
bilang anak goblok ” , Mama mulai menindih tubuhku dan menciumku,
Kubalas ciuman Mama , wow… sangat nikmat dibandingkan waktu saya mencium
mama dalam keadaan tertidur, tetapi kali ini dengan sadar sesadarnya,
justru mama memulai meransang, sambil melemparkan selimut kelantai,
jadinya kami betul – betul telanjang bulat di udara kamar yang sejuk
diatas ranjang .
Kami berciuman dan berpelukan telanjang
bulat dengan Mama , sangat lembut dan perlahan-lahan, rupanya mama juga
sangat menikmatinya, Napas Kami mulai memburu , terkadang Mama mengeram
dan menggeliat apabila kusentuh dan kupelintir halus putting teteknya
.. Auhh!!, jangan disitu Ar..!!, Mama nggak tahan… sayannngggg, keluh
Mama panjang…, “tetapi enak kan Mom!!” Aiii!!!…Mama makin kesurupan..dan
berupaya meraup Yuniorku..yang makin kaku dan membesar Maksimal…
Sewaktu Mama menggenggam Yuniorku
,Tubuh Mama kudorong menjadi terlentang dan dan kutindih dengan badanku
..Mulut Kami makin bersatu , kupeluk erat tubuh Mama yang mungil , dan
Yuniorku kuarahkan ke Vagina Mama, tetapi Mama tetap menggenggam
yuniorku, hanya menggosok-gosokan kepala yuniorku ke Mulut Vaginanya
yang juga mulai berlendir. Terkadang Kepalanya sudah masuk setengah
tetapi Mama , mengeluarkan nya lagi… Karena saya tidak tahan lagi
perlakuan Mama seperti ini…Kutarik Tangan Mama yang menggenggam yuniorku
agar terlepas..rupanya usahaku ini cukup berhasil dan dengan cepat
kuselipkan kedalam Vagina Mama, Terasa Vaginanya sangat licin, menggesek
dan berlendir serta berdenyut menjepit…Aowww…!!! Teriak Mama, Kugocok
Vagina Mama dan mama mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang tak
karuan… tetapi baru 2-3 kali gocokan, tiba2 Mama dengan kekuatan penuh…
menaikan bokongnya tinggi-tinggi dan menggessernya jauh kesamping
akhirnya yuniorku terlepas dari vaginanya ..clukppp …”Aiii!!!…kenapa
dikeluarin Mam…”, “Nggak… boleh sayang..”.
Tiba tiba Mama mulai bangun kemudian
membawa selangkangnya ke wajahku persis mulut vaginanya berhadapan
dengan mulutku , mama mulai menunduk dan meraih Yuniorku dan memasukan
ke mulutnya dan melumutnya , terkadang Yuniorku digigitnya perlahan2
sambil bergantian dengan bibir yang lembut dan hangat, yang paling
mengasikan kalau kepala Yuniorku digelitik dengan lidah mama, begitu
juga klitoris mama , saya gelitik dengan ujung lidahku, terkadang mama
hilang kontrol , mendengus menambah gocokan dan lilitan lidahnya di
kepala Yuniorku, terkadang sangkin bernafsunya juga mama , tangannya
ikut pula meramas biji pelirku… dan semuanya berlangsung saling kerja
sama membantu masing masing mencapai puncak birahi yang membuat lupa
segala-galanya bahwa berbuatan bersanggamah dengan ibu kandung yang
orang katakan sangat tabu, tetapi justru sangat mengasikkankan dan jauh
lebih nikmat dengan memek manapun….di dunia ini.
Mama makin gila mengocok Yuniorku, dan
akhirnya , saya tak tahan lagi…cepat donk mama… masukkin kedalam Vagina
mama.., aowww…cret…. cret.. sabar sayang…kata mama kesurupan
mempermainkan air maniku sambil menggosokkannya di-kedua buah dadanya…
Mama juga tidak tahan sayang….,Tidak
berapa lama kemudian mama berganti posisi, duduk persis diatas
selangkangku persis posisi Yuniorku berhadapan langsung dengan vagina
mama, mama menuntunnya dengan sangat gampang memasuki liang sanggamanya
dan menjepitnya…wow…wow…. suatu kenikmatan yang sangat sulit dilukiskan
dengan kata2, tidak ada lagi kenikmatan yang melebihi kenikmatan sewaktu
Yuniorku dijepit dan dikocok oleh vagina mama, pinggul mama naik turun
menyebabkan Yuniorku masuk makin kedalam dasar vagina mama,…, saya tidak
ingin kenikmatan ini berlangsung cepat, saya turun dari pembaringan,
menggendong mama sampil masih melekatkan Yuniorku kedalam vagina mama,
kugoyang2 tubuh mama yang mungil, mama makin kesurupan…dan juga
merasakan kenikmatan yang tiada tarnya…mata mama mulai terpejam… sambil
berdengus ach–ach… mama tidak tahan lagi, minta diturunkan untuk
mengakhiri permainan ini…” sayang… turunkan mama..tancapkan Yuniormu
sayang lebih dalam..”, kubaringkan tubuh mama, kuperberat tekanan
Yuniorku masuk ke vagina mama, mama menjepit makin kencang..vagina mama
makin berdenyut2… dan akhirnya pelukan kami berdua makin kencang, mama
seakan akan menggantung ditubuhku lekat dan sangat erat …cret–cret… dan
rintihan kenikmatan mama bercampur aduk dangan geramanku… semuanya
berakhir membawa kami berdua ke langit ketujuh…
Setelah ledakan kenikmatan birahi
bersanggamah dengan mama yang menghamburkan air mani kami berdua
tercecer kemana-mana membuat kami berpelukan lemas dan penuh kebahagian…
dan akhirnya jam didinding hotel telah menunjukan pukul 03 pagi. yang
akhirnya kami berdua tertidur kelelahan dalam keadaan telanjang bulat
berpelukan bagai bayi yang baru lahir…
Keesokan harinya Mama dan Yuniorku
keduluan terjaga… , Mama sambil memelukku ,menjepit hidungku sehingga
saya sulit bernafas dan akhirnya saya juga terbangun…, Selamat Pagi Anak
Nakal…sambut Mama sambil tersenyum manis…, tidak kusiasiakan Kesempatan
ini , kutarik tubuh Mama persis menindih tubuhku, Kuraih wajah Mama dan
kulemut bibirnya yang tipis…, Mama pun bereaksi menyambut ..malah dalam
posisi tubuhnya menindih tubuhku… berusaha memasukan Yuniorku ke
Vaginanya…
Nampaknya Napsu Birahi Mama makin
menjadi jadi setelah bersanggama , tidur istirahat semalam .. kusambut
kebinalan Mama dan tiba –tiba Mama menghentikan gerakannya sambil
berkata.. Ar, Kamu belajar dari mana kurang ajar setubuhi Mama . sebelum
saya menjawab , Mama mengencangkan otot Vaginanya..membuat yuniorku
makin kelelap..“Kan Mama yang ajarin…” jawabku singkat sambil membalikan
tubuh Mama menjadi tertelungkup.., kuangkat pinggul Mama sedikit
meninggi dan kuarahkan yuniorku ke Vagina Mama dari belakang.. Kembali
terdengar geraman Mama.. “Jangan gini Ar..oww!!, tetapi goyangan Maya
justru mendukung dan menyambut .. Kugocok Vagina Mama dari belakang…agar
tidak terepas kedua tanganku menggenggam pinggulnya..Mama makin
menggelapar.., dan kocokanku makin kencang …, tubuh Mama terangkat
menyebabkan buah dadanya bergelantungan bergoyang seirama tumbukan
Yuniorku ke Vaginanya, tiba-tiba mama meraih kedua tanganku dan membawa
ke gundukan buah dadanya…dan Mama mengeram histeris tetapi suaranya
teredam karena Wajah mama dibenamkan dikasur..Dalam beberapa saat
kemudian , kami berdua mengambil posisi duduk berhadapan..tepanya Mama
duduk diatas selanggkangku..dengan Vaginanya masih tetap menjepit
yuniorku…, Mama menaik-turunkan bokongnya sambil mendengus dan saya
menjilat leher Mama sambil meremas kedua buah dadanya…. Dan akhirnya
kami mengalami orgasme dalam posisi duduk ..
Kami duduk terdiam , berpelukan ,
saling menatap , mama tersenyum manis… , sambil kukecup bibir mama ,
kubaringkan tubuh Mama perlahan-lahan… dengan tidak melepas yuniorku
didalam vagina Mama dan pelukanku… “ Mama..!!, ada satu permintaan
Anakmu yang Nakal ini”, “apa sayang !!” sela mama, “ Saya sayang Mama
dan saya sangat mencintai Mama, …Maukah Mama menjadi isteriku
selama-lamanya??” Gila Kamu Ar.. Mana Ada Anak memperisteri Ibu
Kandungnya” jawab Mama sambil tersenyum “, “tetapi kamu boleh setubuhi
Mama kapan kamu mau, asalkan Ayahmu tidak tau” sambungnya..
Selama hamper sejam, kami berdua masih
berbaring dan bercinta dengan keadaan telanjang bulat, saya berbaring
terlentang sambil membelai rambut Mama yang acak2akan, Mama berbaring
tertelungkup dengan kepala bersandar didadaku, wajahnya menengadah
keatas sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafas kami berdua saling
menyatu, tangan kiriku membelai tubuh Mama yang mungil, sampai
kepinggang , terkadang kuelus buluh pubis Mama yang halus dan pahanya
yang sangat Mulus, Mamapun tidak henti2nya mengelus yuniorku, seakan
akan tidak rela apabila benda yang bulat panjang ini yang telah
membuatnya menjadi setan histeris akan mengkerut. Cerita kami kami
berdua dipenuhi dengan kata-kata cinta birahi dan model atau gaya
bersetubuh, dan akhirnya Mama meminta ”Gendong Mama ke Kamar Mandi
Sayang”
Dikamar Mandi , tubuh kami berdua
saling melekat terus …, Mama tidak pernah melepaskan ciumannya, sewaktu
Mandipun kami bersetubuh berdiri, suatu kenikmatan tersendir yang mama
belum pernah merasakannya yaitu Badan kami lumuri sabun cair sehingga
sangat licin, Mama mencapai orgasme sewaktu saya menggendong dan
menyetubuhinya sambil berdiri..tawa cekikan dan teriakan kenikmatan
serta kebahagian birahi mama mengaun dikamar mandi. Dibak Mandi yang
sempitpun Kami Mandi berdua melanjutkan babak berikut..dan akhirnya Mama
pun orgasme kedua kalinya di Bak Mandi. Didalam air yang dipenuhi busa
sabun dan birahi.
Sangking Gilanya Kami berdua, Kami
keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat dan
berpelukan, berciuman, kemudian saya duduk disopa, mama saya dudukan
diatas selangkangku…, Yuniorku yang tak kunjung mengalah tetap berkubang
di Vagina Mama.. sampai akhirnya Jam 11 lewat 30 menit..kami
bersiap-siap check out dari hotel.
Senin, 06 Januari 2014
ambil mendorong tubuh Deborah agar
rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut
Deborah, yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya
blouse tante itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus,
walaupun agak sedikit gemuk, tetapi tak mengurangi keseksian tante itu.
Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher, buah dada yang masih
terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar
Deborah.
Rupanya
ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama
kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Deborah
menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi
desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang
sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan
merapat dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan
kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal
Anto.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.
Deborah
pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus
mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain
sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu. Sementara
itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok
mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah
kemaluan Deborah. “Nngghh..” tak sadar Deborah melenguh nikmat.
Tangan
kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari
luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak
henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok
dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu. “Ahh.. Sshh..” lenguh
Deborah.
Deborah
semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru
mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya.
Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir
kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya
memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan
diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.
Jemari
Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya jahitan
pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu. Sesekali
jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil
mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada
jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi
dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif renda yang
tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan
menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto memang
sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah
semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin
membanjiri daerah itu.
“Aughh..
Nakal kamu ya!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu
menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya. Sesaat telunjuk
pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia langsung
menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan Deborah
itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja Deborah menyambut dan
mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri
itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak henti-hentinya
menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Deborah seakan-akan
ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut.
Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Anto
langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa
lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya
mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan
ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir
kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit
terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah.
Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian
ditelannya penuh nafsu.
Melihat
kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia
semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan agaknya
keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama
saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi telentang dengan
pahanya agak terbuka.
Deborah
langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan
penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya
kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang
sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung
saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah,
ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya cukup menarik
pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya. Dijilati
dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil kepalanya terus
dipegang dan dijambaki oleh Deborah.
Rupanya
Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia
juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya. Hingga
tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu
bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama
kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu,
diiringi teriakan liar Deborah.
“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..” Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”
Wajah
Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang
berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah baru
saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan
langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan
meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari
dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru
saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.
“Hhhaahh
ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Deborah
sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu.
Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun
dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus
mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung
menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh
lendir Deborah.
Setelah
Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali, ia langsung
beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih mengulum lendir dari
vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Deborah
langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung membuka
bibir seksinya seraya berkata,
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.
Anto
yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti
pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang tak
sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan
menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia berdiri
sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang
sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.
“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.
Deborah
langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh
kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya
sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin
digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah
dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang
menegang keras itu dengan lendirnya.
“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.
Deborah
menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis
pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir
kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya
semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
Deborah
berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil
teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda
itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante yang
sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak sabar
untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah dengan
gemas.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.
Deborah
yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya
kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya batang
kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya
sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya
nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan
panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang
menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis
kesakitan.
Anto
yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik
tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja Deborah
menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir
dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.
“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.
Anto
langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya,
kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah langsung
menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi
doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-ancang
doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto,
siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat
menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang
dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya yang sudah
benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi
saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus dan montok yang masih
terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati
liang anus Tante itu. Dan langsung saja ia menunduk ke arah pantat
Deborah yang sedang menungging dan tak mengetahui bahwa Anto akan
mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian ditariknya celana dalam
Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya ke sebelah kanan tanpa
membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba.. “Aaahh..”
Deborah
merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya dan
Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat. “Kau apakan
tadi To?”
Desah
Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda
itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan begitu
rakus.Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini.
Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin
acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah
untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke
belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia
dapatkan dari Anto.
Sementara
itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah keberapa
kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan saat ia
menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu
menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang
vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah
menggelinjang kenikmatan. Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak
mainan disampingnya sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri
buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya
sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang
ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar
menambah rangsangan pada dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin
dijadikan budak seks oleh Anto.
“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah,
“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah, mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.
“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah, mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.
Tiba-tiba
Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam
selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan
daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat. Dan ia
langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme
lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah
selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan lidahnya
pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil
berteriak..
“Ooocchh..
Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan liarnya, dan..
crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan
kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.
Beberapa
menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak
mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa
orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya
seakan-akan lepas dan sangat lemas.
Anto
pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat
pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada
daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin membersihkan dan
mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam vagina
Deborah.
“Aaacchh..
shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah saat Anto
menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.
Rupanya
ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu.
Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia semakin tak
sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu. Perlahan-lahan ia
menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya. Gesekan
yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda dengan tubuh
Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.
“Kemari
Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah
sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto. Mulut Anto yang masih
mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah langsung diarahkannya ke
bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.
Langsung
saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian dipelorotkannya celana
dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki Deborah agar
mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang
merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih terlihat
memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih. Bulu-bulu
disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa Tante ini
memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan
itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah.
Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke
vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah.
Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.
“Cepat
To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Deborah
sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam berenda
itu.
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. “
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. “
Anto
rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia ingin
mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan sumpah
serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya….Bless…..
Melesaklah
penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu
perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar
mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena
kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang
pasti ia sangat menikmatinya.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.
Kali
ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto
dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin
banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan
pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat pertama
kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.
Penis
itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu. Begitupun
dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing
yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka
terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati
denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto meremas-remas
bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak
kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya
semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan. Denyutan vaginanya
pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan
kenikmatan.
Keduanya
saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Deborah
menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat
jepitan dalam vaginanya. Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar
dan buas. Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto
yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur-kumurnya liur Tante itu
oleh Anto sebelum ditelannya.
Perlahan-lahan
Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia tak ingin
melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan
namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan.
Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah
menyala itu semakin terbuka seksi.
“Ooohh.. Mmmhh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.
Dicabutnya
perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah.
Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Deborah. Ia masih
menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok
vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis itu hingga melesak
jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang
baru saja dikenalnya itu, ia semakin mempersetankan semuanya. Sementara
itu dengan senyum penuh menggoda, Anto hanya memandangi wajah kecewa
Deborah sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah dibaluri lendir
kenikmatan dari dalam vagina Deborah.
“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.
Kali
ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar
kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu.
Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan
mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus
menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak
henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah makin menggila.
Anto
terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan
Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya
semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.
Tak
kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung
mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh
nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda
itu. Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh
permukaan bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini. Ia
semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin dibuat
menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas
keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila bergesekan
dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia
telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya. Dan ia pun
semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina
Tante itu.
“Aku
nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto sambil
menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok penisnya
yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah yang
mengangkang lebar.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.
“Ssshh..
Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh” bisik Deborah sambil mulutnya
menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati
penetrasi itu.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.
Saat
penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa membuat
gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka
rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi seluruh
bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya.
Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya. Diseruputnya
berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang buah dada
Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras
dengan warna putih kulit payudara Deborah.
Keduanya
semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi
menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari
mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan
dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa
melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya
saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.
“Aaahh
yyhhaahh.. Ssshh..” teriak Deborah saat penis Anto melesak masuk
dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.
Kemudian
keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Anto
yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Deborah
secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan selebar
mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Anto
dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya bila
ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.
Keduanya
langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat
pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun
langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak
becek dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang
makin lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang
justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.
Deborah
begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam hatinya ia
mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai
terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan pinggul
begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal
sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Deborah
yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu
cepatnya justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu menikmati saat
memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan
kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak
sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak oleh
gairah.
“Ooohh..
Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa aku!
Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh.. Ttterrusshh..
Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..” racau Deborah sambil kedua
tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”
Mereka
bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya
bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya terus
bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah
dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan
diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan
mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa
dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo
cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto
menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan
keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu.
Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya
Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot
badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi
yang langsung disetujui oleh Tante itu.
Kali
ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung
mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu, kemudian
Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya
sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir
dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga
tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto.
Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar
menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari
vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.
Sepertinya
Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang
kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai
terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain
menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto.
Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung
berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia
berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah
pemuda itu.
“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.
Jemari
Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit
kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam
vaginanya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.
Dan..
Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun
mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem
melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru
saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya,
dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah
lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.
“Aaahh..
Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau Deborah,
karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto
menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan
orgasme itu.
Vaginanya
semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya
erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu.
Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa
ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing
itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..
“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”
Rupanya
kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja
mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan
sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan
diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.
“Hei!
Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan geli
karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.
Setelah
puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air
sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit berdiri,
kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang
dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok
Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan
selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante itu
dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan
vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu
menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang
sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya,
dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus
Deborah.
Tak
henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar
untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga,
ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung
membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung
vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto,
hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala
zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang
tak karuan.
“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.
“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.
“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.
Deborah
terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah.
Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan rasa
nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua
tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil
sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya
dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris
berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya
sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.
Setelah
Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam
vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi
yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi
denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat dirinya
semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris
tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan
kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.
“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.
Setelah
Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong
Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan
kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke
atas.Blesshh……penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah
yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang
penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam
vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai
mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung
merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis
seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar
menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan
liar.
“Yiiaahh..
Ssshh.. Terush Sayang! Terus!” teriak Deborah saat menerima kocokan
penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik
turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.
Mereka
terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian
Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya.
Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati
bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging
membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia
menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya.
Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.
Dihadapannya
kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya,
sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya
itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah
terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan penisnya
pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir
putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang
dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin
segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari
posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan
sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya
cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.
Setelah
Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir
pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada
vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit
melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar
untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa
semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya
kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam
vaginanya.
Anto
yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke dalam
vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan,
dan….Blleesshh…..
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.
Anto
kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk vagina
Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang terasa
masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto
mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam.
Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.
Mereka
bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak henti-hentinya
meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah
serapah dan kata-kata kotor lainnya.
“Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.
Lama-kelamaan
ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada sesuatu yang
dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi lenguhan. Keringat
mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun menjilati punggung
Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto pun berpindah dari
pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya memegang erat pundak
Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak rambut ikal Deborah. Ia
terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun
dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan decak becek yang timbul
dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah. Bola mata Deborah nyaris
berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya belum pernah ia
diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun benar-benar
dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari
suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus
diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Ia
tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat
vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin
mempersetankan segalanya.
Tiba-tiba
ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan, selangkangannya pun
bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan orgasme
atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya
bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin mendapatkan
orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang
teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun semakin liar.
Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa
ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya.
Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat
ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.
“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”
Deborah
pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba.. vaginanya
berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-gilaan lagi,
ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya. Deborah pun pasrah
menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam vaginanya.
Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya, ia
mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk penisnya dalam
vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang, seakan-akan
memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam selangkangannya. Ia bahkan
sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping. Pemandangan
itu benar-benar seksi.
Dan…..Croott….Meledaklah
larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan bermili-mili
liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.
Deborah
yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat
menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar hebat dan
vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang
membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.
Keduanya
merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka.
Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka rasakan.
penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke
dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan
berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti
itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan tak akan
hilang dari raga bagian bawah mereka.
Deborah
merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia telah
bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama. Selain
itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh
persendiannya.
“Lepas
dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya
nggak ingin lepas,” pinta Deborah pada Anto yang masih menancapkan
kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.
Deborah
berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan posisi
mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang masih
berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan
kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya. Diraupnya
lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto,
kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu dan
rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat
jantung Anto berdegub tak karuan.
Anto
pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina
Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu.
Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak
merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan
seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut
pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran
antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya
mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi
lumatannya pada vagina Deborah..
“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.
Anto
terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar
masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak
oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan
Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina
Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan
labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk
ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.
Deborah
merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini.
Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan pemuda yang
baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu
meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya puting
miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya
mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar
diperbudak dan dipermainkan kenikmatan. Hingga suatu saat, ia merasa
pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi sedang vaginanya
berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi, ia
langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat
dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga menyadari hal itu
semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium
mayora Tante itu.
Ia
sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah sendiri
merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi. Pikirnya
mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih setelah
orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh persendiannya.
Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya
mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin didekapnya
kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba saatnya
ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..
“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.
Keduanya
langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang
sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili liter lendir
kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar berbarengan
dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme yang hebat
sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang langsung
menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.
Anto
yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan
itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh
lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang
berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat
Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian
dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh
bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas
hingga ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala Anto
yang berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati
vaginanya dengan rakus.
Anto
pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati
sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum
lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian
dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi. “Nngghh..” Lenguh
Deborah.
Anto
langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu, yang
langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut Anto
yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri,
kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas dengan
permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap
tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh
nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.
“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?” bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.
Langganan:
Postingan (Atom)