Tanpa rasa canggung dan malu Dewi pun memegang dan mengocok perlahan
penis sopir pribadinya. Nafsunya sudah menguasai dirinya, ia lupa bahwa
ia adalah artis kelas atas dan penis yang ia pegang sekarang adalah
milik sopir pribadinya yang berbeda kasta dengannya
“ugghhh…”Pak Abdul melenguh panjang ketika Dewi Persik memainkan penisnya.
“non kita cari tempat sepi dulu ya takut di lihat orang”sela Pak Abdul
Dewi Persik mengangguk tanpa menjawab. Pak Abdul menghentikan mobil
di tempat sepi yang memang ia sudah hapal karena sering membawa lonte
langganannya ke tempat ini.
“Silahkan dilanjut tuan puteri” Pak Abdul memberi kode kepada Dewi
“Puaskanlah aku Pak aku milikmu sekarang” jawab Dewi Persik dengan suara serak-serak basah khas miliknya.
Tanpa pikir panjang Pak Abdul langsung melucuti celananya sendiri
sehingga terpampang penis besarnya. Dengan otomatis Dewi langsung meraih
penis tersebut dan dia berkata “Are you ready to feel heaven Pak
Abdul…?. Tanpa menunggu jawaban Dewi langsung memasukan penis super itu
ke mulutnya.
“Aghhh…sedot sayang ya…enh.ak..baget…” Pak Abdul merasa kelonjotan menikmati sepongan Dewi yang top abis.
Tangan Pak Abdul tak tinggal diam dia mulai meraba-raba payudara
majikannya tersebut dan mulai melucuti pakaian Dewi satu persatu. Dengan
tangan gemetaran Pak Abdul membuka pakaian Dewi sekaligus bh nya. Ia
terkagum-kagum melihat payudara Dewi yang sintal dan padat tersebut..
“Sekarang giliran saya tuan puteri” Pak Abdul melepas sepongan Dewi dan mendorong majikannya tersebut hingga terlentang.
Dengan rakus Pak Abdul melumat payudara Dewi hingga membuatnya semakin terangsang dan kelonjotan.
“aghhh… Pak Abdul trus sayang…”Dewi melenguh
Tangan pria itu tak hanya tinggal diam, sambil melumat payudara Dewi
tangannya bergerilya di balik rok penyanyi dangdut itu. Lalu ia
melepaskan mulutnya dari payudara Dewi dan melucuti rok mini dan juga
sekaligus celana dalam pink Dewi
.
“Ohhh…memekmu bagus dan dan masih rapih sayang” Pak Abdul
terkagum-kagum melihat vagina Dewi yang ditumbuhi bulu-bulu yang cukup
lebat tapi rapih.
Tanpa pikir panjang Pak Abdul langsung melumat vagina Dewi tanpa rasa
jijik dan serangannya membuat wanita itu semakin kelonjotan dengan
dengan permainan sopirnya tersebut.
“ohhh…trushhh…sayanggg…enakh…ohhhh…” Dewi melenguh dengan suara
khasnya. Pak Abdul yang memang berpengalaman dalam urusan bercinta
memainkan lidahnya dengan jitu di klitoris Dewi Persik, sedangkan jari
tengahnya menerobos lubang vagina Dewi. Aroma khas vagina segera masuk
ke hidung Pak Abdul yang justru membuat dia semakin bernafsu memainkan
lidahnya. Sekitar 5 menit permainan lidah Pak Abdul membuat Dewi
akhirnya mencapai orgasme pertamanya.
“Agh..agh.. aku keluar Pak aghhh….” lenguh Dewi panjang meresapi kenikmatan yang melanda tubuhnya.
“Masukin aja Pak saya udah gak tahan lagi “pinta Dewi Persik
“Iya sayang kamu sekarang nungging ya..”
Dewi pun menuruti Pak Abdul dan ia mengambil posisi nungging.
Tampaklah disitu lubang anus Dewi yang ternyata berwarna kemerahan. Lalu
Pak Abdul tanpa rasa jijik langsung menjilatinya. Setelah puas
menjilati anus Dewi, Pak Abdul langsung mengarahkan rudal miliknya ke
vagina majikannya itu.
”Pelan-pelan ya sayang…..”pinta Dewi tanpa malu-malu memanggil sopirnya dengan ‘sayang’
“Iya sayang…”jawab Pak Abdul cengengesan
“ughhh…….gila kontol Bapak dahsyat baget..” Dewi merasakan penis Pak Abdul memenuhi vaginanya.
“memekmu juga nikmat baget…”
Perlahan Pak Abdul mulai menggenjot memek Dewi Persik yang mulai becek dengan posisi menungging.
“agh..agh..uh;;oh.. ‘Dewi merasa akan orgasme kembali
“ahhh…aku keluar sayang….ohhhh…”
Dewi orgasme untuk yang kedua kalinya dan Pak Abdul merasakan denyutan vagina Dewi seolah-olah akan memakan habis penisnya.
“Sekarang giliran aku yang mengendalikan dan menservice penismu” kata Dewi sambil merubah posisinya di atas Pak Abdul.
Tangan Dewi lalu meraih penis Pak Abdul dan mengarahkan ke vaginanya.
“aghhh…” Dewi Persik menikmati penis itu memenuhi memeknya
“Ohhh….” Pak Abdul juga merasakan seperti di surga
Dengan lincahnya Dewi lalu menggenjot penis Pak Abdul. Dia
menkombinasikan genjotnya mulai dari mengebor hingga genjotan
patah-patah seperti ketika menari di atas panggung. Tangan Pak Abdul
juga tak tinggal diam dia meraih payudara montok yang bergoyang-goyang
mengikuti goyangan Dewi. Setelah puas dengan payudara dia lalu meraih
pantat Dewi yang sintal dan jarinya menyusup di lubang pantat Dewi.
“Awww….pelan-pelan dong Pak..” pinta Dewi
“Maaf sayang aku cuma pengen tanganku ada aroma pantatmu” jawab Pak Abdul
Sekitar 15 menit goyangan Dewi di atas penis Pak Abdul membuatnya mengalami orgasme ketiganya
“Aku mau keluar lagi sayang ohhhh…”
“aku juga sayang…kita keluarin bareng ya ” jawab Pak Abdul
“Ahhh…ahhh…”Dewi Persik melenguh panjang menikmati orgame ketiganya yang sangat dahsyat
“ohhhhh aku juga keluar sayang….ahhh….crot…crot..crot.. “Pak Abdul orgasme di vagina Dewi
Mereka berpelukan mesra menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, nafas mereka saling memburu hingga akhirnya mulai normal lagi.
“Bapak hebat juga yah” kata Dewi dengan lemas lalu mencium bibir sopirnya itu.
“Iya dong…Abdul!” kelakarnya, “siapa yang ga nafsu lagian sama Non
Dewi yang seksi gini” ia mencubit puting Dewi dengan gemas, sejak dulu
ia selalu bermimpi bisa menikmati tubuh majikannya itu bila melihat aksi
panggungnya yang menggoda itu baik di TV ataupun secara live, kini
impiannya itu telah menjadi kenyataan.
Pak Abdul kembali melumat bibir Dewi yang seksi, kali ini lebih lama
dan lebih bergairah. Lidah mereka beradu dengan panas, saling belit dan
saling hisap. Sambil berciuman, tangan kasar Pak Abdul tak
henti-hentinya menjelajahi tubuh mulus Dewi. Sentuhan-sentuhan erotis
Pak Abdul kembali menaikkan birahi Dewi. Dengan gaya nakal ia mendorong
dada bidang pria setengah baya itu hingga telentang di jok belakang.
Setelahnya ia menaiki wajah pria itu sambil tangannya memegang penis
pria itu yang mulai mengeras lagi. Mereka kini dalam posisi 69.
“Jilat yah Pak….puasin Dewi….aahhh!” sebelum Dewi menyelesaikan
kata-katanya lidah pria itu sudah lebih dulu menyapu bibir vaginanya.
Dewi meresponnya dengan menjilati kepala penis Pak Abdul yang seperti
jamur itu. Lidahnya menjilati bagian yang disunat itu dan lubang
kencingnya, aksinya itu membuat tubuh Pak Abdul bergetar dan mulutnya
mengeluarkan lenguhan nikmat. Bukan hanya menjilat, jari-jari pria itu
juga aktif menusuk-nusuk vagina maupun duburnya. Dewi merasakan
vaginanya semakin lama semakin basah saja karena jilatan sopirnya itu.
Seiring birahinya yang semakin tinggi, janda muda itu semakin
bersemangat mengoral penis dalam genggamannya. Dihisapnya benda itu
kuat-kuat, kepalanya nampak turun-naik, mulutnya sampai kempot
menghisapi penis itu. Tangannya yang halus dan berjari lentik memijati
buah pelirnya, menambah kenikmatan ekstra bagi pemiliknya.
Puas dengan saling mengoral kelamin pasangan masing-masing. Dewi
turun dari wajah Pak Abdul dan naik ke selangkangan pria itu. Ia
memegang penis pria itu dan mengarahkan ke vaginanya.
“Ooohh…enakh Pak!” kepalanya menengadah sambil mengeluarkan desahan
menggoda saat ia menurunkan tubuhnya hingga penis itu melesak masuk ke
dalam vaginanya yang sudah basah kuyup.
Kedua tangan Pak Abdul mencaplok sepasang payudara montok Dewi dan
meremasinya. Sebentar kemudian, Dewi sudah mulai menaik-turunkan
tubuhnya di atas penis itu. Pak Abdul melenguh merasakan bibir vagina
janda muda itu mengapit penisnya dan dinding-dinding bergerinjal di
dalamnya menggeseki penisnya di dalam sana. Goyangan naik-turun Dewi
semakin liar dan desahannya pun semakin tak karuan. Dewi dapat melihat
dari kaca jendela mobil, dari jarak tidak terlalu jauh mobil-mobil lain
lalu-lalang dengan bebasnya. Ada rasa takut juga kalau kepergok
seseorang sedang dalam keadaan begini, apalagi dirinya adalah public
figure yang dikenal luas. Kalau ketahuan tentu infotainment akan heboh
memberitakan Dewi Persik tertangkap basah sedang main mobil goyang
bersama sopirnya, bagaimana bila itu terjadi? Namun bercinta dalam
situasi berisiko ini juga mendatangkan kenikmatan tambahan bagi Dewi,
ini adalah petualangan yang penuh tantangan di tengah kejenuhan dan
berbagai permasalahan dalam hidupnya, lagipula tempat ini cukup
terlindungi karena posisinya agak tinggi dan banyak pepohonan. Ia pun
semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya, desahan keduanya memenuhi mobil.
Dewi mencondongkan badannya lebih ke depan sehingga payudara montoknya
mendekati wajah Pak Abdul, tanpa diminta pria itu langsung melumat
gunung kenyal itu. Tangannya meremasi bongkahan payudaranya dan mulutnya
menggigit-gigit kecil putingnya. ‘Clep…clep…clep’ suara vagina Dewi
yang becek bergesekan dengan penis besar sopirnya. Cairan kewanitaan
Dewi semakin banyak sehingga penis Pak Abdul pun semakin lancar keluar
masuk vaginanya.
Seperempat jam lebih Dewi menaik-turunkan tubuhnya dengan liar dalam
posisi woman on top hingga akhirnya tubuhnya dirasakan makin mengejang.
Gelombang kenikmatan itu menyebar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuh
sintalnya berkelejotan dan mulutnya mengeluarkan erangan panjang. Dewi
merasakan betapa liang kewanitaannya menjadi tidak terkendali berusaha
menghisap dan melahap alat kejantanan Pak Abdul yang teramat besar dan
panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang
kekar dengan rakusnya. Erangan Dewi menandai orgasme dahsyat yang
melandanya, ia menjerit sejadi-jadinya, tidak peduli sedang dimana ia
sekarang ini, untung mobil itu tertutup rapat dari dalam sehingga
suaranya tidak keluar. Namun Pak Abdul masih tetap tegar dan perkasa
menyentak-nyentakkan pinggulnya di bawah sana, ia sepertinya masih belum
puas menyetubuhi majikannya itu. Setelah goyangan Dewi melemah, pria
itu segera mengambil alih kendali dengan berguling dan menindih
tubuhnya. Diciuminya wajah dan bibir Dewi sambil terus menghela
pinggulnya menyetubuhi janda muda itu. Tubuh bugil mereka yang sedang
bersatu padu itu pun basah dengan keringat. Dewi sungguh mengagumi
keperkasaan Pak Abdul yang mampu membuatnya mencapai orgasme dahsyat
itu. Tak lama kemudian akhirnya Pak Abdull tiba juga pada puncaknya.
Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak
orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam
rahim majikannya dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu alat
kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang kewanitaan
Dewi sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuh sang janda
muda sampai titik penghabisan. Selanjutnya keduanya terhempas kelelahan
di jok belakang itu dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama mereka
tergolek, alat kejantanan Pak Abdul masih tetap terbenam dalam vagina
Dewi dan Dewi pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak
ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhnya. Hening, di
dalam mobil hanya terdengar suara nafas mereka yang terengah-engah dan
suara tiupan AC yang anginnya menerpa tubuh telanjang keduanya. Mereka
bercium-ciuman sambil saling menggoda menikmati momen-momen pasca
orgasme sebelum akhirnya berbenah diri.
“Pak Abdul jaga rahasia ini ya ” Dewi meminta kepada sopirnya setelah dia memakai semua pakaiannya
“tenang aja Non yang penting saya bisa begini terus sama Non sampai Non menikah nanti “jawab Pak Abdul sambil tersenyum
Setelah kembali berpakaian Pak Abdul kembali ke jok kemudi, ia
menyalakan mesin dan mobil itu pun meluncur ke jalan tol. Di perjalanan,
Pak Abdul dengan berani mengelus paha mulus Dewi.
“Bapak nakal ah…udah ah nanti diliat orang gimana….eemmhh!” desahnya
karena tangan pria itu masuk ke roknya dan mengelusi selangkangannya
dari luar celana dalam.
Wajah Dewi memerah, nafasnya ngos-ngosan ketika sampai ketika
membayar karcis tol, si penjaga gerbang tol mengenali dan menyapanya.
Dewi balas tersenyum dan berusaha bersikap biasa menutupi keadaannya
yang masih terangsang dan nafasnya yang terengah-engah. Begitulah
skandal Dewi Persik dengan sopirnya, mereka terus mereguk kenikmatan
terlarang itu dimanapun dan kapanpun setiap ada kesempatan. Bahkan
setelah Dewi menjalin hubungan dengan seorang pria bule asal Belanda, ia
masih menyempatkan diri bermain gila dengan sopirnya itu. Berita
terkini Dewi putus dengan pacar bulenya itu karena Dewi merasa pacarnya
tersebut tidak bisa memuaskan hasratnya yang menggebu-gebu, dia masih
kalah dengan Pak Abdul, bolehlah si bule itu dalam hal ukuran, tapi gaya
percintaannya yang selalu gentle membuat Dewi cepat bosan. Ia lebih
mendambakan gaya bercinta Pak Abdul yang tahu kapan harus bermain kasar
dan kapan harus bermain lembut, ditambah lagi sensasi liar bercinta
dengan sopirnya sendiri yang tentunya hal yang dianggap tabu. Dalam
benaknya Dewi berpikir, mendingan gak usah nikah dulu biar karirnya
terus menanjak lagian dia juga terpuaskan terus oleh sopir pribadinya
yang berusia 50 tahun. Pak Abdul sendiri merasa semakin gembira karena
berarti ia bisa menikmati tubuh majikannya lebih lama, goyang
patah-patah Dewi Persik bukan hanya bisa disaksikannya di panggung dan
televisi, tapi juga dirasakannya bersama di ranjang.
Jumat, 15 November 2013
Sarah
Azhari masuk ke dalam rumah dan membukakan pintu belakang, ketika aku
masuk langsung saja aku merangkulnya dan melumat habis bibirnya.
Sarah
Azhari terkejut namun langsung saja meladeni lumatanku. Kami berdua
saling melumat di dapur itu dengan penuh rakus dan ganas. Bahkan aku
semakin nakal meremas pantatnya yang membulas itu.
“Hhhhhsssssss….
Burhaaaan ..aaaaaaaah …hhhhh “ desis Sarah Azhari ketika melepaslan
lumatanku, namun belum sempat menghela nafas aku sudah menyerangnya lagi
dengan lumatan, kaki Sarah Azhari langsung menutup pintu dapur itu,
dan menggiringku agar aku merapat kepintu.
“Aku
kangen padamu, Sarah .. aku pengin bercinta dan tidur denganmu lagi “
kataku yang disambut senyum Sarah Azhari. Kami berdua kembali saling
melumat dan menyedot nyedot. Tangan Sarah Azhari begitu nakal sekali
langsung meremas penisku yang ngaceng bak tugu monas, demikian pula
denganku, tanganku naik dan langsung meremas buah dadanya. Kami berdua
saling merangkul dan terlibat dalam lumatan demi lumatan yang rakus.
Kami bermain lidah dengan sangat nikmat. Lidah kami saling bertaut dan
digoyangkan ke kanan dan kekiri dengan penuh nafsu. Sarah Azhari sampai
menggelinjang ketika aku meremas buah dadanya dengan keras. Ditahannya
kepalaku agar aku tidak melakukan lumatan lagi.
Sarah
Azhari memandangku dengan sikap memburu, tangannya masih meremas remas
penisku. Nafsunya menggelegak terbuai dengan kengacengan penisku yang
pernah menyetubuhinya. Aku memerosotkan tubuhku sehingga sampai
jongkok, demikian pula dengan Sarah Azhari yang ikut merosot sampai
jongkok
“Haaaan
… aku kangen sama mainmu dulu “ sahut Sarah Azhari yang kusambut
dengan terkam sehingga Sarah Azhari terjengkang ke belakang, tahan
kepalanya agar tidak terbentur. Di lantai dapur itu kami saling memeluk
dan memilin, bahkan aku semakin nakal menyobek rok pendeknya itu. Aku
seakan memaksa ingin menelanjangi Sarah Azhari yang juga sangat ganas
menyobek bajuku.
“Breeeeeeeeeeeeeet
“ bajuku sobek di bagian depan. Kami berdua kembali saling melumat
penuh nafsu di lantai itu. Kusapu rambutnya itu agar tidak mengganggu
lumatan dan remasan tanganku di buah dadanya.
“Oooh
Haaaaaaaaan ..aaaaaaaaaaaah “ erang Sarah Azhari ketika aku dengan
nakal menyesuluspkan tanganku masuk ke cup BHnya dan meremasnya. Belum
lagi aku masih melakukan lumatan demi lumatan yang dibalas oleh Sarah
Azhari itu. Ditahannya kepalaku agar tidak menyerang
“Telanjang
yuk “ ajak Sarah Azhari dengan penuh nafsu. Aku pun langsung menarik
tubuhku dan mencopot pakaianku. Sarah Azhari pun ikut berdiri dan
membuka pakaiannya yang awut awutan itu. Dengan tergesa gesa Sarah
Azhari membuka pakaian bagian atas, terlihat bongkahan buah dadanya yang
besar tertutup cup branya, kemudian roknya dilepas dan celana dalamnya
terlihat basah terangsang birahi. Dicopotnya anting anting berada di
telinganya, aku setengah nakal langsung memelorotkan celana dalam warna
pink itu dari selakangan Sarah Azhari membuat dirinya langsung terkejut
“Naaakaaaaaaaaaaaal
“ semprot Sarah Azhari dengan mendelik namun membiarkan saja, terlihat
jembutnya sangat menawan, lubangnya merapat namun sudah basah.
Demikian pula denganku yang langsung mencopot celana dalamnya, panas
bagian kepala penisku menetes cairan kental madziku, lendir akibat
terangsang dengan tubuh montok di depanku. Selepas meletakkan
antingnya, Sarah Azhari kemudian membuka kaitan BHnya, jantung hampir
copot melihat besaran buah dadanya yang sangat montok
“Kamu
suka khan sama buah dada besarku, sayang “ goda Sarah Azhari dengan
gemas. Kami berdua sudah telanjang bulat, Sarah Azhari langsung
mendorongku agar aku duduk di kursi empuk di meja dapur itu. Sarah
Azhari langsung menaiki tubuhku dan kupangku. Kami berdua kembali saling
melumat penuh kerakusan.
Tanganku tak habis habisnya bergerak ke sana kemari mengelus dan
meremas tubuh montok sangat berisi itu. Sedang Sarah Azhari sendiri
meladeni lumatanku sambil tangannya menyelinap memegang batangku yang
ngaceng itu sambil mengelus, meremas dan mengocok pelan.
“Haaan
..aaaaaaah .. luar biasa penismu ini .. besar “ puji Sarah Azhari
ketika menarik kepalaku yang melumat dengan nakal sambil menggigit kecil
di bibirnya.
“Sebut
dengan kontol deh .. bilang aku suka kontolmu “ kataku dengan meremas
buah dadanya sekerasnya membuat Sarah Azhari menjerit
“Aaaaaaaaaaauh
.. ddddduuuuuuh .. nakaaal aaah .. pelan ngeremesnya .. sakit tahu ..
dasar kontol gedhe .. seenak kontolmu ngeremes susu orang “ semprot
Sarah Azhari dengan langsung balas meremas penisku dengan kuat membuat
Sarah Azhari aku sampai menengadah ke atas, merasakan sakitnya betotan
tangan lentik dan jahil Sarah Azhari ini.
Kami
berdua berpandangan dengan masam karena saling menggoda kelewat batas,
namun tak lama kemudian Sarah Azhari memandangku dengan senyum
menggoda dan menggairahkan
“Masih mau mneyetubuhi aku, sayang "?” tanya Sarah Azhari dengan penuh harap
“Kenapa
tidak ? segera emut kontolmu yaaa .. aku pengin diblowjob sama kamu,
Sarah ! “ kataku dengan mengelus elus vaginanya yang basah itu membuat
Sarah Azhari menggelinjangkan selakangannya karena merasa geli dan
membuat nafsunya naik lagi
“Oke
deh .. so pasti “ kata Sarah Azhari dengan turun dari pangkuanku dan
kemudian berjongkok sambil membuka pahaku agar melebar, Sarah Azhari
langsung bersimbuh dengan siku lututnya kemudian langsung memasukan
batangku ke dalam mulutnya dan ditelan di dalam sambil disedot dengan
kuat
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuh “ erangku dengan mendongak ke atas.
Sarah
Azhari kemudian mengeluarkan batangku dan dikeluarmasukan dengan
cepat, aku merasakan horny luar biasa, setiap penisku tersentuh giginya
aku merasakan batangku terasa digesek barang keras, seperti digaruk di
batangku. Dengan sangat rakus dan nakal, batangku terus dikeluar
masukan dalam mulutnya.
Kemudian dipandangnya batangku dengan seksama. Lalu kembali dijilati
bagian tengahnya kemudian turun kebawah sampai telurku tak lepas dari
jilatan demi jilatan yang rakus karena sudah lama tidak mempermainkan
kontol pacarnya.
Aku
pun juga tak tinggal diam, dengan posisi Sarah Azhari berlutut itu,
tanganku nemplok di pantatnya dan kuremas remas dengan nikmat, terasa
sangat hangat dan empuk sekali pantat bahenol milik Sarah “lonte” Azhari
ini.
“Teruuus
Saaar ..aaaaaaaah .. nikmaaaat … sekalian telan air maniku yaaa ..
bikin aku muncrat “ kataku dengan tetap bermain dengan pantat Sarah
Azhari itu. Belum lagi dengan membungkuknya Sarah Azhari ketika
menjilati batangku itu.
Sarah Azhari menghentikan jilatan pada penisku, namun tangannya tetap mengocok batangku. Dipandangnya aku dengan senyum nakalnya
“Siapa
takut “ sahut Sarah Azhari dengan langsung kembali menjilati batangku
berulang ulang, lidahnya menjulur julur dari batangku kemudian turun
dan sampai telurku di sapu, lalu naik kembali ke atas sesampai di atas,
Sarah Azhari berhenti menjilati batangku dan langsung mengocoknya
dengan mantap membuat Sarah Azhari sampai tak karuan menggelinjang
membuat Sarah Azhari sampai tertawa kecil.
“Nikmat khan kocokanku pada kontolmu, sayang “ kata Sarah Azhari dengan tetap mengocok batangku berulang ulang.
“Iyaaaaaaaaaaaaa…..
aaaaaaaah .. jangan keras keras aaah “ erangku dengan nakal memegang
kedua buah dadan dan kuremas sesukaku sambil memainkan puntingnya,
tangan Sarah Azhari menghalau tanganku yang meremas kuat itu, namun
mulutnya membuka kemudian memasukan batangku lagi dalam mulutnya.
Tangannya tetap menahan tanganku agar tidak meremas buah dadanya yang
besar itu dengan keras dan kuat, bahkan setengah nakal aku memuntirnya
membuat Sarah Azhari sampai mengerang
“Hhhhhhhhhsss
…. hhhhmmmm .. mmmmfffffffffff “ desis Sarah Azhari di tengah
mengeluarmasukan batangku di mulutnya itu. Lalu diam dan menyepong
penisku dengan kuat membuat aku sampai mengangkat kakiku.
“Saaaaaaaaaaaaaaaaar
…..aaaaaaaaaah .. nakaaaaaaaaaaaal kamuuuuuuu “ semprotku tak kalah
membalas meremas buah dadanya dengan kuat, kali ini Sarah Azhari
membiarkan aku bermain dengan buah dadanya yang besar itu. Penisku tetap
saja diblowjob. Berkali kali Sarah Azhari mengocok kemudian dimasukan
lagi dalam mulutnya. Aku semakin tidak tahan, batangku terasa ingin
muncrat
“Saaaaaaaaar
.. aaaah .. mau keluaaaaaaaaaaaaaar “ teriaku dengan keras, Sarah
Azhari langsung memasukan batangku lagi dan dikeluarmasukan dengan
cepat.
Aku sudah tidak tahan lagi, dadaku terasa panas sekali, menjalar sangat cepat ke perut dan kemudian menuju ke selakanganku
“Sekaaaaaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaang “ teriakku keras.
Sarah
Azhari langsung berhenti dan memasukan batangku dalam dalam ke dalam
mulutnya sampai mentok di dalam, akupun menyemburkan air maniku dengan
menembak ke kerongkongan Sarah Azhari.
“Creeeeeeeeeeeeet …. creeeeeeeeeeeeeeeet … creeeeeeeeeeeeeet … creeeeeeeeeeeet “
Banyak sekali air maniku yang menyembur itu, aku menegang kaku dengan mendongak.
Aku sampai berkelonjotan mendapatkan orgasmeku. Spermaku menembak
dengan kuat, sebagian menetes dari sela sela bibir milik Sarah Azhari
yang tersumpal kontolku itu. Dilepaskan penisku dan dijilati dengan
pelan pelan sisa sperma yang menempel itu. Bagian bibir juga terdapat
lendir warna putih kental, disapunya sperma itu dan ditelannya masuk
dalam kerongkongannya. Tak lama kemudian batangku menjadi bersih lagi.
Sedang Sarah Azhari sampai senyam senyum melihatku terkapar di sandaran
kursi itu.
“Luar
biasa Haan.. kontolmu benar benar hebat .. sudah muncrat begini tetap
saja nggak lemas .. malah ngaceng setengahnya “ puji Sarah Azhari
dengan tertawa nakal.
Sarah Azhari lalu duduk di lantai menungguku yang masih terpejam merasakan nikmatnya orgasme dengan dioral oleh Sarah Azhari.
Sarah Azhari masih mempermainkan batangku dengan diremas remas pelan,
dielus elus kemudian diciumi dengan bibirnya yang sensual itu. Tubuh
kami penuh dengan keringat birahi. Nafas kami juga ngos ngosan.
Aku
membuka mataku yang berkunang kunang, kubuka mataku dan di depanku
seonggok daging segar sedang tersenyum padaku memamerkan buah dadanya
yang besar itu, bahkan kemudian memundurkan badannya lalu membuka
pahanya lebar lebar memamerkan vaginanya yang basah terbuai nafsu
birahi.
“Giliran aku yang dioral yaaa .. nich .. tempekku sudah basaaah …. “
“Ntar aaaah ..”
“Cari
minum dulu yaaa “ kata Sarah Azhari dengan berdiri dan kemudian
membuka lemari es, mengeluarkan sebotol air dingin dengan sirup, di
ambilnya dua gelas dan dituangkan. Sarah Azhari lalu kembali duduk
dengan membawa kedua botol dan gelas itu ke lantai. Aku pun menerima
segelas sirup itu dan kutenggak.
Aku merasa kembali segar. Aku merasa kembali kuat lagi, lalu aku
berdiri dan membuka lemari piring, membuat Sarah Azhari tak mengerti,
kukeluarkan sebuah mangkuk sedikit besar. Aku kemudian kembali lagi.
Lalu duduk di hadapan Sarah Azhari yang membuka selakangannya memamerkan
bagian paling rahasia itu.
“Buat apa mangkuk itu ? “ tanya Sarah Azhari tak mengerti
Aku
tak menjawab, kemudian menuangkan sirup dalam botol itu separohnya
kemudian kucampur dengan sedikit air dingin. Aku mengaduk dengan jari
jariku, Sarah Azhari memandangku dengan tak mengerti maksudku. Aku
mengangkat mangkuk itu dan langsung mengguyurkan ke pundak Sarah Azhari,
Sarah Azhari langsung terkejut.
“Aaaaaaaaaaaaaaah .. nakaaaaaaal aaaaaaaaah .. dingiiiiin .. bisa lengket nich “ protes Sarah Azhari dengan marah
“Aku mau menjilati seluruh tubuhmu sayang “ kataku dengan tersenyum dan gemas.
Sarah
Azhari terkesiap, kemudian mengambil sisa botol sirup itu dan rebahan
lalu menuangkan seluruh isinya ke dada, perut dan vaginanya, tak lupa
pahanya. Warna hijau sirup itu bertebaran di sekujur tubuhnya
“Segera
jilati aku sayang .. berikan kenikmatan jilatanmu “ pancing Sarah
Azhari dengan menarik tanganku kemudian tertawa senang.
Aku
langsung membungkuk di samping daging segar hidup Sarah Azhari itu,
buah dadanya yang besar terbaur dengan sirup warna hijau menambah
semangatku untuk menjilati sekujur tubuhnya bagian paha sampai di
pundaknya itu. Aku langsung menjilati dari buah dadanya, sedang tanganku
menyelinap di antara sekalangannya dan mempermainkan jariku mengelitik
lubang surgawinya. Sarah Azhari sampai melenguh bak cacing kepanasan.
Kaki krinya ditekuk untuk menjepit tanganku yang sangat nakal mengorek
liang vaginanya, sedang lidahku terus menyusuri bulatan daging montok
di dada Sarah Azhari.
“Ohhh
Haaan .. geli aaaaah .. truuuusss .. jilati .. “ seru Sarah Azhari
dengan mata terpejam merasakan lidahku bergerak ke sana kemari sambil
menelan manisnya sirup merek marjan itu. Kususuri terus bongkahan buah
dadanya itu sampai bersih, di bagian puntingnya aku langsung menelan
dalam mulutku dan kupermainkan lidahku, kusedot punting besar itu.
Sarah Azhari sampai menggapai gapai pegangan merasakan sensasi luar
biasa, di bagian dadanya geli kujilati dan bagian vaginanya tidak tahan
tanganku mengorek liang senggamanya. Tempeknya yang membasah itu
sebagin tak karuan karena bercampur dengan sirup. Luar biasa manis dan
nikmat bisa menikmati selebritis sekaligus seorang lonte kelas atas
ini.
“Duuuuh
.. geli aaaah .. piiiissss .. aaaah jarimu nakal sekaliiii “ semprot
Sarah Azhari dengan kepala menggeleng geleng merasakan tak karuan
sensasi seksnya kurangsang dengan hebat. Buah dadanya sebelah kiri sudah
bersih dari ceceran sirup, kemudian aku bergerak ke buah dadanya
sebelah kanan dan langsung kuembat buah dada itu dengan di punting aku
telan dan kusedot, sedang tangan kiri langsung meremas buah dadanya
sebelah kiri, tangan kanan menusukan jariku ke dalam vaginanya
mencongkel membuat Sarah Azhari langsung mendelik dan melonjak hendak
bangun, namun tertahan oleh tubuhku yang sedang menikmati kemengkalan
dan kemontokan susunya yang gedhe itu.
Aku
terkesiap mendengar deru langkah kaki, namun aku membiarkan saja derap
kaki itu berhenti berdiam di tempat, aku tetap terus melakukan oral ke
vagina Sarah Azhari dengan jari jariku membesarkan lubangnya agar aku
mampu memasukan penisku yang besar ke lubang tempek Sarah Azhari.
Sarah
Azhari menggelinjang hebat dengan hendak bangun lagi, diangkatnya
kepalanya memandang ke buah dadanya di mana aku sedang nikmatnya
menjilati buah dadanya mengitari bongkahan besar itu, lidahnya menulur
julur dan menelan sirup itu. Sarah Azhari membuka pahanya lebih lebar karena tanganku kesulitan mengoral lagi karena pahanya menutup.
“Hhhhhsssss
… Haaaaaaaan .. Burhaaaaaaan ….aaaaaaaaaah .. teruuus Haaan .. buat
aku orgasmeee .. cepaaat aaah …. nggak taaaahaaan “ teriak Sarah Azhari
dengan suara keras. Begitu pahanya membuka aku lansung menekan nekan
vaginanya memutar di area segitiga itu dan membuat Sarah Azhari sampai
melenguh hebat
“Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhh ..aaaaaaaaaaaaaaaaauuuuh “
Aku
membiarkan saja suara yang menganggu telingaku, sepasang sepatu
diletakkan, namun mataku melirik sebentar lewat bawah meja itu, sebuah
bra dijatuhkan ke lantai. Aku menjadi bersemangat untuk terus melakukan
jilatan dan oral di buah dadanya, kemudian aku berpindah ke dadanya
bagian tengah sampai bagian lehernya kujilati jilati.
“Uuuuh
.. rasanya nikmaaaaat Haaan “ seru Sarah Azhari dengan mencekal
kepalaku untuk mengontrol arah jilatanku sampai dipundaknya. Kemudian
dilepaskannya kepalaku membiarkan aku turun menjilati lagi lewat buah
dadanya.
Sampai di perutnya aku mengitari dengan lidahku, Sarah Azhari melihat
lagi aksiku bermain dengan pusarnya yang terkumpul cairan kental sirup
warna hijau itu. Kini aku terus memutar dan bergerak ke perutnya,
kugeser tubuhku agar tepat berada di antara pahanya. Sarah Azhari
langsung menjepit pingganggku dengan kedua pahanya. Aku kembali
membungkuk dan menjilati perut itu.
“Ke
bawah sayaaang ..oooo .. oooouuuuh …. aaaaaaaauuh .. hhhhhsssss ..
teruuuuuss .. aaah .. ke bawaaah .. ke bawaaah .. ke tempekku … Han ..
please aaah .. please “ rengek Sarah Azhari dengan suara mengiba dan
mendesis tak karuan dengan kepala menggeleng geleng. Mataku melirik ke
samping lagi di mana seonggok pakaian sudah terttumpuk, sepasang kakinya
sudah melangkah sampai di sampai meja dapur itu. Sarah Azhari tidak
menyadari kalo ada seorang wanita lain yang masuk tanpa permisi, bahkan
sudah telanjang bulat berdiri melihat kami sedang bercumbu.
Kujilati vaginanya yang sudah terkuak memerah itu, kujilati dan kusedot jeroan tempek milik Sarah Azhari ini.
Ketika aku menjilati dan menyedot itu, Sarah Azhari sampai
menggelinjang ke kanan dan kekiri, ketika berhenti menggeleng dan
kepalanya berhenti ke arah sebelah ke kanan, sepasang kaki itu
tertangkap matanya, langsung saja Sarah Azhari bangun dan mendorongku
dengan paksa
“Aaaaah
.. please .. stop stop “ ujar Sarah Azhari dengan hendak bangun, namun
dirinya terkejut ketika melihat dari atas meja, seorang wanita
tersenyum.
“Kalian berdua bercinta tidak bagi bagi .. aku mau gabung “ kata wanita tersebut yang ternyata Ayu Azhari.
Aku
tidak menampakan keterkejutanku, Ayu Azhari maju ke depan dan langsung
jongkok di sampingku, sifat nakalnya langsung muncul dan merogoh ek
kontolku untuk diremas.
“Besar sekali, sayang “ puji Ayu Azhari padaku.
“Ntar
aku pengin menggenjot adikmu dulu .. sudah gatal kontolku nggak masuk
ke tempek Sarah ini “ kataku dengan menepis tangan Ayu Azhari yang
nakal itu.
Sarah Azhari juga langsung mendorong tubuh Ayu Azhari menjauh.
“Minggir
dulu aaah .. dia milikku .. ntar nanti gantian .. please .. segera
masukin kontolmu, sayang “ ajak Azhari dengan menarik kepalaku sehingga
aku langsung bereaksi menurut dan mengarahkan batangku ke dalam vagina
Sarah Azhari.
Di sampingku Ayu Azhari hanya tersenyum dan memamerkan tubuhnya yang lebih ramping dan tidak semontok adiknya itu.
Pelan
pelan aku melakukan penetrasi ke dalam vaginanya yang sudah melebar
itu, besaran penisku tidak susah masuk ke dalam tempek Sarah Azhari
walau tidak semudah begitu saja masuk.
Pelan pelan batangku menembus liang senggamanya. Sarah Azhari sampai
merem dan menggigit bibirnya ketika aku menerobos masuk dengan besarnya
kontolku itu. Ayu Azhari sendiri sampai meleletkan lidahku panjang dan
besarnya batangku.
“Gilaaa .. Haan .. besar sekali .. apa masuk dalam vaginaku ..?” tanya Ayu Azhari.
“Please .. gunakan tempek sama kontol kalo mau gabung “ semprot Sarah Azhari dengan kesal
“Jorok aaah “ balas Ayu Azhari
“Please
.. pergi sana … aaah .. sakit Haaa .. teruuus .. tarik dulu, sayang ..
dorong lagi .. yaaa ..aaaaauuuh “ lenguh Sarah Azhari dengan
menggeleng geleng ke kanan kiri membuat rambutnya berterbangan ke sana
kemari.
“Oke
.. kontol pacarmu gedhe banget Saaar .. trims kalo aku boleh ikut
menikmati kontol pacarmu “ kata Ayu Azhari dengan tersenyum.
“Dia
bukan pacarku, piiis aaah .. dia tukang nidurin aku … pemuasku yang
kuat .. tapi dia bukan gigolo “ kata Sarah Azhari dengan gemas.
Penisku
serasa disedot dari dalam dan batangku yang tenggelam itu dipilin dan
di peras dengan gemas. Pelan pelan batangku sudah mentok di dalam
vaginanya
“Genjot .. ayo geraaak piiiisss … aaaaaaaaaaaaaaaah “ teriak Azhari tidak tahan aku genjot itu.
“Oral
sendiri tempekmu Mbak Ayu .. ntar aku bisa langsung nyodok ke tempekmu
“ kataku pada Ayu Azhari yang bengong. Ayu Azhari langsung melakukan
oral ke vaginanya dengan tangannya sendiri. Aku langsung melakukan
gerakan naik turun di tubuh Sarah Azhari.
Kutindih
tubuh montok itu di lantai dan kupeluk serta kuhujani dengan lumatan
demi lumatan, Azhari langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggangku
dan memberi ruang agar aku tetap bisa mengeluarmasukan batangku.
Terasa sekali ketika batangku keluar dan masuk lagi, ada kenikmatan sendiri.
“Haaaaaaaaaan …aaaaaaaaaaaahuuuuuuh …. hhhhsssssss “ tahan Sarah Azhari yang kewalahan menahan serbuanku lumatanku.
Kulumat lagi bibirnya dan tanganku meremas remas buah dadanya sepuasku
membuat Sarah Azhari sampai ingin montang manting bak cacing kepanasan,
sedang Ayu Azhari hanya mendesis sendirian mengoral vaginanya sampai
membasah terangsang persetubuhan kami.
Aku
terus mneyetubuhi Sarah Azhari dengan bergerak pelan pelan, walau
pelan sudah membuat Sarah Azhari sampai kelabakan, saking besarnya
penisku itu terasa sekali kalo vagina milik Sarah Azhari sangat
sensitif digenjot dan disodok sodok.
“Aduuuh Haaan .. nggak tahaan aaaaah … “ seru Sarah Azhari dengan suara semakin mengeras.
Aku
terus saja menyodoki naik turun, kami saling memeluk dan memilin,
memeras dan memagut. Tubuh kami berbau manis karena sisa sisa sirup, Ayu
Azhari sampai memejamkan matanya menikmati tangannya masuk ke dalam
vaginanya.
Sungguh
nikmat sekali, aku bisa menyetubuhi lagi Sarah Azhari dan membuat
dirinya sampai teriak teriak merasakan nikmatnya penisku mengoyak liang
vaginanya.
“Teruus Haaan .. aku nggak kuaaat aaah .. please .. cepatan aaah “
Aku
langsung bergerak cepat dengan memeluknya lebih erat, pantatku maju
mundur menghajar vaginanya yang menjepit penisku itu. Berulang ulang
pantatku menghujam dengan keras dan nyaris kasar namun malah membuat
Sarah Azhari sampai memejamkan matanya erat sekali.
“Hhhhhssss
… aaaaahuuuuuuuuuuuuuhh .. hhhhhsssss …. aaaaaaaauuuh “ lenguh Sarah
Azhari dengan menahan kepalaku yang melumat bibirnya. Goncangan tubuhnya
yang kugenjot itu membuat buah dadanya naik turun sangat merangsangku.
Gerakanku yang menyodok nyodok keras itu sampai membuat Ayu Azhari
terkesima
“Luar biasa sodokanmu, sayaang … Mike Tramp saja pastilah tak sekuat dirimu … “ puji Ayu Azhari dengan tersenyum.
Aku
terus menggenjot Sarah Azhari dengan keras dan mantap sampai berbunyi
nyaring. Vaginanya menyempit dengan cepat membetot batangku.
“Haaaaaaaaaan
….aaaaaaaakuuu ..aaaaaaaaaaaaaaaaaah “ lenguh Sarah Azhari panjang
dengan menegang kaku. Kuhujamkan batangku dalam dalam ke vaginanya
membuat Sarah Azhari sampai berkelonjotan tak karuan bak cacing
kepanasang, dari vaginanya mengucur cairan panas membasahi penisku. Mata
Sarah Azhari sampai membuka sedikit namun hanya terlihat warna putih
saja.
Aku
berhenti menggenjotnya ketika penisku suduah disiram cairan panas itu,
dada Sarah Azhari sampai naik turun ngos ngosan, demikian pula
denganku yang menindih erat Sarah Azhari yang basah oleh keringat
birahi. Aku langsung bangun dan menarik penisku dari vagina Sarah
Azhari. Kemudian aku menghela nafas dengan memandang ke tubuh montok
terkapar di lantai itu.
Aku setelah aku merasa tenang, aku langsung memalingkan ke samping di
mana Ayu Azhari menungguku dengan masih mengoral vagina dengan
tangannya. Aku langsung berdiri dan aku memondongnya.
“Mau dibawa kemana aku, sayang “ tanya Ayu Azhari dengan mengelus elus pipiku
“Ke
sofa, Mbak Ayu, sayangku “ kataku dengan melangkah keluar dari dapur
menuju ruang tengah itu. Aku langsung menurunkan tubuh seksi Ayu Azhari
dan posisinya membelakangi, aku langsung meremas buah dada milik Ayu
Azhari ini membuat dirinya langsung menggelinjangkan tubuhnya merasakan
remasanku yang nakal itu.
“Haaaan ..aaaaaaaah .. pleasee .. remes lagi “ pinta Ayu Azhari dengan
gemas, dan aku pun langsung meremas lagi dengan senang, walau buah
dadanya tidak sebesar adiknya namun terasa kenyal dan hangat sekali,
belum lagi wangi tubuhnya menambah semangatku untuk segera menembus ke
liangnya yang sempit itu. Aku langsung melepaskan remasan di buah
dadanya kemudian aku langsung duduk memegang batangku
“Segera
naik, Mbak Ayu sayangku .. segera naikin aku … ingin kontolku ini
masuk tempek Mbak Ayu “ ajakku pada Ayu Azhari dengan menarik
tangannya. Ayu Azhari langsung mengangkang di atara kedua kakiku
kemudian menurunkan selakangannya sampai menyentuh ke kepala penisku.
Pelan
pelan Ayu Azhari langsung menekan ke batangku, matanya sampai menonton
bagaimana penisku yang besar itu masuk ke dalam vaginanya. Batangku
menusuk masuk membuat Ayu Azhari sampai menggigit bibirnya.
“Punya suamiku juga sebesar kamu Han .. tapi lebih panjang punya kamu .. Iiih … coba Han .. kalo puas kamu boleh nidurin aku “
“Amit amit .. elu yang minta … enak aja “ balasku dengan gemas dan kesal
“Oke deeh .. sorry “ kata Ayu Azhari dengan menekan kuat dengan tenaga lebih besar membuat dirinya menjerit jerit
“Haaaaaaaaaan
…aaaaaauugggghh …hhhhsss .. aaaaah .. galak benar kontolmu .. lebih
galak dari punya Mike” lenguh Ayu Azhari dengan menggeleng gelengkan
kepalanya merasakan batangku mili demi mili mengoyaknya.
Ayu
Azhari menaikan lagi selakangannya dan menekan lagi dengan kuat,
seolah olah Ayu Azhari tidak sabaran menjepit penisku, sehingga terus
saja memaksakan diri. Aku hanya bisa mengelus elus pahanya yang mulus
itu, terkadang sampai belakang dan meremas pantatnya itu terasa tidak
setebal milik Sarah Azhari.
Pelan
pelan penisku serasa dijepit dua kali lipat milik adiknya, remasan dan
pilinan itu terasa sekali membuat penisku seperti mau dilempengin,
penisku yang tenggelam separo itu lama lama mau lenyap ditelan vagina
milik Ayu Azhari ini. Dengan ditarik dan ditekan lagi, dengan hentakan
keras penisku amblas mentok sampai terdalam vagina milik Ayu Azhari,
namun masih menyisakan beberapa centi karena penisku terlalu panjang
“Baaaaaaaaaaah
… siaaaal .. panjang sekali kontolmu, sayang “ kata Ayu Azhari dengan
tersenyum dan mulai bergerak naik turun, aku langsung memeluknya dan
menghujani dengan lumatan demi lumatan membuat Ayu Azhari sampai
kewalahan, kuremas buah dadanya lewat tanganku yang melingkar ke
belakang itu. Ayu Azhari sampai mengglinjang tak karuan ketika naik
turun di atas tubuhku
“Please .. biarkan aku menggenjotmu dengan bebas .. lepasin “ teriak Ayu Azhari dengan gemas
Aku
langsung melepaskan pelukannya dan Ayu Azhari langsung bergerak sangat
erotis di atas tubuhku yang di mana aku duduk sandaran, buah dadanya
ikut bergerak naik turun, sangat indah sekali
“Hhhsss
…. ngggggg .. mmmmmffff …..aaaaaahhh ….aaaaaaaauh “ lenguh Ayu Azhari
yang naik turun di atasku. jepitan vaginanya sangat erat sekali namun
penisku lancar sekali keluar masuk, aku pun meladeni dengan mengerakkan
pantatku naik turun
“Ouuuh
.. uuuuh .. pleaseee “ keluh Ayu Azhari yang mempercepat genjotannya
karena tidak tahan, apalagi ketika tadi mengoral vaginanya justru pas
akan mencapai puncak namun aku selesai menggenjot adiknya sehingga
orgasmenya tertunda.
Gerakan
naik turun itu semakin cepat dan membabi buta, menit demi menit Ayu
Azhari kemudian menggenjot dengan pelan lagi untuk menetralkan lagi,
lalu bergerak dengan cepat lagi
“Aaaah .. terus Mbaaak “ sahutku dengan meremas pantatnya itu.
“Iyaaa nich .. mau sampaaai “ balas Ayu Azhari dengan cepat
Gerakannya
semakin keras dan menghujam, vaginanya menyempit dengan cepat, aku
menyadari Ayu Azhari hendak mencapi puncaknya. Dengan hujaman keras
terakhir Ayu Azhari langsung menegang dengan kaku melengkung ke depan,
kuremas buah dadanya dengan keras membuat Ayu Azhari sampai
berkelonjotan kemudian
“Hhhhhhssssssssssssssssss………..aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah
“ teriak Ayu Azhari yang kemudian mengucurkan cairan beningnya
membasahi sofa itu. Tubuhnya aku tahan dengan tangan kiriku agar tidak
terjengkang ke belakang. Kutarik dan kupeluk serta kuhujani dengan
ciuman di lehernya. Tubuh penuh keringat bak tanpa tulang itu sangat
lemas merasakan orgasmenya. Pelan pelan tangannya bergerak dan memelukku
erat.
“Trim
sayang .. kau memang hebat .. ntar lagi yaaa .. semprot air manimu
pada tempek Sarah Azhari .. itu haknya, nanti giliran aku ya “ bisik
Ayu Azhari di telingaku.
“So pasti “ jawabku singkat
Sarah
Azhari masuk ke ruang tengah dengan bertelanjang bulat, melihat kami
masih saling memeluk hanya tersenyum saja kemudian masuk ke kamar mandi.
Sabtu, 26 Oktober 2013
Alice Norin langsung beranjak dari pangkuanku dan menarik tanganku,
kugandeng Tina Talisa dan aku langsung meremas buah dada Tina Talisa
yang masih memakai pakaian blazer dari kantor.
“Kami berdua mau nagih sperma ya .. layani kami berdua .. please “ ujar Alice Norin dengan meremas penisku dengan keras membuat aku sampai menjambak rambutnya.
“Pelan aaah ..sakit tahu .. kalian berdua telanjang saja .. “ godaku dengan tersenyum
Kami sampai ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar, di kamar itu, Tina Talisa dan Alice Norin langsung melucuti pakaiannya tanpa tersisa, aku sampai berdegup kencang ketika Tina Talisa membuka BHnya, besaran buah dadanya semakin montok saja, demikian pula dengan buah dada Alice Norin. Ditariknya aku yang sedang bengong. Tina Talisa langsung membuka celanaku, dan menariknya, sedang Alice Norin membuka kaosku.
Mereka berdua sangat lapar dan haus seks, karena Tina Talisa setelah melahirkan lama sekali tak kusetubuhi sedang Alice Norin saban minggu aku sudah menyetor sperma sampai menggelepar.
“Ganteng yaaa .. ck ck ck ck .. makin besar saja nih penis “ timpal Tina Talisa dengan tersenyum dan menariku ke ranjang dan langsung dipeluk dan ditindih, Tina Talisa langung melumat bibirku dengan rakus, sedang Alice Norin langsung menjilati buah zakar dan batangku dengan pelan pelan membuatku geli.
“Kita keroyok yu .. semoga kita yang kalah .. “ seloroh Alice Norin dengan semakin bersemangat menjilati dan akhirnya mengulum penisku dengan rakus, aku masih saling melumat dengan Tina Talisa.
Pergumulan threesome itu semakin panas, aku semakin suka dengan tingkah binal mereka berdua, Tina Talisa sering kali melakukan pagutan sangat lama, tanganku semakin nakal meremas buah dada Tina Talisa dan membuat Tina Talisa melenguh melepaskan lumatan pada bibirku
“Aaaauh .. nikmaatnya .. lama ndak kamu setubuhi aku “ timpal Tina Talisa dengan tersenyum dan menahan tanganku.
Tina Talisa menindihku dengan menduduki perutku, sedang Alice Norin membuka mengerjai penisku, lalu Tina Talisa berbalik dan berhadapan dengan Alice Norin.
“Bagi donk .. “ pinta Tina Talisa dengan mengelus kepala Alice Norin, Tina Talisa lalu mengangkat pantatnya dan diletakkan tepat pada muku sehingga aku langsung melakukan oral seks, vagina Tina Talisa juga sempit karena lama ndak dipakai,walau sudah melahirkan anak hasil benihku namun tetap smepit juga.
“Aaaaaaauh …. “pekiku kesakitan ketika dengan gemas, mulut Tina Talisa mengulum penisku dan menyedotnya membuat aku hanya bisa meremas pantat Tina Talisa.
Pemandangan yang panas itu membuat kami berkeringat, kami tidak tahu ada mobil masuk, karena hujan sangat deras, hanya lenguhan, rintihan, erangan kami bersahutan. Ternyata mobil itu merupakan milik Nafa Urbach Urbach yang tiba tiba datang, semua serba kebetulan. Gilanya Nafa Urbach Urbach datang bersama Titi Kamal, mereka berdua kasak kusuk cerita urusan seks dan ternyata bercinta denganku
“Kita masuk saja .. tumben ada dua mobil .. jangan jangan .. aku lama ndak disetubuhi oleh dia” ungkap Nafa Urbach kepada Titi Kamal. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, namun hanya mendengar suara erangan dan lenguhan belaka
“Gilaa .. ternyata dia bercinta dengan wanita lain “ bisik Titi Kamal
“Hmm .. dasar suka makan perempuan tuh .. “ ucap Nafa Urbach dengan membuka kamar yang di mana aku, Tina Talisa, dan Alice Norin sedang bergumul dengan sangat panas, saling melumat, mengoral dan meremas. Nafa Urbach membuka pintu kamar dan sampai tergidik melihat keliaran kami. Aku menjadi merah mukaku, ketika menjilati vagina Tina Talisa, mataku melirik ke samping karena ada cahaya masuk dan aku sampai copot jantungku.
Melihatku berhenti, Alice Norin yang sedang mengulum penisku berhenti, demikian pula dengan Tina Talisa yang tiba tiba menarik selimut menutupi buah dadanya.
“Gilaaa…. sial ..payah .. “ semprot Tina Talisa dengan was was. Demikian pula dengan Alice Norin yang langsung mengumpet di belakang tubuh Tina Talisa
“Rupanya kalian sedang berpesta ya .. nggak ngajak ngajak .. “ ujar Nafa Urbach dengan maju
“Mau apa kalian ?” ujar Tina Talisa dengan sombong dan merasa berhak atas kenikmatan cinta denganku dan bersama Alice Norin.
“Kami sudah terbiasa bercinta dengan dia, lelaki brengsek .. suka meniduri istri orang, janda artis “ semprot Titi Kamal dengan ikut maju. Kukuasi keadaan, dengan bangun dan duduk memandang mereka berdua
“Kenapa kita tidak sekalian main berlima ? ayoo ..copot baju kalian .. giliran aku dihajar kalian berempat”
Titi Kamal hanya memalingkan mukanya karena aku nakal memandangnya dengan penuh nafsu.
“Kamu nggak pernah berubah, selalu bernafsu saja mandang aku .. “ semprot Titi Kamal, namun dicegah Nafa Urbach.
“Kita ikutan saja yuk .. kalo nggak ikut kita malah berabe, Tina Talisa dan Alice Norin tahu kita juga .. sudah basah nih”
Alice Norin yang diam kemudian menyahut
“Iyaaa .. mari kita pesta seks dan mabuk, aku bawa bir di mobil “ seloroh Alice Norin dengan turun dari ranjang dan langsung menarik tangan Titi Kamal, sedang Tina Talisa langsung turun juga menarik tangan Nafa Urbach, Tina Talisa melucuti pakaian Nafa Urbach dan Alice Norin melucuti pakaian Titi Kamal.
“Kita lakukan sajalah .. nggak usah dipikir .. tuh ****** dia makin besar saja .. ayo nanti kita jejer disodoki sampai muncrat “ seloroh Alice Norin dengan tersenyum dan langsung menjilati buah dada Titi Kamal.
Mereka berempat memilki buah dada montok montok, mereka maju ke depan, Nafa Urbach langsung menindihku dan melumat bibirku. Sedang Titi Kamal dan Tina Talisa berada di selakanganku bergantian menjilati penisku. Alice Norin tak kalah nakal, menjilati vagina Tina Talisa.
Kami berlima melakukan pesta seks, malam semakin dingin, namun di kamar itu semakin panas. Aku tak tahu, suasana makin ramai dengan lenguhan, erangan kami. Alice Norin mengoral Tina Talisa, sedang Titi Kamal mengoral Nafa Urbach, serta vagina Titi Kamal aku sendiri yang mengoral, vagina mereka semua sudah basah.
Belum kami orgasme mendadak pintu terbuka, seorang wanita dengan tanpa pakaian masuk.
“Baaah .. Vivi Rachmawati .. oh .. mati aku .. “ teriakku cemas
Semua mata memandang ke arah wanita yang sangat nakal memamerkan kesintalan tubuhnya
“Benar benar muraha tuh dia “ maki Titi Kamal Kamal yang sedang mengulum penisku bergantian dengan Tina Talisa
“Boleh aku gabung ?” tanya Vivi Rachmawati
“Hmmm .. boleh .. tapi nanti pulang masing masing bayar 2 juta ke dia “
“ndak masalah .. aku traktir kalian semua menikmati pemuda itu .. “ jawab Vivi Rachmawati dengan tersenyum dan maju bergabung
“Please .. gimana kalo kalian aku gilir satu satu .. “ ajakku
“Enak saja .. itu ronde kedua sayang, ronde pertama kami akan membuatmu muncrat .. rasain suka menyantroni vagina istri orang .. mainin janda .. “ ejek Tina Talisa dengan tertawa dan disambut semua tawa para artis papan atas ini. Berlima mereka mau mengeroyokku. Bah ..aku lebih suka berthreesome atau berdua saja. Tapi kali ini nasib baik tidak berpihak padaku. Aku harus melayani lima artis yang haus seks.
Situasi yang tidak menguntungkan aku, sehingga aku selalu mengusulkan alternatif agar aku bisa menjaga stamina dan tenaga yang bakalan terkuras jika habis melayani lima artis yang sangat haus seks. Penisku dikulum dengan gemas oleh Tina Talisa dengan rakus.
“Aaaaaaaauh .. “ erangku dengan menggelinjangkan kedua kakiku dan oleh Titi Kamal langsung dicekal agar tidak bergerak. Aku kembali menjilati dan menyedot vagina Titi Kamal, posisi mengangkang Titi Kamal tepat dimukaku itu aku langsung menyedot dengan gemas. Sedang Nafa Urbach dan Vivi Rachmawati kini bermain berdua, Vivi Rachmawati menjilati vagina Nafa Urbach membuat Nafa Urbach sampai menggelinjang dan meronta ronta karena jilatan Vivi Rachmawati sangat keras.
Penisku dijilati oleh Tina Talisa, posisi Tina Talisa berada membungkuk di antara kedua kakiku, Tina Talisa terus melakukan oral ke penisku. Dipermainkan batangku dimulutnya. Lalu dengan gemas lidahnya mengoseri batangku membuatku semakin ngilu, Tina Talisa sangat kelaparan
“Sudaaah aah .. aku ingin nyodoki kalian … “ erangku dengan meremas pantat Titi Kamal, mendorongnya sehingga membuat Titi Kamal yang menunggu mengulum batangku menjadi kesal
“Aku belum oral kontolmu, sayang “ protes Titi Kamal dengan mengalah dengan wajah kesal dan kecewa
“Aku sodok kamu dulu Mbak Titi “ ujarku tak perduli dengan mengangkat tubuhku, selepas Titi Kamal berpindah tempat aku langsung menjambak rambut Tina Talisa yang masih mengulum batangku.
Di sampingku Nafa Urbach masih dioral oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati. Ketika aku bangun, Alice Norin langsung memelukku dan memberikan lumatan sangat ganas dan kubalas, sehingga Tina Talisa kembali mengulum lagi.
“Kalian bertiga oral dulu .. aku mau genjot Titi .. “ perintahku dengan mendorong Alice Norin. Aku kembali menjambak rambut Tina Talisa, Tina Talisa hanya menjilati bibirnya pertanda puas bisa mengulum penisku.
Aku langsung turun dari ranjang, dan aku mendorong Titi Kamal agar tengkurap dengan pantat nungging. Alice Norin dan Tina Talisa langsung berada di kedua sisi Titi Kamal, aku langsung naik dan berlutut di ranjang, memaksakan batangku untuk amblas, pelan pelan aku tekan, ketika batangku sudah mulai masuk aku langsung menekan tekan tenaga besar membuat Titi Kamal langsung meringis kesakitan
“Aaaaaaaauuh ..sakit aaah .. yaaa .. enaaak … sodok ! ayo sodok “ erang Titi Kamal dengan mengerling ke arah Alice Norin. Penisku pelan pelan masuk sampai amblas, diperas dan diremas dalam vagina Titi Kamal. Aku langsung menggenjotnya, Titi Kamal langsung melenguh
“Haaan .. duh .. terus .. enaknya “ lenguh Titi Kamal dengan berteriak teriak. Alice Norin langsung memberikan buah dadanya untuk kukulum sehingga Alice Norin sampai meringis dan merintih, sedang Tina Talisa aku remas buah dadanya dengan keras membuat Tina Talisa langsung menggelinjang dalam posisi berlutut, pantatku terus menghujam maju mundur, batangku menghajar vagina Titi Kamal. Sodokanku kupercepat membuat Titi Kamal Kamal menahan badannya agar tidak tergoncang, kedua tangannya meremas sprei.
Sedang Nafa Urbach langsung berada di samping Tina Talisa, menarik tanganku agar juga meremas buah dadanya. betapa sangat susah, pantatku maju mundur menyodoki Titi Kamal, tangan kiriku meremas buah dada Tina Talisa, tangan kanan meremas buah dada Nafa Urbach, sedang mulutku mengulum punting susu Alice Norin yang kepalaku dipegang oleh Alice Norin agar tidak melepaskan kulumanku. Kami semakin panas, di belakangku Vivi Rachmawati dengan gemas merunduk tepat di bawah selakanganku, ketika penisku keluar, Vivi Rachmawati menjilati batangku walau sangat susah namun dengan nakal Vivi Rachmawati berganti dengan meremas pantatku lalu memegang bagian samping kedua pantatku, memberikan dorongan ketika pantatku maju dan kemari kembali ketika batangku keluar.
Aku berhenti mengulum ketika Alice Norin melepaskan kepalaku, tanganku masih saja meremas buah dada Tina Talisa dan Nafa Urbach.
Titi Kamal semakin kepayahan dan hendak orgasme.
“Haan .. mau sampai nih .. duh .. “ erang Titi Kamal dengan keras, aku langsung menghujamkan batangku keras keras dan membuat Titi Kamal orgasme, Titi Kamal Kamal melolong dengan suara keras, menegang dengan kaku dan akhirnya berkelonjotan. Penisku disiram cairan panas, begitu merasa penisku ada yang menyiram aku langsung mencabut penisku, kulepas remasan buah dada pada Tina Talisa dan Nafa Urbach. Aku langsung turun dan menarik tangan Tina Talisa, aku langsung rebahan dan Tina Talisa mengangkangi aku, batangku ditekan di selakangan Tina Talisa dengan paksa, terasa sesak sekali, namun dengan bantuan Nafa Urbach dan Alice Norin, batangku akhirnya amblas dalam lubang yang becek di vagina Tina Talisa.
“Duuuh .. enaknya … “ pekik Tina Talisa yang kemudian dengan gemas menggenjotku dengan keras membuat aku sampai merem melek, belum selesai itu Alice Norin kemudian menduduki dadaku lalu membungkuk
“Remes susu guwe donk “ pinta Alice Norin dengan menarik tanganku, aku menaikan tanganku dan meremas buah dada Alice Norin, Alice Norin menggelinjang karena aku meremasnya dengan keras. Sedang Nafa Urbach membantu Tina Talisa menggenjot dengan memegang pantat Tina Talisa.
Genjotan Tina Talisa terasa beda, apalagi badannya sedikit semok sehingga selakangaku serasa sakit digenjot sedemikian keras dan liar. Batangku dengan lancar keluar masuk vagina Tina Talisa.
Alice Norin kemudian menyingkir dari dadaku, lalu membungku di sampingku, melumat bibirku dengan memegang kepalaku, aku melayani pagutan dan lumatan, sedang Vivi Rachmawati kini berada di depan Alice Norin tiduran dengan menyingkirkan badan Titi Kamal kamal yang masih merem menikmati orgasme, tanganku dipegang Vivi Rachmawati dan agar aku meremas buah dadanya.
Permainan seks yang luar biasa, keempat artis dengan sangat kelaparan menghajarku, Tina Talisa bergerak dengan liar, lama tidak disetubuhi, sehingga cepat muncrat. genjotan Tina Talisa makin berat, jepitan vaginanya kian menyempit pertanda akan mendapatkan orgasme. Tanganku merasa nikmat meremas buah dada Vivi Rachmawati.
“Aku dapat .. aku dapat “ teriak Tina Talisa dengan keras dan menegang dengan kaku melengkung ke depan, Alice Norin langsung meremas buah dada Tina Talisa untuk membuat Tina Talisa agar lebih orgasme, Tina Talisa menegang dan akhirnya berkelojotan dengan dipeluk oleh Alice Norin. Tina Talisa langsung melemas dan lemas, Alice Norin langsung mendorong Tina Talisa ke belakang, menarik kaki Tina Talisa dan berusaha agar batangku lepas.
“Duh .. aku nggak tahan ah .. mau muncrat juga “ erangku dengan keras.
“Naah .. giliranku “ ujar Alice Norin dengan berbinar
“Nggak bisa .. aku juga berhak“ sergah Nafa Urbach.
“Nafa saja dulu ah .. aku ingin menyemprotkan spermaku di vagina Nafa, tapi Nafa bayar aku lima juta “ kataku menengah
“Aku 6 juta mau kok dapat semprotan airmanimu, Han “ ujar Alice Norin tak mau kalah. Dengan tetap berusaha untuk berposisi
“Naaafaaaaa … aaah .. jangan kamu Alice, kamu nanti saja aku juga semprot “ bentakku pada Alice Norin sehingga Alice Norin mengalah, Nafa Urbach langsung menindihku di selakanganku dan menekan ke batangku di lubangnya.
“Kalian berdua diam dulu .. aku mau menindih Nafa “ bentakku pada Vivi Rachmawati dan Alice Norin yang mau hendak duduk di dadaku.
Lubang vagina Nafa Urbach sudah membengkak besar dan mudah kumasukin dengan batangku walau tidak gampang, Nafa Urbach menekan dengan tenaga besar lalu dengan dibantu Alice Norin dan Vivi Rachmawati, Nafa Urbach pelan pelan menekan dan batangku sudah amblas separo, terlihat Nafa Urbach kesakitan dengan memejamkan mata dan menggigit bibir, kuremas buah dadanya dengan keras membuat Nafa Urbach menggelinjang.
Batangku kembali dipilin dengan hebat dan remasan vagina Nafa Urbach seakan menyedot dengan keras. Batangku semakin amblas dalam lubang vagina Nafa Urbach. Lalu aku langsung bangun dan berposisi duduk, kupegang bahu Nafa Urbach dan kurangkul lalu aku menggulingkan Nafa Urbach, kini Nafa Urbach di bawahku dan siap siap kusodok.
“Kalian berdua di sampingku .. aku ingin meremas buah dada kalian” ujarku dengan merangkul kedua artis ini, kedua tanganku melingkar, sebelah kiri Alice Norin dan tanganku meremas buah dada sebelah kirinya, sedang sebelah kanan Vivi Rachmawati, aku juga melingkarkan dan meremas buah dada sebelah kanannya, membuat keduanya menggeli njang. Vivi Rachmawati langsung melumat bibirku dengan rakus.
Aku langsung menggejot vagina Nafa Urbach dengan tenaga besar dan cepat karena aku sudah tidak tahan, aku merasa agar orgasme, namun aku tahan tahan. Sodokanku yang keras itu membuat Nafa Urbach tergoncang goncang. Kedua tangan Nafa Urbach meremas pantat kanan Vivi Rachmawati dan tangan kanannya meremas pantat sebelah kiri milik Alice Norin.
Begitu sangat cepat kedua artis, Titi Kamal dan Tina Talisa orgasme, datang duluan, orgasme duluan. Sodokanku membuat suara keciplak bunyi gesekan alat kelamin, aku masih bermain bibir dengan Vivi Rachmawati, lalu aku gantian melumat bibir Alice Norin. Aku terus terus menyodok Nafa Urbach.
“Terus aah .. aku juga nggak tahan nih ..ayooo “ erang Nafa Urbach dengan keras dan menggelinjang.
Kuluman bibirku dengan Alice Norin semakin rakus, aku masih meremasi buah dada Vivi Rachmawati yang tangannya ikut membantu meremasi buah dadanya. Sambil terus menyodok nyodok aku semakin capek melayani nafsu bejat para artis papan atas ini.
Aku terus bertahan dengan sisa sisa kekuatan, dengan tetap menyodoki Nafa Urbach dengan cepat dan keras membuat Nafa Urbach sampai merem melek keenakan
“Iyaa .. mantap sodokanmu .. ayooo aaah …aaauh … hhhsss… “ lenguh Nafa Urbach di bawahku dengan gemas.
Lumatanku yang keras membuat Alice Norin memegang kepalaku dan menghentikan lumatan, lalu aku berpindah ke bibir Vivi Rachmawati yang menyambut lumatanku tak kalah ganas, bibirku disedot sedot. Titi Kamal dan Tina Talisa kini berpindah duduk di kursi dalam kamar itu menonton kami yang sedang panas panasnya bercinta dengan liar, janjinya kalo sudah orgasme tidak boleh ikut nimbrung, nunggu giliran semua dapat orgasme.
Lima menit aku tak tahan, aku langsung menggenjot Nafa Urbach dengan tenaga besar membuat Nafa Urbach menjerit jerit
“Aku sampai ..aaah ..aduh .. “ erang Nafa Urbach
“Iya samaaa … lima juta ya .. “ ujarku dengan memandang Nafa Urbach yang kepayahan menerima sodokanku, kuhujamkan batangku dalam dalam dan aku menegang dengan dipegang oleh Vivi Rachmawati dan Alice Norin, Nafa Urbach memperoleh orgasmenya kemudian. Aku menegang dan menyemprotkan air maniku di dalam vagina Nafa Urbach.
“Creeet .. creeeet .. creeeeet .. creeeeet “ lebih lima kali aku menghamburkan isi batangku
Aku sampai berkelonjotan dan melemas dengan cepat, batangku kemudian disiram cairan panas dari vagina Nafa Urbach. Dengan penuh perhatian Vivi Rachmawati dan Alice Norin menarik tubuhku sehingga batangku lepas dan vagina Nafa Urbach, batangku penuh dengan cairan putih kental, lalu Alice Norin membungkuk dan langsung menjilati batangku, Vivi Rachmawati merebahkan aku ke ranjang, setelah rebah, Vivi Rachmawati ikut menjilati batangku sampai bersih dan mengkilap lagi
“Nikmat banget nih, Lice “ timpal Vivi Rachmawati pada Alice Norin yang disambut dengan senyuman.
“Iyaaa .. pemuda ini sungguh kuat .. sudah 3 orgasme .. kayaknya kamu yang terakhir” balas Vivi Rachmawati dengan tersenyum
“Kenapa nggak aku .. “ protes Alice Norin
“Ya kamu juga spesial bagi dia .. terakhir bisa monopoli .. aku rela kok, karena datang terakhir, palingan nggak dikasih semprotan di vaginaku .. ntar aku digenjot dulu “
“Oke .. bagus .. tapi kamu juga kudu mbayar ke dia lima juta .. enak aja duluin “
“No problem “ jawab Vivi Rachmawati.
Batangku dikocok kocok oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati bergantian sehingga membuatku cepat bangun penisku kembali naik dengan cepat
“Pintar sekali kalian berdua “ timpalku dengan bangun, tanganku dipegang oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati.
“Demi kita kok “
“Aku ingin menyodoki kamu dulu Vi… kamu nungging yaaa .. Alice kamu yang terakhir, aku akan menggenjotmu nanti dengan menyemprotkan air maniku, nanti biar Tina Talisa sama Titi Kamal atau Nafa yang menjilati sisa sperma “ kataku dengan mengedipkan mata ke arah Tina Talisa dan Titi Kamal yang disambut dengan angkat jempol
Vivi Rachmawati langsung menunging dan aku langsung menekan ke vagina Vivi Rachmawati dengan keras dan membuat batangku pelan pelan amblas, kutarik dan kutekan lagi, Alice Norin dengan gemas memberikan buah dadanya. Nafa Urbach kini sudah mundur dan bergabung dengan Tina Talisa dan Titi Kamal, mereka saling memeluk dan bermain saling gelitik.
Pantatku maju mundur dengan keras menghujam ke pantat Vivi Rachmawati, Vivi Rachmawati sampai tergoncang goncang.
“Enaaak , sayang .. enak .. nikmat .. tenag saja .. aku akan bayar lima juta padamu, tak rugi disodoki begini .. ayoo sodok terus “ lenguh Vivi Rachmawati dengan suara menyemangati aku.
Tanganku sibuk meremas buah dada Alice Norin dan saling berpagut dengan rakus, menit demi menit kami saling berpagut dan batangku mengggenjot vagina Vivi Rachmawati.
“Yaak ..aku nggak tahaan ..ayooo .sodok keras … “ erang Vivi Rachmawati
Aku langsung melepaskan pagutan di bibir Alice Norin melepaskan remasan buah dadanya, dan aku langsung memegang pinggang Vivi Rachmawati, kugenjot dengan tenaga besar membuat Vivi Rachmawati sampai meronta ronta, Alice Norin ikut meremas kedua buah dada Vivi Rachmawati membuatnya sampai berteriak
“Gilaaa ..aaah ..aaauuuuh .. aaah “ erang Vivi Rachmawati dengan keras. Lalu aku terus menghajarnya dengan sodokan keras dan liar membuat Vivi Rachmawati menjadi orgasme, vaginanya menyempit dengan cepat, Vivi Rachmawati menegang dengan kaku, remasan tangan Alice Norin di buah dadanya mempercepat orgasmenya.
Penisku disiram cairan panas dari vagina Vivi Rachmawati dan Vivi Rachmawati menegang dengan meremas sprei lalu lemas dan ambruk.
Aku sangat kecapekan dan tinggal Alice Norin saja.
“Minggir dulu tuh lonte .. “ semprotku pada Vivi Rachmawati, Alice Norin mendorong Vivi Rachmawati agar minggir.
“Kamu rebah … aku ingin menggenjotmu dari atas “ bentakku pada Alice Norin yang malah hendak menarik tanganku minta dipangku. Vivi Rachmawati langsung ditarik Nafa Urbach dan Tina Talisa dan dibawa ke kursi.
Aku langsung menindih Alice Norin dan memberikan pagutan dan lumatan dengan ganas
“kau istimewa bagiku, Alice .. aku minta bayaran 10 juta “ kataku nakal dengan meremas buah dada Alice Norin.
“Huuuuh .. kamu liar .. kami akan bayar berapapun kamu minta sayang “ balas Alice Norin dengan memegang batangku dan diarahkan ke lubangnya, kutekan dengan keras dan membuat Alice Norin menjerit. Batangku pelan pelan masuk ke lubang vagina Alice Norin dengan pelan pelan, kusentakkan pantatku membuat batangku menjadi amblas dalam dalam.
Aku langsung menggejotnya, dengan menindih Alice Norin, memberikan remasan dengan keras pada buah dadanya, kedua kaki Alice Norin menjepit pinggangku. Alice Norin menahan tanganku, namun aku tak mau lepas.
“Sayaang ..ah remesanmu “ erang Alice Norin
Aku langsung membekap bibir Alice Norin dengan bibirku dan kami saling melumat dan memeluk dengan erat, batangku dengan ganas keluar masuk vagina Alice Norin dengan mantap.
“Aku nggak tahan Lice .. “ pekikku yang merasa akan orgasme lagi.
“Iyaaa samaaa “ pekik Alice Norin dengan memelukku
Kugenjot dengan cepat dan aku menghujamkan dalam dalam batangku dan aku melolong dengan keras menyemprotkan air maniku dengan keras ke rahim Alice Norin. Alice Norin juga mendapatkan orgasme karena jepitan vaginanya menyempit yang membuat aku menjadi orgasme duluan.
Dengan menegang aku menyemprotkan
“Aku saaampaai …aaaah “ erangku dengan berkelojotan, detik itu juga Alice Norin juga mendapatkan orgasme dengan menegang dan batangku tersiram cairan panas, kami sampai berkelonjotan bersamaa, tubuhku serasa ringan sekali dan mataku menggelap, demikian pula dengan Alice Norin.
Terdengar tepuk tangan di seberang ranjang, keempat artis simpananku memberikan aplaus padaku kami berdua, lalu Tina Talisa, Titi Kamal, dan Nafa Urbach maju dan menarik badanku mereka bertiga menjilati sisa sisa spermaku dan ditelan. Tina Talisa menjilati vagina Alice Norin, sedang Nafa Urbach dan Titi Kamal menjilati batangku
“Capeeeeek “ erangku dengan lemas
“Tenang sayang .. nanti kita digilir satu satu ya .. kami mau mengundi dulu siapa yang dapat giliran pertama, kamu akan diberikan ekstra waktu untuk mengembalikan tenagamu “ kata Titi Kamal dengan nakal meremas batangku yang sudah bersih.
“Jika perlu ramuan kuat .. aku bawa kok .. tenang saja” timpal Nafa Urbach dengan tersenyum dan memeluk Alice Norin.
“Baah .. kontolku bisa remuk, menyodoki lima vagina .. kompensasinya tidak cukup masing masing lima juta .. sepuluh juta “ ejekku nakal
“No problem .. uang bukan masalah .. yang menjadi masalah kami hanya kep
“Kami berdua mau nagih sperma ya .. layani kami berdua .. please “ ujar Alice Norin dengan meremas penisku dengan keras membuat aku sampai menjambak rambutnya.
“Pelan aaah ..sakit tahu .. kalian berdua telanjang saja .. “ godaku dengan tersenyum
Kami sampai ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar, di kamar itu, Tina Talisa dan Alice Norin langsung melucuti pakaiannya tanpa tersisa, aku sampai berdegup kencang ketika Tina Talisa membuka BHnya, besaran buah dadanya semakin montok saja, demikian pula dengan buah dada Alice Norin. Ditariknya aku yang sedang bengong. Tina Talisa langsung membuka celanaku, dan menariknya, sedang Alice Norin membuka kaosku.
Mereka berdua sangat lapar dan haus seks, karena Tina Talisa setelah melahirkan lama sekali tak kusetubuhi sedang Alice Norin saban minggu aku sudah menyetor sperma sampai menggelepar.
“Ganteng yaaa .. ck ck ck ck .. makin besar saja nih penis “ timpal Tina Talisa dengan tersenyum dan menariku ke ranjang dan langsung dipeluk dan ditindih, Tina Talisa langung melumat bibirku dengan rakus, sedang Alice Norin langsung menjilati buah zakar dan batangku dengan pelan pelan membuatku geli.
“Kita keroyok yu .. semoga kita yang kalah .. “ seloroh Alice Norin dengan semakin bersemangat menjilati dan akhirnya mengulum penisku dengan rakus, aku masih saling melumat dengan Tina Talisa.
Pergumulan threesome itu semakin panas, aku semakin suka dengan tingkah binal mereka berdua, Tina Talisa sering kali melakukan pagutan sangat lama, tanganku semakin nakal meremas buah dada Tina Talisa dan membuat Tina Talisa melenguh melepaskan lumatan pada bibirku
“Aaaauh .. nikmaatnya .. lama ndak kamu setubuhi aku “ timpal Tina Talisa dengan tersenyum dan menahan tanganku.
Tina Talisa menindihku dengan menduduki perutku, sedang Alice Norin membuka mengerjai penisku, lalu Tina Talisa berbalik dan berhadapan dengan Alice Norin.
“Bagi donk .. “ pinta Tina Talisa dengan mengelus kepala Alice Norin, Tina Talisa lalu mengangkat pantatnya dan diletakkan tepat pada muku sehingga aku langsung melakukan oral seks, vagina Tina Talisa juga sempit karena lama ndak dipakai,walau sudah melahirkan anak hasil benihku namun tetap smepit juga.
“Aaaaaaauh …. “pekiku kesakitan ketika dengan gemas, mulut Tina Talisa mengulum penisku dan menyedotnya membuat aku hanya bisa meremas pantat Tina Talisa.
Pemandangan yang panas itu membuat kami berkeringat, kami tidak tahu ada mobil masuk, karena hujan sangat deras, hanya lenguhan, rintihan, erangan kami bersahutan. Ternyata mobil itu merupakan milik Nafa Urbach Urbach yang tiba tiba datang, semua serba kebetulan. Gilanya Nafa Urbach Urbach datang bersama Titi Kamal, mereka berdua kasak kusuk cerita urusan seks dan ternyata bercinta denganku
“Kita masuk saja .. tumben ada dua mobil .. jangan jangan .. aku lama ndak disetubuhi oleh dia” ungkap Nafa Urbach kepada Titi Kamal. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, namun hanya mendengar suara erangan dan lenguhan belaka
“Gilaa .. ternyata dia bercinta dengan wanita lain “ bisik Titi Kamal
“Hmm .. dasar suka makan perempuan tuh .. “ ucap Nafa Urbach dengan membuka kamar yang di mana aku, Tina Talisa, dan Alice Norin sedang bergumul dengan sangat panas, saling melumat, mengoral dan meremas. Nafa Urbach membuka pintu kamar dan sampai tergidik melihat keliaran kami. Aku menjadi merah mukaku, ketika menjilati vagina Tina Talisa, mataku melirik ke samping karena ada cahaya masuk dan aku sampai copot jantungku.
Melihatku berhenti, Alice Norin yang sedang mengulum penisku berhenti, demikian pula dengan Tina Talisa yang tiba tiba menarik selimut menutupi buah dadanya.
“Gilaaa…. sial ..payah .. “ semprot Tina Talisa dengan was was. Demikian pula dengan Alice Norin yang langsung mengumpet di belakang tubuh Tina Talisa
“Rupanya kalian sedang berpesta ya .. nggak ngajak ngajak .. “ ujar Nafa Urbach dengan maju
“Mau apa kalian ?” ujar Tina Talisa dengan sombong dan merasa berhak atas kenikmatan cinta denganku dan bersama Alice Norin.
“Kami sudah terbiasa bercinta dengan dia, lelaki brengsek .. suka meniduri istri orang, janda artis “ semprot Titi Kamal dengan ikut maju. Kukuasi keadaan, dengan bangun dan duduk memandang mereka berdua
“Kenapa kita tidak sekalian main berlima ? ayoo ..copot baju kalian .. giliran aku dihajar kalian berempat”
Titi Kamal hanya memalingkan mukanya karena aku nakal memandangnya dengan penuh nafsu.
“Kamu nggak pernah berubah, selalu bernafsu saja mandang aku .. “ semprot Titi Kamal, namun dicegah Nafa Urbach.
“Kita ikutan saja yuk .. kalo nggak ikut kita malah berabe, Tina Talisa dan Alice Norin tahu kita juga .. sudah basah nih”
Alice Norin yang diam kemudian menyahut
“Iyaaa .. mari kita pesta seks dan mabuk, aku bawa bir di mobil “ seloroh Alice Norin dengan turun dari ranjang dan langsung menarik tangan Titi Kamal, sedang Tina Talisa langsung turun juga menarik tangan Nafa Urbach, Tina Talisa melucuti pakaian Nafa Urbach dan Alice Norin melucuti pakaian Titi Kamal.
“Kita lakukan sajalah .. nggak usah dipikir .. tuh ****** dia makin besar saja .. ayo nanti kita jejer disodoki sampai muncrat “ seloroh Alice Norin dengan tersenyum dan langsung menjilati buah dada Titi Kamal.
Mereka berempat memilki buah dada montok montok, mereka maju ke depan, Nafa Urbach langsung menindihku dan melumat bibirku. Sedang Titi Kamal dan Tina Talisa berada di selakanganku bergantian menjilati penisku. Alice Norin tak kalah nakal, menjilati vagina Tina Talisa.
Kami berlima melakukan pesta seks, malam semakin dingin, namun di kamar itu semakin panas. Aku tak tahu, suasana makin ramai dengan lenguhan, erangan kami. Alice Norin mengoral Tina Talisa, sedang Titi Kamal mengoral Nafa Urbach, serta vagina Titi Kamal aku sendiri yang mengoral, vagina mereka semua sudah basah.
Belum kami orgasme mendadak pintu terbuka, seorang wanita dengan tanpa pakaian masuk.
“Baaah .. Vivi Rachmawati .. oh .. mati aku .. “ teriakku cemas
Semua mata memandang ke arah wanita yang sangat nakal memamerkan kesintalan tubuhnya
“Benar benar muraha tuh dia “ maki Titi Kamal Kamal yang sedang mengulum penisku bergantian dengan Tina Talisa
“Boleh aku gabung ?” tanya Vivi Rachmawati
“Hmmm .. boleh .. tapi nanti pulang masing masing bayar 2 juta ke dia “
“ndak masalah .. aku traktir kalian semua menikmati pemuda itu .. “ jawab Vivi Rachmawati dengan tersenyum dan maju bergabung
“Please .. gimana kalo kalian aku gilir satu satu .. “ ajakku
“Enak saja .. itu ronde kedua sayang, ronde pertama kami akan membuatmu muncrat .. rasain suka menyantroni vagina istri orang .. mainin janda .. “ ejek Tina Talisa dengan tertawa dan disambut semua tawa para artis papan atas ini. Berlima mereka mau mengeroyokku. Bah ..aku lebih suka berthreesome atau berdua saja. Tapi kali ini nasib baik tidak berpihak padaku. Aku harus melayani lima artis yang haus seks.
Situasi yang tidak menguntungkan aku, sehingga aku selalu mengusulkan alternatif agar aku bisa menjaga stamina dan tenaga yang bakalan terkuras jika habis melayani lima artis yang sangat haus seks. Penisku dikulum dengan gemas oleh Tina Talisa dengan rakus.
“Aaaaaaaauh .. “ erangku dengan menggelinjangkan kedua kakiku dan oleh Titi Kamal langsung dicekal agar tidak bergerak. Aku kembali menjilati dan menyedot vagina Titi Kamal, posisi mengangkang Titi Kamal tepat dimukaku itu aku langsung menyedot dengan gemas. Sedang Nafa Urbach dan Vivi Rachmawati kini bermain berdua, Vivi Rachmawati menjilati vagina Nafa Urbach membuat Nafa Urbach sampai menggelinjang dan meronta ronta karena jilatan Vivi Rachmawati sangat keras.
Penisku dijilati oleh Tina Talisa, posisi Tina Talisa berada membungkuk di antara kedua kakiku, Tina Talisa terus melakukan oral ke penisku. Dipermainkan batangku dimulutnya. Lalu dengan gemas lidahnya mengoseri batangku membuatku semakin ngilu, Tina Talisa sangat kelaparan
“Sudaaah aah .. aku ingin nyodoki kalian … “ erangku dengan meremas pantat Titi Kamal, mendorongnya sehingga membuat Titi Kamal yang menunggu mengulum batangku menjadi kesal
“Aku belum oral kontolmu, sayang “ protes Titi Kamal dengan mengalah dengan wajah kesal dan kecewa
“Aku sodok kamu dulu Mbak Titi “ ujarku tak perduli dengan mengangkat tubuhku, selepas Titi Kamal berpindah tempat aku langsung menjambak rambut Tina Talisa yang masih mengulum batangku.
Di sampingku Nafa Urbach masih dioral oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati. Ketika aku bangun, Alice Norin langsung memelukku dan memberikan lumatan sangat ganas dan kubalas, sehingga Tina Talisa kembali mengulum lagi.
“Kalian bertiga oral dulu .. aku mau genjot Titi .. “ perintahku dengan mendorong Alice Norin. Aku kembali menjambak rambut Tina Talisa, Tina Talisa hanya menjilati bibirnya pertanda puas bisa mengulum penisku.
Aku langsung turun dari ranjang, dan aku mendorong Titi Kamal agar tengkurap dengan pantat nungging. Alice Norin dan Tina Talisa langsung berada di kedua sisi Titi Kamal, aku langsung naik dan berlutut di ranjang, memaksakan batangku untuk amblas, pelan pelan aku tekan, ketika batangku sudah mulai masuk aku langsung menekan tekan tenaga besar membuat Titi Kamal langsung meringis kesakitan
“Aaaaaaaauuh ..sakit aaah .. yaaa .. enaaak … sodok ! ayo sodok “ erang Titi Kamal dengan mengerling ke arah Alice Norin. Penisku pelan pelan masuk sampai amblas, diperas dan diremas dalam vagina Titi Kamal. Aku langsung menggenjotnya, Titi Kamal langsung melenguh
“Haaan .. duh .. terus .. enaknya “ lenguh Titi Kamal dengan berteriak teriak. Alice Norin langsung memberikan buah dadanya untuk kukulum sehingga Alice Norin sampai meringis dan merintih, sedang Tina Talisa aku remas buah dadanya dengan keras membuat Tina Talisa langsung menggelinjang dalam posisi berlutut, pantatku terus menghujam maju mundur, batangku menghajar vagina Titi Kamal. Sodokanku kupercepat membuat Titi Kamal Kamal menahan badannya agar tidak tergoncang, kedua tangannya meremas sprei.
Sedang Nafa Urbach langsung berada di samping Tina Talisa, menarik tanganku agar juga meremas buah dadanya. betapa sangat susah, pantatku maju mundur menyodoki Titi Kamal, tangan kiriku meremas buah dada Tina Talisa, tangan kanan meremas buah dada Nafa Urbach, sedang mulutku mengulum punting susu Alice Norin yang kepalaku dipegang oleh Alice Norin agar tidak melepaskan kulumanku. Kami semakin panas, di belakangku Vivi Rachmawati dengan gemas merunduk tepat di bawah selakanganku, ketika penisku keluar, Vivi Rachmawati menjilati batangku walau sangat susah namun dengan nakal Vivi Rachmawati berganti dengan meremas pantatku lalu memegang bagian samping kedua pantatku, memberikan dorongan ketika pantatku maju dan kemari kembali ketika batangku keluar.
Aku berhenti mengulum ketika Alice Norin melepaskan kepalaku, tanganku masih saja meremas buah dada Tina Talisa dan Nafa Urbach.
Titi Kamal semakin kepayahan dan hendak orgasme.
“Haan .. mau sampai nih .. duh .. “ erang Titi Kamal dengan keras, aku langsung menghujamkan batangku keras keras dan membuat Titi Kamal orgasme, Titi Kamal Kamal melolong dengan suara keras, menegang dengan kaku dan akhirnya berkelonjotan. Penisku disiram cairan panas, begitu merasa penisku ada yang menyiram aku langsung mencabut penisku, kulepas remasan buah dada pada Tina Talisa dan Nafa Urbach. Aku langsung turun dan menarik tangan Tina Talisa, aku langsung rebahan dan Tina Talisa mengangkangi aku, batangku ditekan di selakangan Tina Talisa dengan paksa, terasa sesak sekali, namun dengan bantuan Nafa Urbach dan Alice Norin, batangku akhirnya amblas dalam lubang yang becek di vagina Tina Talisa.
“Duuuh .. enaknya … “ pekik Tina Talisa yang kemudian dengan gemas menggenjotku dengan keras membuat aku sampai merem melek, belum selesai itu Alice Norin kemudian menduduki dadaku lalu membungkuk
“Remes susu guwe donk “ pinta Alice Norin dengan menarik tanganku, aku menaikan tanganku dan meremas buah dada Alice Norin, Alice Norin menggelinjang karena aku meremasnya dengan keras. Sedang Nafa Urbach membantu Tina Talisa menggenjot dengan memegang pantat Tina Talisa.
Genjotan Tina Talisa terasa beda, apalagi badannya sedikit semok sehingga selakangaku serasa sakit digenjot sedemikian keras dan liar. Batangku dengan lancar keluar masuk vagina Tina Talisa.
Alice Norin kemudian menyingkir dari dadaku, lalu membungku di sampingku, melumat bibirku dengan memegang kepalaku, aku melayani pagutan dan lumatan, sedang Vivi Rachmawati kini berada di depan Alice Norin tiduran dengan menyingkirkan badan Titi Kamal kamal yang masih merem menikmati orgasme, tanganku dipegang Vivi Rachmawati dan agar aku meremas buah dadanya.
Permainan seks yang luar biasa, keempat artis dengan sangat kelaparan menghajarku, Tina Talisa bergerak dengan liar, lama tidak disetubuhi, sehingga cepat muncrat. genjotan Tina Talisa makin berat, jepitan vaginanya kian menyempit pertanda akan mendapatkan orgasme. Tanganku merasa nikmat meremas buah dada Vivi Rachmawati.
“Aku dapat .. aku dapat “ teriak Tina Talisa dengan keras dan menegang dengan kaku melengkung ke depan, Alice Norin langsung meremas buah dada Tina Talisa untuk membuat Tina Talisa agar lebih orgasme, Tina Talisa menegang dan akhirnya berkelojotan dengan dipeluk oleh Alice Norin. Tina Talisa langsung melemas dan lemas, Alice Norin langsung mendorong Tina Talisa ke belakang, menarik kaki Tina Talisa dan berusaha agar batangku lepas.
“Duh .. aku nggak tahan ah .. mau muncrat juga “ erangku dengan keras.
“Naah .. giliranku “ ujar Alice Norin dengan berbinar
“Nggak bisa .. aku juga berhak“ sergah Nafa Urbach.
“Nafa saja dulu ah .. aku ingin menyemprotkan spermaku di vagina Nafa, tapi Nafa bayar aku lima juta “ kataku menengah
“Aku 6 juta mau kok dapat semprotan airmanimu, Han “ ujar Alice Norin tak mau kalah. Dengan tetap berusaha untuk berposisi
“Naaafaaaaa … aaah .. jangan kamu Alice, kamu nanti saja aku juga semprot “ bentakku pada Alice Norin sehingga Alice Norin mengalah, Nafa Urbach langsung menindihku di selakanganku dan menekan ke batangku di lubangnya.
“Kalian berdua diam dulu .. aku mau menindih Nafa “ bentakku pada Vivi Rachmawati dan Alice Norin yang mau hendak duduk di dadaku.
Lubang vagina Nafa Urbach sudah membengkak besar dan mudah kumasukin dengan batangku walau tidak gampang, Nafa Urbach menekan dengan tenaga besar lalu dengan dibantu Alice Norin dan Vivi Rachmawati, Nafa Urbach pelan pelan menekan dan batangku sudah amblas separo, terlihat Nafa Urbach kesakitan dengan memejamkan mata dan menggigit bibir, kuremas buah dadanya dengan keras membuat Nafa Urbach menggelinjang.
Batangku kembali dipilin dengan hebat dan remasan vagina Nafa Urbach seakan menyedot dengan keras. Batangku semakin amblas dalam lubang vagina Nafa Urbach. Lalu aku langsung bangun dan berposisi duduk, kupegang bahu Nafa Urbach dan kurangkul lalu aku menggulingkan Nafa Urbach, kini Nafa Urbach di bawahku dan siap siap kusodok.
“Kalian berdua di sampingku .. aku ingin meremas buah dada kalian” ujarku dengan merangkul kedua artis ini, kedua tanganku melingkar, sebelah kiri Alice Norin dan tanganku meremas buah dada sebelah kirinya, sedang sebelah kanan Vivi Rachmawati, aku juga melingkarkan dan meremas buah dada sebelah kanannya, membuat keduanya menggeli njang. Vivi Rachmawati langsung melumat bibirku dengan rakus.
Aku langsung menggejot vagina Nafa Urbach dengan tenaga besar dan cepat karena aku sudah tidak tahan, aku merasa agar orgasme, namun aku tahan tahan. Sodokanku yang keras itu membuat Nafa Urbach tergoncang goncang. Kedua tangan Nafa Urbach meremas pantat kanan Vivi Rachmawati dan tangan kanannya meremas pantat sebelah kiri milik Alice Norin.
Begitu sangat cepat kedua artis, Titi Kamal dan Tina Talisa orgasme, datang duluan, orgasme duluan. Sodokanku membuat suara keciplak bunyi gesekan alat kelamin, aku masih bermain bibir dengan Vivi Rachmawati, lalu aku gantian melumat bibir Alice Norin. Aku terus terus menyodok Nafa Urbach.
“Terus aah .. aku juga nggak tahan nih ..ayooo “ erang Nafa Urbach dengan keras dan menggelinjang.
Kuluman bibirku dengan Alice Norin semakin rakus, aku masih meremasi buah dada Vivi Rachmawati yang tangannya ikut membantu meremasi buah dadanya. Sambil terus menyodok nyodok aku semakin capek melayani nafsu bejat para artis papan atas ini.
Aku terus bertahan dengan sisa sisa kekuatan, dengan tetap menyodoki Nafa Urbach dengan cepat dan keras membuat Nafa Urbach sampai merem melek keenakan
“Iyaa .. mantap sodokanmu .. ayooo aaah …aaauh … hhhsss… “ lenguh Nafa Urbach di bawahku dengan gemas.
Lumatanku yang keras membuat Alice Norin memegang kepalaku dan menghentikan lumatan, lalu aku berpindah ke bibir Vivi Rachmawati yang menyambut lumatanku tak kalah ganas, bibirku disedot sedot. Titi Kamal dan Tina Talisa kini berpindah duduk di kursi dalam kamar itu menonton kami yang sedang panas panasnya bercinta dengan liar, janjinya kalo sudah orgasme tidak boleh ikut nimbrung, nunggu giliran semua dapat orgasme.
Lima menit aku tak tahan, aku langsung menggenjot Nafa Urbach dengan tenaga besar membuat Nafa Urbach menjerit jerit
“Aku sampai ..aaah ..aduh .. “ erang Nafa Urbach
“Iya samaaa … lima juta ya .. “ ujarku dengan memandang Nafa Urbach yang kepayahan menerima sodokanku, kuhujamkan batangku dalam dalam dan aku menegang dengan dipegang oleh Vivi Rachmawati dan Alice Norin, Nafa Urbach memperoleh orgasmenya kemudian. Aku menegang dan menyemprotkan air maniku di dalam vagina Nafa Urbach.
“Creeet .. creeeet .. creeeeet .. creeeeet “ lebih lima kali aku menghamburkan isi batangku
Aku sampai berkelonjotan dan melemas dengan cepat, batangku kemudian disiram cairan panas dari vagina Nafa Urbach. Dengan penuh perhatian Vivi Rachmawati dan Alice Norin menarik tubuhku sehingga batangku lepas dan vagina Nafa Urbach, batangku penuh dengan cairan putih kental, lalu Alice Norin membungkuk dan langsung menjilati batangku, Vivi Rachmawati merebahkan aku ke ranjang, setelah rebah, Vivi Rachmawati ikut menjilati batangku sampai bersih dan mengkilap lagi
“Nikmat banget nih, Lice “ timpal Vivi Rachmawati pada Alice Norin yang disambut dengan senyuman.
“Iyaaa .. pemuda ini sungguh kuat .. sudah 3 orgasme .. kayaknya kamu yang terakhir” balas Vivi Rachmawati dengan tersenyum
“Kenapa nggak aku .. “ protes Alice Norin
“Ya kamu juga spesial bagi dia .. terakhir bisa monopoli .. aku rela kok, karena datang terakhir, palingan nggak dikasih semprotan di vaginaku .. ntar aku digenjot dulu “
“Oke .. bagus .. tapi kamu juga kudu mbayar ke dia lima juta .. enak aja duluin “
“No problem “ jawab Vivi Rachmawati.
Batangku dikocok kocok oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati bergantian sehingga membuatku cepat bangun penisku kembali naik dengan cepat
“Pintar sekali kalian berdua “ timpalku dengan bangun, tanganku dipegang oleh Alice Norin dan Vivi Rachmawati.
“Demi kita kok “
“Aku ingin menyodoki kamu dulu Vi… kamu nungging yaaa .. Alice kamu yang terakhir, aku akan menggenjotmu nanti dengan menyemprotkan air maniku, nanti biar Tina Talisa sama Titi Kamal atau Nafa yang menjilati sisa sperma “ kataku dengan mengedipkan mata ke arah Tina Talisa dan Titi Kamal yang disambut dengan angkat jempol
Vivi Rachmawati langsung menunging dan aku langsung menekan ke vagina Vivi Rachmawati dengan keras dan membuat batangku pelan pelan amblas, kutarik dan kutekan lagi, Alice Norin dengan gemas memberikan buah dadanya. Nafa Urbach kini sudah mundur dan bergabung dengan Tina Talisa dan Titi Kamal, mereka saling memeluk dan bermain saling gelitik.
Pantatku maju mundur dengan keras menghujam ke pantat Vivi Rachmawati, Vivi Rachmawati sampai tergoncang goncang.
“Enaaak , sayang .. enak .. nikmat .. tenag saja .. aku akan bayar lima juta padamu, tak rugi disodoki begini .. ayoo sodok terus “ lenguh Vivi Rachmawati dengan suara menyemangati aku.
Tanganku sibuk meremas buah dada Alice Norin dan saling berpagut dengan rakus, menit demi menit kami saling berpagut dan batangku mengggenjot vagina Vivi Rachmawati.
“Yaak ..aku nggak tahaan ..ayooo .sodok keras … “ erang Vivi Rachmawati
Aku langsung melepaskan pagutan di bibir Alice Norin melepaskan remasan buah dadanya, dan aku langsung memegang pinggang Vivi Rachmawati, kugenjot dengan tenaga besar membuat Vivi Rachmawati sampai meronta ronta, Alice Norin ikut meremas kedua buah dada Vivi Rachmawati membuatnya sampai berteriak
“Gilaaa ..aaah ..aaauuuuh .. aaah “ erang Vivi Rachmawati dengan keras. Lalu aku terus menghajarnya dengan sodokan keras dan liar membuat Vivi Rachmawati menjadi orgasme, vaginanya menyempit dengan cepat, Vivi Rachmawati menegang dengan kaku, remasan tangan Alice Norin di buah dadanya mempercepat orgasmenya.
Penisku disiram cairan panas dari vagina Vivi Rachmawati dan Vivi Rachmawati menegang dengan meremas sprei lalu lemas dan ambruk.
Aku sangat kecapekan dan tinggal Alice Norin saja.
“Minggir dulu tuh lonte .. “ semprotku pada Vivi Rachmawati, Alice Norin mendorong Vivi Rachmawati agar minggir.
“Kamu rebah … aku ingin menggenjotmu dari atas “ bentakku pada Alice Norin yang malah hendak menarik tanganku minta dipangku. Vivi Rachmawati langsung ditarik Nafa Urbach dan Tina Talisa dan dibawa ke kursi.
Aku langsung menindih Alice Norin dan memberikan pagutan dan lumatan dengan ganas
“kau istimewa bagiku, Alice .. aku minta bayaran 10 juta “ kataku nakal dengan meremas buah dada Alice Norin.
“Huuuuh .. kamu liar .. kami akan bayar berapapun kamu minta sayang “ balas Alice Norin dengan memegang batangku dan diarahkan ke lubangnya, kutekan dengan keras dan membuat Alice Norin menjerit. Batangku pelan pelan masuk ke lubang vagina Alice Norin dengan pelan pelan, kusentakkan pantatku membuat batangku menjadi amblas dalam dalam.
Aku langsung menggejotnya, dengan menindih Alice Norin, memberikan remasan dengan keras pada buah dadanya, kedua kaki Alice Norin menjepit pinggangku. Alice Norin menahan tanganku, namun aku tak mau lepas.
“Sayaang ..ah remesanmu “ erang Alice Norin
Aku langsung membekap bibir Alice Norin dengan bibirku dan kami saling melumat dan memeluk dengan erat, batangku dengan ganas keluar masuk vagina Alice Norin dengan mantap.
“Aku nggak tahan Lice .. “ pekikku yang merasa akan orgasme lagi.
“Iyaaa samaaa “ pekik Alice Norin dengan memelukku
Kugenjot dengan cepat dan aku menghujamkan dalam dalam batangku dan aku melolong dengan keras menyemprotkan air maniku dengan keras ke rahim Alice Norin. Alice Norin juga mendapatkan orgasme karena jepitan vaginanya menyempit yang membuat aku menjadi orgasme duluan.
Dengan menegang aku menyemprotkan
“Aku saaampaai …aaaah “ erangku dengan berkelojotan, detik itu juga Alice Norin juga mendapatkan orgasme dengan menegang dan batangku tersiram cairan panas, kami sampai berkelonjotan bersamaa, tubuhku serasa ringan sekali dan mataku menggelap, demikian pula dengan Alice Norin.
Terdengar tepuk tangan di seberang ranjang, keempat artis simpananku memberikan aplaus padaku kami berdua, lalu Tina Talisa, Titi Kamal, dan Nafa Urbach maju dan menarik badanku mereka bertiga menjilati sisa sisa spermaku dan ditelan. Tina Talisa menjilati vagina Alice Norin, sedang Nafa Urbach dan Titi Kamal menjilati batangku
“Capeeeeek “ erangku dengan lemas
“Tenang sayang .. nanti kita digilir satu satu ya .. kami mau mengundi dulu siapa yang dapat giliran pertama, kamu akan diberikan ekstra waktu untuk mengembalikan tenagamu “ kata Titi Kamal dengan nakal meremas batangku yang sudah bersih.
“Jika perlu ramuan kuat .. aku bawa kok .. tenang saja” timpal Nafa Urbach dengan tersenyum dan memeluk Alice Norin.
“Baah .. kontolku bisa remuk, menyodoki lima vagina .. kompensasinya tidak cukup masing masing lima juta .. sepuluh juta “ ejekku nakal
“No problem .. uang bukan masalah .. yang menjadi masalah kami hanya kep
Eh .. Hmmm .. Gini aja ya Dok” katanya sambil agak ragu melepas ujung
kaos yang tertutup roknya, dan menyingkap kaosnya tinggi-tinggi sampai
diatas puncak bukit kembarnya. Kontan saja perutnya yang mulus dan cup
Bhnya tampak.
Oohh . bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun .. Putihnya . dan menjulang.
Sejenal aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak ada sedikitpun niatan untuk berbuat lebih.
Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai lembah sungai di antara 2 bukit.
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas. Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.
“Engga apa-apa Dok” kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.
Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu “harus” menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.
“Ambil nafas Bu.”
Walaupun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.
Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya. Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas.
Jelas, selain mulus dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku merasakannya langsung.
Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.
“Cukup Bu .”
Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.
“Sakit apa saya Dok” tanyanya. Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisnya yang duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang amat indah .
“Radang tenggorokan dan disentri”
“Disentri ?” katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.
“Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat” walaupun dada dan perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap sedap dipandang.
“Karena apa Dok disentri itu ?” Sepasang pahanya masih terbuka. Ah ! Kenapa aku jadi nakal begini ? Sungguh mati, baru kali ini aku “menghayati” bentuk tubuh pasienku. Apa karena pasien ini memang luar biasa indahnya ? Atau karena cara membuka pakaian yang berbeda ?
“Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin” Syeni sudah turun dari pembaringan. Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih “tersisa”
Oo .. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah ! Aku makin kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan pemandangan indah. Masih wajar.
Aku memberikan resep.
“Sebetulnya ada lagi Dok”
“Apa Bu, kok engga sekalian tadi” Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.
“Maaf Dok .. Saya khawatir .. Emmm ..” Diam.
“Khawatir apa Bu “
“Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir .”
“Setahu saya . itu bukan penyakit keturunan” kataku memotong, udah siap2 mau pulang.
“Benar Dok”
“Ibu merasakan keluhan apa ?”
“Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan”
“Oh . itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara” Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar2 montok itu.
“Saya engga tahu Dok”
“Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri” kataku.
“Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa ..”
Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya ? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.
“Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya”
Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.
“Baik dok, saya akan periksa sendiri”
“Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi”
“Terima kasih Dok”
“Sama-sama Bu, selamat sore”
Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu.
Lima hari kemudian, Ny Syeni nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.
“Gimana Bu . udah baikan”
“Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi”
“Perutnya ?”
“Udah enak”
“Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit ?”
“Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok”
“Udah diperiksa belum ..?”
“Udah sih . cuman …” Dia tak meneruskan kalimatnya.
“Cuman apa .”
“Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan ..”
“Memang terasa ada, gitu “
“Kayanya ada kecil . tapi ya itu . saya engga yakin”
Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa . ? Ah, jangan ge-er kamu.
“Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin” katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.
“Maksud Ibu, ingin saya yang periksa” kataku tiba2, seperti di luar kontrol.
“Eh .. Iya Dok” katanya sambil senyum tipis malu2. Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.
“Baiklah, kalau Ibu yang minta” Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus !
Oh ya . Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.
Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga warnanya. Ah . paha itu lagi . makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku bangun ! baru kali ini aku terangsang oleh pasien.
“Silakan dibuka kancingnya Bu”
Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing ! Kembali aku menikmati pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.
“Dada kanan Bu ya .”
“Benar Dok”
Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung jari2ku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik, seperti memulai proses fore-play saja ..
“Maaf ya Bu .” kataku sambil mulai mengurut. Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow ! bukan main padatnya buah dada wanita ini.
Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.
“Yang mana Bu benjolan itu ?”
“Eehh . di dekat putting Dok . sebelah kanannya .”
Aku menggeser cup Bhnya lebih kebawah. Kini lebih banyak bagian buah dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan getaran jari-jariku atau engga.
“Dibuka aja ya Dok” katanya tiba2 sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan Bhnya tanpa menunggu persetujuanku. Oohhh . jangan dong . Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apa lah ..
Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan .. syeni memelorotkan sendiri cup-nya …
Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya … benar2 bundar bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, putting kecilnya berwarna pink, merah jambu !
Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini. Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh putting merah jambunya itu ..
Dan .. Putting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas ! Wajar saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni memejamkan mata seolah sedang dirangsang !
Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda2 kangker.
“Yang mana Bu ya .” Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus meremasi buah dada indah ini. Penisku benar2 tegang sekarang.
“Itu Dok . coba ke kiri lagi .. Ya .itu .” katanya sambil tersengal-sengal. Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terrangsang .
“Oh . ini ..bukan Bu . engga apa-apa”
“Syukurlah”
“Engga apa-apa kok” kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti. Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras ! Tapi Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil merem ! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku. Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.
‘Cukup Bu” kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya. Tapi …
“Sekalian Dok, diperiksa yang kiri .” Katanya sambil menggeser BH nya ke bawah. hah ? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang merangsang .. Putting kirinyapun sudah tegang . Sejenak aku bimbang, kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa menahan diri lagi, keterusan dan ,,,, melanggar sumpah dokter yang selama ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong . aku kan pria tulen yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.
“Kenapa Dok ?” Pertanyaan yang mengagetkan.
“Ah .. engga apa-apa … cuman kagum” Ah ! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.
“Kagum apa Dok” Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.
“Indah .” Lagi-lagi aku lepas kontrol
“Ah . dokter bisa aja .. Indah apanya Dok” Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.
“Apalagi .”
“Engga kok . biasa-biasa aja” Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !
“Maaf Bu ya .” kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.
Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.
Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.
Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam. Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.
“Ambil nafas Bu ” seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.
Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.
“Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok”
“Dok ..” Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka. Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?
Gila !
Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya .
Aku sadar kembali. Melepas.
“Dok .. Please . ayolah .” Tangannya meremas celana tepat di penisku
“Ih kerasnya ..”
“Engga bisa dong Bu ..’
“Dokter udah siap gitu .”
“Iya .. memang .. Tapi masa .”
“Please dokter .. Cumbulah saya .”
Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini ?
“Nanti aja . tunggu mereka pulang” Akhirnya aku larut juga .
“Saya udah engga tahan .”
“Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang, nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi” Akhirnya aku yang engga tahan dan memberi jalan.
“Okey ..okey . Bener ya Dok”
“Bener Bu”
“Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong”
“Ya Syeni” kataku sambil mengecup pipinya.
“Ehhhhfff”
Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.
“habis Dok”
Dia langsung berberes. Rapi kembali.
“Dokter belum mau pulang ?”
“Belum. Silakan duluan”
“Baiklah, kita duluan ya”
Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.
Syeni masuk.
“Kunci pintunya” perintahku.
Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.
“Dok …”
“Ya .Syeni .”
Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini .. Benar-benar ..ehm ..
Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. Gile bener ..
Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku berdiri wanita muda cantik dan sexy, dengan gaya menantang.
Kubuka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas. Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti waktu aku meremasnya tadi. Benar2 mendebarkan ..
Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya ke belakang melepas kaitan Bhnya di punggung. Di saat tangannya ke belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi …
Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.
“Ooohhh .. Maaassss ..” Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas !
Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain merah jambu warnanya, juga kecil, “menunjuk”, dan keras. Tampaknya, belum seorang bayipun menyentuhnya. Sjeni memang ibu muda yang belum punya anak.
“Maaaasss .. Sedaaaap ..” Rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi putting dadanya.
Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan putting yang menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil memelukku. Akupun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan meng-eksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan kiri.
Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba2 sekarang bergerak menolak punggungku.
“Lepas dulu dong bajunya . Mas .” kata Syeni
Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya. Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari Cdku, membuatku makin tegang aja .. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.
“Wow .. Bukan main ..” Katanya sambil menatap penisku.
Wah . tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok pendeknya. Dan …. Gila !
Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang “tersaji” sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak, tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku makin “pusing” …
Kemana CD-nya ? Oh .. Dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.
“Ada di mobil” katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.
“Kapan melepasnya ?”
“Tadi, sebelum turun .”
Kupelorotkan roknya sampai benar2 lepas .. kini tubuh ibu muda yang putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambur kelaminnya, tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga ! Bukan main. Dan ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih bersih dan bulat.
Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka, merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami berpagutan, karena ..
“Maass .. Masukin Mas .. Syeni udah engga tahan lagi ..” Wah . dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.
“Uuuuuhhhhhh .. Sedaaaapppp ..” Rintihnya. Padahal baru kepala penisku aja yang masuk.
Aku menekan lagi.
“Ouufff .. Pelan-pelan dong Mas ..”
“Sorry …” Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.
Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti … Sampai penisku tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya ..
Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak2an. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
Sadarkah kau?
Siapa yang kamu setubuhi ini?
Pasienmu dan isteri orang!
Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.
Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya, salah siapa dia punya buah dada yang indah ? Siapa yang minta aku merabai dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan ? Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya? Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang . Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta disetubuhi?
Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot memompa di atas tubuh telanjangnya … sampai saatnya tiba. Saatnya mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga hal-hal yang lebih buruk lagi.
Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku.
Karena memang aku tak mampu menahan lagi .. Creetttttttt………..Kesempr otkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut ….
Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.
Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …
Oh .. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku.
Pasien yang memiliki vagina yang “legit” ..
Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lalu meraih Hpnya sambil memberi kode supaya aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil, dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya. Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat ! Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal, bentuk tubuh mirip gitar spanyol.
“Siapa Syen” tanyaku.
“Koko, Suamiku” Oh .. Mendadak aku merasa bersalah.
“Curiga ya dia”
“Ah .engga .” katanya sambil menghambur ke tubuhku.
“Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi” lanjutnya.
“Suamimu tahu kamu ke sini”
“Iya dong, memang Syeni mau ke dokter” Tiba2 dia memelukku erat2.
“Terima kasih ya Mas … nikmat sekali .. Syeni puas”
“Ah masa .. “
“Iya bener .. Mas hebat mainnya .”
“Ah . engga usah basa basi”
“Bener Mas .. Malah Syeni mau lagi .”
“Ah .udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu”
“Lain kali Syeni mau lagi ya Mas”
“Gimana nanti aja .. Entar jadi lagi”
“Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok” Inilah jawaban yang kuinginkan.
“Oh ya ..?”
“Si Koko belum pengin punya anak”
Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya dimasukkan ke tas tangan.
“Kok BH-nya engga dipakai ?”
“Entar aja deh di rumah”
“Entar curiga lho, suamimu”
“Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor”
Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blose ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Bauh dada itu berguncang ketika dia mengenakan rok mini-nya. Aku terrangsang lagi … Cara Syeni mengenakan rok sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse itu tak ada penghalang lagi.
“Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya”
“Habis . kamu sexy banget sih …”
“Ah .. masa .. Kok bajunya belum dipakai ?”
“Entar ajalah . mau mandi dulu .”
Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat2 sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.
“Syeni pulang dulu ya Yang . kapan-kapan Syeni mau lagi ya .”
“Iya .. deh . siapa yang bisa menolak..” Tapi, kenapa nih .. Penisku kok bangun lagi.
“Eh .. Bangun lagi ya ..” Syeni ternyata menyadarinya.
Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.
“Mas mau lagi .?”
“Ah . kamu kan ditunggu suami kamu”
“Masih ada waktu kok …” katanya mulai menciumi wajahku.
“Udah malam Syen, lain waktu aja”
Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda2 yang ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku. ..
Penisku langsung menerobos vaginanya ..
Syeni bergoyang bagai naik kuda .
Sekali lagi kami bersetubuh .
Kali ini Syeni mampu menccapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprotkan vaginanya dengan air maniku …
Lalu dia rebah menindih tubuhku .. Lemas lunglai.
“Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana ..” Katanya sebelum pergi.
“Ngaco . suamimu .?”
“Kalo dia sedang engga ada dong ..”
Oohh . bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun .. Putihnya . dan menjulang.
Sejenal aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak ada sedikitpun niatan untuk berbuat lebih.
Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai lembah sungai di antara 2 bukit.
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas. Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.
“Engga apa-apa Dok” kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.
Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu “harus” menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.
“Ambil nafas Bu.”
Walaupun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.
Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya. Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas.
Jelas, selain mulus dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku merasakannya langsung.
Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.
“Cukup Bu .”
Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.
“Sakit apa saya Dok” tanyanya. Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisnya yang duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang amat indah .
“Radang tenggorokan dan disentri”
“Disentri ?” katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.
“Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat” walaupun dada dan perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap sedap dipandang.
“Karena apa Dok disentri itu ?” Sepasang pahanya masih terbuka. Ah ! Kenapa aku jadi nakal begini ? Sungguh mati, baru kali ini aku “menghayati” bentuk tubuh pasienku. Apa karena pasien ini memang luar biasa indahnya ? Atau karena cara membuka pakaian yang berbeda ?
“Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin” Syeni sudah turun dari pembaringan. Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih “tersisa”
Oo .. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah ! Aku makin kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan pemandangan indah. Masih wajar.
Aku memberikan resep.
“Sebetulnya ada lagi Dok”
“Apa Bu, kok engga sekalian tadi” Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.
“Maaf Dok .. Saya khawatir .. Emmm ..” Diam.
“Khawatir apa Bu “
“Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir .”
“Setahu saya . itu bukan penyakit keturunan” kataku memotong, udah siap2 mau pulang.
“Benar Dok”
“Ibu merasakan keluhan apa ?”
“Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan”
“Oh . itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara” Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar2 montok itu.
“Saya engga tahu Dok”
“Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri” kataku.
“Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa ..”
Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya ? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.
“Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya”
Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.
“Baik dok, saya akan periksa sendiri”
“Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi”
“Terima kasih Dok”
“Sama-sama Bu, selamat sore”
Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu.
Lima hari kemudian, Ny Syeni nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.
“Gimana Bu . udah baikan”
“Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi”
“Perutnya ?”
“Udah enak”
“Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit ?”
“Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok”
“Udah diperiksa belum ..?”
“Udah sih . cuman …” Dia tak meneruskan kalimatnya.
“Cuman apa .”
“Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan ..”
“Memang terasa ada, gitu “
“Kayanya ada kecil . tapi ya itu . saya engga yakin”
Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa . ? Ah, jangan ge-er kamu.
“Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin” katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.
“Maksud Ibu, ingin saya yang periksa” kataku tiba2, seperti di luar kontrol.
“Eh .. Iya Dok” katanya sambil senyum tipis malu2. Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.
“Baiklah, kalau Ibu yang minta” Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus !
Oh ya . Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.
Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga warnanya. Ah . paha itu lagi . makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku bangun ! baru kali ini aku terangsang oleh pasien.
“Silakan dibuka kancingnya Bu”
Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing ! Kembali aku menikmati pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.
“Dada kanan Bu ya .”
“Benar Dok”
Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung jari2ku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik, seperti memulai proses fore-play saja ..
“Maaf ya Bu .” kataku sambil mulai mengurut. Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow ! bukan main padatnya buah dada wanita ini.
Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.
“Yang mana Bu benjolan itu ?”
“Eehh . di dekat putting Dok . sebelah kanannya .”
Aku menggeser cup Bhnya lebih kebawah. Kini lebih banyak bagian buah dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan getaran jari-jariku atau engga.
“Dibuka aja ya Dok” katanya tiba2 sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan Bhnya tanpa menunggu persetujuanku. Oohhh . jangan dong . Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apa lah ..
Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan .. syeni memelorotkan sendiri cup-nya …
Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya … benar2 bundar bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, putting kecilnya berwarna pink, merah jambu !
Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini. Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh putting merah jambunya itu ..
Dan .. Putting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas ! Wajar saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni memejamkan mata seolah sedang dirangsang !
Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda2 kangker.
“Yang mana Bu ya .” Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus meremasi buah dada indah ini. Penisku benar2 tegang sekarang.
“Itu Dok . coba ke kiri lagi .. Ya .itu .” katanya sambil tersengal-sengal. Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terrangsang .
“Oh . ini ..bukan Bu . engga apa-apa”
“Syukurlah”
“Engga apa-apa kok” kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti. Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras ! Tapi Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil merem ! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku. Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.
‘Cukup Bu” kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya. Tapi …
“Sekalian Dok, diperiksa yang kiri .” Katanya sambil menggeser BH nya ke bawah. hah ? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang merangsang .. Putting kirinyapun sudah tegang . Sejenak aku bimbang, kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa menahan diri lagi, keterusan dan ,,,, melanggar sumpah dokter yang selama ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong . aku kan pria tulen yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.
“Kenapa Dok ?” Pertanyaan yang mengagetkan.
“Ah .. engga apa-apa … cuman kagum” Ah ! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.
“Kagum apa Dok” Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.
“Indah .” Lagi-lagi aku lepas kontrol
“Ah . dokter bisa aja .. Indah apanya Dok” Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.
“Apalagi .”
“Engga kok . biasa-biasa aja” Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !
“Maaf Bu ya .” kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.
Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.
Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.
Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam. Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.
“Ambil nafas Bu ” seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.
Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.
“Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok”
“Dok ..” Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka. Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?
Gila !
Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya .
Aku sadar kembali. Melepas.
“Dok .. Please . ayolah .” Tangannya meremas celana tepat di penisku
“Ih kerasnya ..”
“Engga bisa dong Bu ..’
“Dokter udah siap gitu .”
“Iya .. memang .. Tapi masa .”
“Please dokter .. Cumbulah saya .”
Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini ?
“Nanti aja . tunggu mereka pulang” Akhirnya aku larut juga .
“Saya udah engga tahan .”
“Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang, nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi” Akhirnya aku yang engga tahan dan memberi jalan.
“Okey ..okey . Bener ya Dok”
“Bener Bu”
“Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong”
“Ya Syeni” kataku sambil mengecup pipinya.
“Ehhhhfff”
Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.
“habis Dok”
Dia langsung berberes. Rapi kembali.
“Dokter belum mau pulang ?”
“Belum. Silakan duluan”
“Baiklah, kita duluan ya”
Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.
Syeni masuk.
“Kunci pintunya” perintahku.
Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.
“Dok …”
“Ya .Syeni .”
Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini .. Benar-benar ..ehm ..
Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. Gile bener ..
Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku berdiri wanita muda cantik dan sexy, dengan gaya menantang.
Kubuka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas. Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti waktu aku meremasnya tadi. Benar2 mendebarkan ..
Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya ke belakang melepas kaitan Bhnya di punggung. Di saat tangannya ke belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi …
Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.
“Ooohhh .. Maaassss ..” Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas !
Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain merah jambu warnanya, juga kecil, “menunjuk”, dan keras. Tampaknya, belum seorang bayipun menyentuhnya. Sjeni memang ibu muda yang belum punya anak.
“Maaaasss .. Sedaaaap ..” Rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi putting dadanya.
Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan putting yang menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil memelukku. Akupun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan meng-eksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan kiri.
Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba2 sekarang bergerak menolak punggungku.
“Lepas dulu dong bajunya . Mas .” kata Syeni
Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya. Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari Cdku, membuatku makin tegang aja .. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.
“Wow .. Bukan main ..” Katanya sambil menatap penisku.
Wah . tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok pendeknya. Dan …. Gila !
Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang “tersaji” sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak, tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku makin “pusing” …
Kemana CD-nya ? Oh .. Dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.
“Ada di mobil” katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.
“Kapan melepasnya ?”
“Tadi, sebelum turun .”
Kupelorotkan roknya sampai benar2 lepas .. kini tubuh ibu muda yang putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambur kelaminnya, tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga ! Bukan main. Dan ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih bersih dan bulat.
Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka, merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami berpagutan, karena ..
“Maass .. Masukin Mas .. Syeni udah engga tahan lagi ..” Wah . dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.
“Uuuuuhhhhhh .. Sedaaaapppp ..” Rintihnya. Padahal baru kepala penisku aja yang masuk.
Aku menekan lagi.
“Ouufff .. Pelan-pelan dong Mas ..”
“Sorry …” Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.
Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti … Sampai penisku tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya ..
Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak2an. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
Sadarkah kau?
Siapa yang kamu setubuhi ini?
Pasienmu dan isteri orang!
Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.
Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya, salah siapa dia punya buah dada yang indah ? Siapa yang minta aku merabai dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan ? Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya? Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang . Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta disetubuhi?
Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot memompa di atas tubuh telanjangnya … sampai saatnya tiba. Saatnya mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga hal-hal yang lebih buruk lagi.
Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku.
Karena memang aku tak mampu menahan lagi .. Creetttttttt………..Kesempr otkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut ….
Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.
Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …
Oh .. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku.
Pasien yang memiliki vagina yang “legit” ..
Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lalu meraih Hpnya sambil memberi kode supaya aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil, dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya. Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat ! Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal, bentuk tubuh mirip gitar spanyol.
“Siapa Syen” tanyaku.
“Koko, Suamiku” Oh .. Mendadak aku merasa bersalah.
“Curiga ya dia”
“Ah .engga .” katanya sambil menghambur ke tubuhku.
“Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi” lanjutnya.
“Suamimu tahu kamu ke sini”
“Iya dong, memang Syeni mau ke dokter” Tiba2 dia memelukku erat2.
“Terima kasih ya Mas … nikmat sekali .. Syeni puas”
“Ah masa .. “
“Iya bener .. Mas hebat mainnya .”
“Ah . engga usah basa basi”
“Bener Mas .. Malah Syeni mau lagi .”
“Ah .udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu”
“Lain kali Syeni mau lagi ya Mas”
“Gimana nanti aja .. Entar jadi lagi”
“Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok” Inilah jawaban yang kuinginkan.
“Oh ya ..?”
“Si Koko belum pengin punya anak”
Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya dimasukkan ke tas tangan.
“Kok BH-nya engga dipakai ?”
“Entar aja deh di rumah”
“Entar curiga lho, suamimu”
“Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor”
Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blose ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Bauh dada itu berguncang ketika dia mengenakan rok mini-nya. Aku terrangsang lagi … Cara Syeni mengenakan rok sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse itu tak ada penghalang lagi.
“Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya”
“Habis . kamu sexy banget sih …”
“Ah .. masa .. Kok bajunya belum dipakai ?”
“Entar ajalah . mau mandi dulu .”
Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat2 sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.
“Syeni pulang dulu ya Yang . kapan-kapan Syeni mau lagi ya .”
“Iya .. deh . siapa yang bisa menolak..” Tapi, kenapa nih .. Penisku kok bangun lagi.
“Eh .. Bangun lagi ya ..” Syeni ternyata menyadarinya.
Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.
“Mas mau lagi .?”
“Ah . kamu kan ditunggu suami kamu”
“Masih ada waktu kok …” katanya mulai menciumi wajahku.
“Udah malam Syen, lain waktu aja”
Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda2 yang ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku. ..
Penisku langsung menerobos vaginanya ..
Syeni bergoyang bagai naik kuda .
Sekali lagi kami bersetubuh .
Kali ini Syeni mampu menccapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprotkan vaginanya dengan air maniku …
Lalu dia rebah menindih tubuhku .. Lemas lunglai.
“Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana ..” Katanya sebelum pergi.
“Ngaco . suamimu .?”
“Kalo dia sedang engga ada dong ..”
Langganan:
Postingan (Atom)