anpa malu-malu pula dia mulai memelorotkan celana panjang sampai celana
dalamku, sehingga batang penisku yang masih tiduran terbangun. Tanpa
menungguku membuka baju dan kaus singlet, Rita sudah membenamkan batang
penisku ke mulutnya dan melumatnya dalam-dalam. Aku mulai merasakan
kenikmatan yang luar biasa dan batang penisku mulai mengembang besar
dan keras seperti besi.
“Ogghh.. Maahh.., isep terus yaang ooghh, aduuhh.. gelli”, aku mulai
melenguh nikmat dan Rita semakin cepat mengulum penisku dengan
memaju-mundurkan mulutnya, penisku semakin terasa menegang dan aliran
darah terasa panas di batang penisku dan Rita semakin semangat melumat
habis batang penisku. “Ogghh, Paahh, enaakk asiin.. Paahh.” Wah, batang
penisku makin terasa senut-senut dan tegang sekali rasanya cairan
spermaku sudah berkumpul di ujung kepala penisku yang semakin merah
mengkilat dikulum habis Rita. Aku minta Rita menghentikan hisapannya
dulu, kalau tidak rasanya spermaku sudah mau muncrat di mulutnya.
“Ooogghh, Maahh, sudah dulu doong, Papaahh moo.. keluaar!” Rita menuruti
eranganku dan beranjak rebah dan telentang di tempat tidur. Aku
mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. Aku ikut
naik ke tempat tidur dan kutenggelamkan mukaku ke tengah
selangkangannya yang mulus putih tiada cela tepat di depan kemaluannya
yang merekah merah. Kujulurkan lidahku untuk kemudian dengan
meliuk-liuk memainkan kelentitnya, turun ke bawah menjilat sekilas
lubang pantatnya. Rita melenguh kegelian dan mulai menaik-turunkan
pantatnya yang putih dan gempal.
Kutarik ke atas lidahku dan kujilat langit-langit vaginanya yang mulai
basah dan terasa manis dan asin. Kutegangkan lidahku agar terasa seperti
penis, terus kutekan lebih dalam menyapu langit-langit vagina Rita.
Rita semakin memundur-majukan pinggulnya sehingga lidahku menembus
lubang vaginanya semakin dalam. Aku sebenarnya ingat bahwa hasil operasi
selaput daranya tempo hari di Singapore bisa jebol lagi, tapi aku tak
peduli kalau kenikmatan bersenggama dengan Rita telah memuncak ke
ubun-ubunku. “Paahh.. ooghh.. woowww.. ooghh.. paahh, terus paahh..
enaakk.. paahh lidahnya kayaak kontooll..” Goyangan pinggul Rita semakin
menggila, aku pun tambah semangat membabi buta memainkan lidah dan
mulutku melumat habis vagina dan klitorisnya sampai cairan Rita semakin
banyak mengalir. Kuhisap dan kutelan habis cairan vagina Rita yang asin
manis itu sehingga lubang vaginanya selalu bersih kemerahan. Rita
terus menyodok-nyodokkan vaginanya ke mukaku sehingga lidahku terbenam
semakin dalam di lubang vaginanya, sampai mulai terasa pegal rasanya
lidahku terus kutegangkan seperti penis. “Paahh.. sudah naik sayaang,
Mamah sudah nggak tahan, masukkan penisnya sayang.” Rita menarik
tanganku ke atas supaya aku segera menaikkan badanku di atas badannya.
Penisku memang sudah terasa panas dan tegang sekali. Rita tak sabar
memegang penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah
karena lendir kemaluan bercampur ludahku. Maka “bleess”, “Ogghh..
Paahh.. tekan terus sayaang, Mamah udaahh rinduu.. oogghh emmgghh..
Paah.. terus goyaag sayaang.. ooghh..” Pantat Rita mulai bergerak naik
turun dengan liar dan penisku sebentar masuk sebentar keluar dari lubang
vaginanya yang menyedot-nyedot lagi. Kunaikkan kaki kanannya dan
dengan posisi setengah miring dan posisiku setengan duduk aku sodok
vagina Rita dari belakang. Aku semakin bernafsu kalau melihat pantat
dan pinggul Rita yang putih. Penisku semakin ganas dan tegang menyodok
mantap vaginanya dari belakang.
Cerita Dewasa
- Rita membalikkan tubuhnya sehingga menungging membelakangiku dan
penisku tak kucabut dari vaginanya. “Paahh.. teruuss doong, Mamaah
nikmaa.. ogghh.. teruuss.. sodook sayaang.. ogghh.. Paahh.. aaogghh..
uugghh..” Pantatnya semakin menggila mundur maju dan aku pun semakin
menggila menyodokkan penisku sampai rasanya mau patah. Memang setiap
senggama sama Rita rasanya habis-habisan. Kutumpahkan semua kemampuan
dan keperkasaanku untuk membahagiakan Ritaku. Dia pun demikian, tidak
ada yang tersisakan kalau kami bersenggama. Harus habis-habisan supaya
puas. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi.
“Mmaahh.. ooghh, teruuss goyaang.. oogghh.. Maahh.. Papaahh moo
keluaarr.. gila Maahh.. vaginanyaa.. ooghh.. nikmaat.. sekalii..” Aku
mulai ribut dan Rita melenguh semakin panjang. Mungkin tamu kamar
sebelah mendengar lengkingan dan lenguhan kami.
Masa bodoh! “Pahh.. emmghh.. oogghh.. Paapaahh.. adduuhh.. Paahh..
adduuhh.. Mamaahh.. mmoo kelluuaarr.. emmgg.. adduhh.. Paahh aduuhh..
Paahh.. adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Rita yang
semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai
pegel aku tak peduli. Keringat kami terus membanjiri sprei.
Kuminta Rita telentang kembali karena dengkulku mulai lemas. Dia
tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Oh, cantiknya bidadariku,
rasanya ingin kukeluarkan seluruh isi penisku untuknya. Rita baru sadar
bahwa hasil operasi selaput daranya mungkin jebol lagi. Rita bilang
masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah. Biar saja
suaminya curiga atau marah atau bahkan kalau mau cerai sekalipun kalau
tahu dia nggak perawan lagi. Kali ini kami nggak menunggu waktu ketika
Rita sedang tidak subur, karena Rita ingin mengandung anakku dan orang
tidak akan curiga karena Rita akan punya suami. Memang kasihan nasib
suami Rita nanti, tapi bukan salah kami karena dia merebut cinta kami,
ya kan?
“Cepat pah masukan lagi ach.. jangan mikirin orang lain!” Tuh kan betapa
dia nggak ambil peduli tentang hari pernikahannya dan calon suaminya,
sebab bagi dia akulah suami sesungguhnya dalam hati sanubarinya.
Bleess.., “Ooogghh.. Paahh, enaak.. Paahh.. aaoogghh.. uuhhgg.. uughh..
genjot terus Paah”, Aku tekan penisku sekuat-kuatnya sampai tembus
semuanya ke lubang paling dalam vaginanya sampai terasa mentok.
“Ooogghh.. mmaahh.. nikmaatt.. istrikuu.. sayaangg.. oogghh.. aagghh..
eemmgghh..” aku setengah berdiri lagi dengan tumpuan ke dua dengkulku
dan kurenggangkan kedua kaki Rita, kusodokkan terus penisku keluar masuk
vaginanya, bleess.. sreett.. blleess.. sreet.., vaginanya menimbulkan
suara yang semakin memancing gairah kami berdua. Rita memejamkan dan
mengigit-gigit bibirnya dan mencakar-cakar punggung dan tanganku ketika
mulai meregang.
“Ooogghh.. Paappaahh.. emmgg.. oogghh.. aduuhh.. Mamaah moo keeluuarr..
ooghh.. Paahh.. teruuss.. saayyaang, keluuaarriinn barreenng oogghh”,
“Hayyoo.. Maahh.. oogghh.. hayoo.. baarr.. ooghh.. reenng.. Maahh..
ooghh”, teriakanku tak kalah serunya. Kami menggelepar, meregang,
mengejang bersama-sama, serasa nafasku mau copot dan Rita melenguh
panjang sambil merasakan cairan air maniku tertumpah ruah di lubang
kemaluannya, terasa nikmat dan hangat katanya. Biasanya sehabis
merasakan klimaks yang sangat dahsyat Rita selalu memukul dan mencubit
sayang badanku, terus kelelahan mau tidur sehingga terbaring lunglai
dengan keringat bercucuran. Aku selalu memeluk dan menciumi keningnya,
hidungnya, mulutnya, rambutnya sampai ke pantatnya, biasanya dia
menggelinjang dan marah-marah karena geli. Jika Rita sudah terpuaskan
dan tertidur, aku rasanya lelaki yang sangat berbahagia di dunia ini.
Sekian dulu (Akan kusambung setelah Rita kawin seminggu, tambah seru
deh!).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar