kemudian Dini segera keluar dari kolam, membungkus tubuhnya dengan
anduk dan berbaring di dipan bermatras yang ada dipinggir kolam.
Hawanya terasa dingin, segera om andipun keluar dari kolam dan duduk
disebelah Dini yang sudah berbaring didipan. “Om dingin om”, Dini
mengundang om Andi untuk bertindak. Segera om andi bereaksi, dia
berbaring disebelah Dini, memeluknya dan segera memagut bibir mungil
Dini. sebentar saja anduk yang membungkus tubuhnya sudah diurai om
Andi. Dini menjadi gelisah, kakinya berubah posisi terus, sebentar kaki
kiri diatas kaki kanan, sebentar lagi posisinya sebaliknya. Dia
rupanya menahan napsunya yang telah berkobar. “Kenapa Din, gatel ya,
kok kakinya berubah terus”. Dini diem saja.
Om Andi mencium pipinya, Dini menggelinjang dan menoleh ke arah om
Andi. Dia segera mencium kembali bibir mungilnya. Melumatnya, lidahnya
mendesak masuk ke dalam mulut Dini, menggelitik langit langit mulutnya.
Dia mulai merabai toketnya yang masih tertutup bra bikininya. Dini
merintih. ” Om..”. Dia menjilati lehernya, ”tenang aja Din, nikmati ..”
. Dini benar benar tak kuasa menolak semua itu , dia hanya pasrah
menikmati permainan itu. Kembali om andi menciumi bibir Dini lagi .
Dini pun membalasnya dengan penuh nafsu . Dengan cepat dia melepas bra
bikini yang di kenakan Dini . Dini sama sekali tak menolak . Dadanya
telah terbuka.
Om andi menatap toketnya, yang segera diraba2. Tubuh Dini gemetar.
pentilnya juga dimainkan dengan liar. Dini mendesah “ ahh.. .. ehhh
….om ohh… “. Om andi pun menjulurkan lidah , menjilat pentilnya yang
tampak menonjol keluar . Dini sudah sepenuhnya di kuasai birahi . Om
Andi dengan bernafsu melumat , menyedot toketnya. Membuat Dini semakin
birahi . Suara erangan nikmat Dini terdengar , menambah gairah si om .
Dia pun mengurai ikatan cd bikini Dini sehingga dalam sekejab Dini
sudah bertelanjang bulat. Jembutnya yang lebat menyelimuti daerah
nonoknya. Dengan lembut om Andi meraba raba paha putih mulusnya.
Perlahan dia mengelus elus paha putih Dini. Sambil sedikit demi sedikit
merenggangkan kedua kakinya, dia dapat jelas melihat cairan nikmat
yang merembes dari nonok Dini membasahi selangkangan.
Om Andi menjilati daun telinganya sehingga membuatnya terangsang geli.
Satu sentuhan lembut , jarinya tepat di belahan nonoknya. Membuat suara
erangan birahi keluar dari mulut Dini. “AAhh …… “ . om Andi terus
aktif menyapu pentilnya dengan lidah, toketnya tampak mengeras karena
napsu . Di sertai getaran getaran jarinya di atas belahan nonoknyanya,
membuat tubuh Dini bergejolak. “ ohh….. ahhh .. sudah, Dini gak tahan
lagi .. ..” erangnya ketika jarinya bergerak semakin cepat di belahan
nonoknya, keatas dan kebawah. Om Andi tidak berhenti , jarinya bergetar
semakin liar. Pentil Dini juga dijilat cepat . Tubuh Dini mengejang ,
Dini menjerit keenakan, dia nyampe. Nafasnya masih memburu di sertai
degup jantungnya yang berdetak cepat . Om Andi pun menciumi bibir nya.
“Din, kamu merasa nikmat gak ..” tanyanya, sambil terus mencium bibir
Dini dengan mesra. Dengan dua jari, bibir nonoknya dikuakkan lebar.
Dini mengerang .
Om Andi menatap nonok Dini , dengan liangnya yang basah . itilnya
tampak memerah dan membesar . Dia menjulurkan lidah menjilati itil Dini
. Lagi lagi Dini mengerang nikmat. Jilatannya di itil Dini terus
membangkitkan nafsu birahi Dini.
Sebentar saja Dini telah kembali bernapsu. Dini terus mengerang
kenikmatan . Lendir nonok Dini mengalir terus . Rasa nikmat dan gatal
mendera itilnya yang tegang terangsang. Dan tubuhnya kembali menegang .
“ ahh…enak…ahhh ..enak..” erangnya . Lidahnya terus bergerak menyapu
itil Dini dan membawa Dini kembali mengejang kerena nyampe lagi . Tubuh
Dini pun kembali lemas . “Om, belum dientot aja Dini dah 2 kali
nyampe, apalagi kalo dah dientot ya om”.
Setelah beberapa saat , om andi membawa tubuh bugil Dini kedalam kamar
dan membaringkannya di ranjang. Dini berjalan agak gontai dan
sempoyongan , tubuhnya terasa lemas dan tenaganya seperti hilang . “Kok
masuk om, katanya mo maen di kolam”. “Kan diluar dingin Din, ntar
masuk angin lagi. Besok kan kita mo foto session nude lagi”.
Sekarang Dini telah berbaring di ranjang. Om Andi memberikan minuman
yang tadi dibelinya di minimart kepada Dini. Dia pun mulai membuka
celananya. Kontolnya yang tegang itu sudah siap untuk memasuki nonok
Dini. Dia menghampiri Dini . Om Andi meminta Dini mengemut kontolnya.
“Kontol om”, kata Dini lirih. “Emangnya kenapa Din”. “Kontol om besar
sekali, lebih besar dan lebih panjang dari kontol cowok Dini”.
Jemarinya mulai menyentuh kepala kontol om Andi.
Pertama kali Dini hanya memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus
dong Din, pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayu om Andi penuh nafsu.
“Iiih… keras sekali om”, bisik Dini. “Ayo dong digenggam dengan kedua
tanganmu, aahh…” om Andi mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Dini
bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. “Iiih sakit ya om”,
tanyanya. Om Andi menatap Dini. “Ooouhh jangan dilepas Din, remas
seperti tadi, lekas Din, oohh…” erangnya lirih. Dini kembali meremas
kontolnya seperti tadi. om Andi melenguh nikmat.
Dini menatap kontol yang kini sedang diremasnya, jemari kedua tangannya
secara bergantian meremas batang dan kepala kontol om Andi. Jemari
kiri berada di atas kepala kontol sedang jemari yang kanan meremas
batangnya. Om Andi hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din…
terusss, yaahh… ohh… ssshh”, dia melenguh keenakan. Dini memandang om
Andi sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu
digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian dia mulai memompa
dan mengocok kontolnya maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” om Andi
menggelinjang menahan nikmat. Dini semakin bersemangat melihat om Andi
merasakan kenikmatan, kedua tangannya bergerak makin cepat maju mundur
mengocok kontolnya. “Din…aahhgghh… sshh, sekarang diemut Din”, pinta om
Andi. Dini pun menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung kontol om
Andi.
Tapi belum diemutnya . om Andi mendorong kontolnya hingga ke mulut Dini
. “ayo dong ..Din, diemut ..dong..” pintanya . Dini pun perlahan
membuka mulutnya. Kontol om Andi segera melucur masuk ke dalam
mulutnya. “ ufff …ughh …. “ suara Dini tertahan kontol . Dini mengeluar
masukkan kontolnya didalam mulutnya.
Om Andi kemudian menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada
di atas kedua bulatan toket Dini, perutnya yang menekan nonok Dini.
Kembali dia menggerayangi toket Dini, dia mulai menggesekkan jemarinya
mulai dari bawah toket di atas perut terus menuju gumpalan kedua
toketnya yang kenyal dan montok. Dini merintih dan menggelinjang antara
geli dan nikmat. “Om, geli, ayo dong om Dini dientot”, erangnya lirih.
Beberapa saat om Andi mempermainkan kedua pentilnya yang kemerahan
dengan ujung jemarinya.
Dini menggelinjang lagi, om Andi memuntir sedikit pentilnya dengan
lembut. ” Om…” Dini kembali mendesah. Secara bersamaan akhirnya om Andi
meremas-remas gemas kedua toketnya dengan sepenuh nafsu. “Aawww… om”,
Dini mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Om
Andi semakin menggila tak puas meremas lalu dia mulai menjilati kedua
toket Dini secara bergantian. Dia menjilati seluruh permukaan toket
Dini sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket
yang kanan, digigit-gigitnya pentil Dini secara bergantian sambil
diremas-remas dengan gemas. Lima menit kemudian dia menghisap kedua
pentil Dini sekuat-kuatnya. Dia tak peduli Dini menjerit dan menggeliat
kesana-kemari, sesekali Dini memegang dan meremasi rambut om Andi,
sementara om Andi tetap mencengkeram dan meremasi kedua toket Dini
bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.
Pentil Dini dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Dini hanya
bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigi om
Anton menggigiti pentilnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di
beberapa tempat di kedua bulatan toket Dini nampak berwarna kemerahan
bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitan om Andi. Cukup lama
om Andi mengemut toket Dini, setelah itu dia merayap menurun ke bawah.
Ketika lidahnya bermain di atas pusar Dini, Dini mulai mengerang-erang
kecil keenakan, om Andi mengecup dan membasahi seluruh perutnya. Ketika
bergeser ke bawah lagi, om Andi membetulkan posisinya di atas
selangkangan Dini. Dia membuka ke dua belah paha Dini lebar-lebar, Dini
sudah sangat terangsang sekali.
Kedua tangan Dini masih tetap memegangi kain sprei. Om Andi memandangi
nonok Dini yang ditumbuhi jembut lebat. Bibir nonoknya kelihatan gemuk
dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit
berada diantara kedua bibir nonoknya. Selanjutnya om Andi langsung
menyosor menekan nonok Dini, hidungnya menyelip di antara kedua bibir
nonok Dini. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir nonok Dini dengan
bernafsu, sementara tangannya merayap ke balik paha Dini dan meremas
pantatnya yang bundar dengan gemas.
Om Andi mulai mencumbui bibir nonok Dini yang tebal itu secara
bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia mengecup
dan mengulum bibir nonok Dini bagian bawah. Karena ulahnya, Dini sampai
menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan
terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit
kepala om Andi yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir nonoknya.
Om Andi memegangi kedua belah pantat Dini yang sudah berkeringat agar
tidak bergerak terlalu banyak. Dini meremasi rambut om Andi sampai
kacau. Kadang pantatnya dinaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang
digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidah om Andi pada seluruh
permukaan nonoknya.
Dini berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking
tak kuatnya menahan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat hebat, kepalanya
bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak
karuan. Om Andi semakin bersemangat melihat tingkahnya. Disibakkan
bibir nonok Dini, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh
air liurnya bercampur dengan cairan lendir Dini. Om Andi mengusap
dengan lembut bibir nonoknya, agak ke atas dari liang nonoknya yang
sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga
berwarna kemerahan, itilnya. Lalu secepat kilat dengan lidahnya
menyentil2 itil Dini. Dini memekik sangat keras sambil
menyentak-nyentakkan kedua kakinya kebawah.
Dini mengejang hebat, pinggulnya bergerak liar dan kaku, sehingga
jilatanom Andi pada itilnya jadi luput. Dengan gemas om Andi memegang
kuat-kuat kedua belah paha Dini lalu kembali ditempelkannya bibir dan
hidungnya di atas celah kedua bibir nonok Dini. Dia menjulurkan
lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkan menembus jepitan
bibir nonok Dini dan kembali menyentil itilnya. Dini memekik tertahan
dan tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua
kakinya. Pantat nya terangkat ke atas sehingga lidah om Andi memasuki
celah bibir nonoknya lebih dalam dan menyentil-nyentil itilnya. Begitu
singkat karena tak sampai 1 menit Dini mengejan kembali dan ada
semburan lemah dari dalam liang nonoknya berupa cairan hangat agak
kental banyak sekali.
Om Andi masih menyentil itil Dini beberapa saat sampai tubuh Dini
terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dini
melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru dirasakan,
sementara om Anton masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika
Dini nyampe. Seluruh selangkangan Dini tampak basah penuh air liur
bercampur lendir yang kental. Om Andi menjilati seluruh permukaan nonok
Dini sampai agak kering, “Din…puas kan…” bisiknya lembut namun Dini
sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat. “Giliran om ya Din,
om mau masuk nih”, bisiknya lagi. “Sekarang dientot yang lama ya om”,
rengek Dini. “Yang penting Dini nikmat kan”. “Nikmat banget2, om”.
Om Andi segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Dini
yang telanjang berkeringat. Dia menarik kaki Dini ke atas dan
ditumpangkan kedua paha Dini pada pangkal pahanya sehingga kini
selangkangan Dini menjadi terbuka lebar. Dia menarik pantat Dini ke
arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas nonok Dini yang
masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah
bibir nonok Dini dan lalu beberapa saat kemudian kontol ditepuk2kan
dengan gemas ke nonok Dini. Dini menggeliat manja dan tertawa kecil,
“Om… iiih.. gelii… aah”. “Din, kontol om mau masuk nih”, bisiknya penuh
nafsu. “Om, masukin buruan. Dini dah gak tahan lagi neh”, sahut Dini.
Sedikit
disibakkannya bibir nonok Dini, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang
besar ke liang nonok Dini yang sempit. Dia mulai menekan dan tekan
lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang nonok Dini membesar
dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Dini menggigit bibir
saking nikmatnya. Om Andi melepaskan jemarinya dari bibir nonok Dini
dan plekk…bibir nonok Dini langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.
Dini memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya kembali
memegangi kain sprei. Om Andi agak membungkukkan badan ke depan agar
pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.
Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam
di dalam nonok Dini. Dia kembali menekan, mili demi mili kontolnya
secara pasti terus melesak ke dalam nonok Dini. Dia terus menekan
kontolnya, terus memaksa memasuki nonok Dini yang luar biasa sempit
itu. Om Andi memegang pinggul Dini, dan ditarik kearah kontolnya
sehingga masuk makin ke dalam. Dia menghentak keras ke bawah, dengan
cepat kontolnya mendesak masuk nonok Dini. Dini mengerang nikmat.
Dihentakkannya lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara
sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir nonok
Dini.
Om Andi berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan
jepitan ketat nonok Dini yang luar biasa. Dia merebahkan badannya di
atas tubuh Dini yang telanjang, Dini memeluknya, toketnya kembali
menekan dada om Andi. Nonoknya menjepit meremas kuat kontol om Andi
yang sudah amblas semuanya. “Din… bagaimana rasanya”, bisiknya. “Nikmat
banget om”, jawabnya. Dia mencium bibir Dini dengan bernafsu, dan
Dinipun membalas dengan tak kalah bernafsu. Mereka saling berpagutan
lama sekali, lalu sambil tetap begitu om Andi mulai menggoyang pinggul
naik turun. Kontolnya mulai menggesek nonok Dini.
Pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya
yang tegang. Dini memeluk punggung om Andi dengan kuat, kukunya terasa
menembus kulit om Andi. Dini merintih dan memekik keenakan. Beberapa
kali Dini sempat menggigit bibir om Andi saking napsunya. Om Andi hanya
merasakan betapa nonok Dini yang hangat dan lembut itu menjepit sangat
ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging nonok Dini seolah
mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. “Din, om
nggak tahan lagi nih aahhgghghh”, bisiknya. “peju om mau keluar”. “Dini
juga mo nyampe om, barengan yach”. Dan akhirnya pejunya ngecret di
nonok Dini. Dinipun ikut mengejang ketika merasakan hangatnya peju om
Andi yang menyembur2 seperti dam yang bobol didalam nononknya. Mereka
pun berpelukan puas. Dan tanpa terasa mereka ketiduran sambil
berpelukan telanjang bulat karena kecaapaian dalam permainan tadi.
Mereka tertidur sampai menjelang pagi. Ketika terbangun, om Andi
membangunkan Dini juga lalu mereka berdua mandi bersama karena semalem
mereka gak sempet mandi. Di dalam kamar mandi mereka saling
membersihkan dan berciuman. Om Andi minta Dini jongkok dan menjilati
serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri lagi. Kontolnya
dikulum Dini sambil dikocok pelan-pelan naik turun. “Enak banget Din,
terus diemut Nes”, erangnya. Kemudian giliran om Andi, Dini disuruh
berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub. Dia menyerang
selangkangan Dini, khususnya itilnya, dengan lidah sehingga Dini
mengerang sambil memegang kepala om Andi dan menenggelamkannya lebih
dalam ke nonoknya.
Om Andi menjulurkannya lidahnya lebih dalam ke nonok Dini sambil
mengorek-korek itilnya dengan jari manis. Semakin hebat rangsangan yang
Dini rasakan sampai akhirnya dia nyampe, dengan derasnya lendirnya
keluar tanpa bisa dibendung. Om Andi menjilati dan menelan semua
lendirnya. “Om, nikmat banget deh, Dini sampe lemes”, kata Dini. “Ya
udah kamu istirahat aja, om mau sediain makanan dulu ya”, katanya
sambil keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat. Dini mengikutinya,
juga dengan bertelanjang bulat. Mereka sarapan sereal yang dicampur
dengan susu, sambil minum kopi. Om Andi menghangatkan kue2 yang kemarin
dibelinya di microwave. Sambil bercanda2 mereka menyantap semua
makanan yang tersedia.
Sehabis makan langsung om Andi menyiapkan kembali peralatan fotonya
untuk sesi foto telanjang. Dalam keadaan telanjang bulat Dini berpose
dengan macam2 gaya, dikamar mandi, diranjang, disofa, dimeja makan, di
beranda dan terakhir kembali dikolam renang. Om Andi mengekspos
kemontokan Dini, toket, pentil, pantat dan jembut Dini. Cukup lama sesi
foto berlangsung. Seperti ketika sesi lingeri, tak banyak kesulitan
yang dialami Dini. Dia sudah bisa berpose secara alami, berkat arahan
dan kenikmatan yang dia peroleh dari im Andi. Dalam hati Dini
membenarkan cerita Ines bahwa om Andi sangat ahli mengolah pose dan
mengolah badan prempuan sampai bergelimang kenikmatan. Semalem dan
mulai ngentot saja, om Andi mengulangi lagi merangsang tubuh Dini
sampai dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga ketika
dientot rasanya sampai susah dituliskannya.
Dini berbaring didipan. Om Andi menjatuhkan dadanya diantara kedua
belah paha Dini. Lalu dengan gemas, diciumi pusarnya. ” Om, geli!” Dini
menggeliat manja. Om Andi tersenyum sambil terus saja menciumi pusar
Dini berulang2 hingga dia menggelinjang beberapa kali. Dengan
menggunakan ke2 siku dan lutut om Andi merangkak sehingga wajahnya
terbenam diantara ke2 toket Dini. Dia mengecup pentilnya sebelah kiri,
kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangi beberapa kali, kemudian dia
meremes toket Dini dengan lembut. Remasannya membuat pentil Dini makin
mengeras, dengan cepat dikecupnya pentil Dini dan kukulum2 sambil
mengusap punggungnya. “Kamu cantik sekali, Din. Kamu gak dicariin ortu
kamu kan”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Dini. Dini
hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. Dini merangkul leher om Andi,
dan mencium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulut om Andi.
Mereka langsung berpagutan lagi, Dini sangat bernapsu meladeni ciuman
om Andi. Om Andi mencium bibirnya, kemudian lidahnya kembali menjalar
menuju ke toket dan mengulum pentil Dini. Terus menuju keperut dan
menjilati pusar Dini hingga Dini menggelepar menerima rangsangan itu
yang terasa nikmat. “Om enak sekali..” nafasnya terengah2. Lumatan
dilanjutkan pada itil Dini, dijilati, dikulum2, sehingga Dini semakin
terangsang hebat.
Pantatnya terangkat supaya lebih dekat lagi kemulut om Andi. Om Andipun
memainkan lidahnya ke dalam nonok Dini yang sudah dibuka sedikit
dengan jari. Ketika responsnya sudah hampir mencapai puncak, om Andi
menghentikannya. Dia ganti posisi 69. Dia telentang dan minta Dini
telungkup diatas tubuhnya tapi kepala ke arah kontolnya. Dia minta Dini
untuk kembali menjilati kepala kontol lalu mengulum kontolnya keluar
masuk mulutnya dari atas. Setelah Dini lancar melakukannya, om Andi
menjilati nonok dan itil Dini lagi dari bawah.
Selang beberapa lama mereka melakukan pemanasan maka om Andi
berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di nonok Dini. Dini
ditelentangkan, pahanya dikangkangkan, pantatnya diganjal dengan
bantal. Om Andi kemudian menelungkup diatas Dini. Kontol digesek2kan di
nonok Dini yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilnya dijilati
barusan. “Ayo om cepat, Dini sudah tidak tahan lagi”, pintanya dengan
bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Din, om suka kalo kita ngentot
setelah kamu napsu banget sehingga nikmat banget rasanya ketika kontol
om masuk ke nonok kamu”, jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia
memasukkan kontolnya ke nonok Dini. Dini melenguh sambil merasakan
kontol besar menerobos nonoknya yang masih sempit. Om Andi terus
menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua.
Lalu ditarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam,
terasa kontolnya nancep dalem sekali. “Om enjot yang cepat dong, Dini
udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak om, lebih enak katimbang dijilat om
tadi”, lenguhnya. “Om juga mau ngecret, Din”, jawabnya. Dengan hitungan
detik mereka berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa
nonok Dini berkedutan meremes2 kontol om Andi. Lemas dan capai mereka
berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.
Sudah satu jam kami beristirahat, lalu om Andi minta Dini mengemut
kontolnya lagi. “Om belum puas Din, mau lagi, boleh kan?” katanya.
“Boleh om, Dini juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi. Om gak
ada matinya, baru aja ngecret dah pengen masuk lagi”, jawabnya sambil
mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya.
Kemudian kepalanya mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontol om Andi
dimulutnya. Om Andi mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu.
Tadi nonokmu juga ngempot kontol om ketika kamu nyampe. Nikmat banget
deh, boleh diulang ya Din kapan2″. Dini diam tidak menjawab karena ada
kontol dalam mulutnya. “Din, om udah mau ngecret nih, om masukkin lagi
ya ke nonok kamu”, katanya sambil minta Dini nungging.
Sambil nungging Dini bertanya, “Mau dimasukkin di pantat ya om, Dini
gak mau ah”. “Ya gak lah Din, ngapain di pantat, di nonok kamu udah
nikmat banget kok”, jawabnya. Urat2 berwarna hijau di kulit batang
kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala
kontolnya nyelip di bibir nonok Dini. Terasa bibir nonok Dini menjepit
kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leher Dini, “Oh…om”, lenguh Dini
ketika om Andi menciumi telinganya. Dengan pelan dimasukkan kontolnya
ke nonok Dini. Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorong
lagi. Hal ini dilakukan beberapa kali sehingga lendir nonok Dini makin
banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan
napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia kembali
menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar
nonok Dini, lalu didorong kembali pelan2. “Din, nanti dorong pinggul
kamu kebelakang ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia kembali mencium telinga Dini dan mendorong kontolnya masuk.
Pentilnya diremes dengan jempol dan telunjuk. Dini tersentak karena
enjotan kontolnya dan secara reflex dia mendorong pinggulnya ke
belakang sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Kontol kembali ditarik
keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukan beberapa kali
sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di nonok Dini. ”Akh om”,
lenguhnya ketika terasa kontol om Andi sudah masuk semua, terasa
nonoknya berdenyut meremes2 kontol om Andi. Om Andi terus menekan2
sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi
ketika pantat Dini diganjel bantal. Kontol mulai dikeluarmasukkan
dengan irama lembut. Tanpa sadar Dini mengikuti iramanya dengan
menggoyangkan pantatnya. Tangan kiri om Andi menjalar ke toket Dini dan
meremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Dini
mulai merasakan nikmatnya, “Om, nikmat banget ya dientot om, lebih
nikmat dari dientot cowok Dini. Terus yang cepet ngenjotnya om, rasanya
Dini udah mau nyampe lagi”, erangnya.
Itilnya tergesek kontol ketika om Andi mengenjotkan kontolnya masuk.
Dini menjadi terengah2 karena nikmatnya. “Din, nonokmu peret sekali,
terasa lagi empotannya, enak banget Din ngentot dengan kamu”. Terasa
bibir nonok Dini ikut terbenam setiap kali kontol dienjot masuk. “Om”,
erangnya. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan
kontolnya.
Bunyi itu berasal dari beradunya biji peler om Anton dengan pangkal
paha Dini, setiap om Andi mengenjot kontolnya masuk. “Din, om udah mau
ngecret”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di nonok
Dina dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam nonok Dini. Bersamaan
dengan itu, “Om, Dini nyampe juga om”, Dini mengejang karena ikutan
nyampe. “Om, nikmat banget, kapan ngentotin Dini lagi”. Om Andi tidak
menjawab, dia terkapar kelelahan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar