Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, aku pun memberikan
respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah.
Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang
menggembung, sedangkan aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup
ranum untuk wanita seusianya.
Lama kami bercumbu di atas sofa,
lalu Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan
cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka
baju, hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas
kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya
sampai Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam
kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.
“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya
Setelah
secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang
kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut.
Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan
berdenyut panas.
Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan saat
vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati
permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai basah dengan
keluarnya lendir yang berlebihan.
Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu
menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan
tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan
nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir
vaginanya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik
keluar kembali, begitu berulang-ulang.
“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin ……” bisiknya
“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”
Akupun mengangguk
Ibu
Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang,
sementara aku berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya
kemaluanku dan di arahkan ke dalam vaginanya, kugesek-gesekkan kepala
kemaluanku dibibir vaginanya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan
dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang vaginanya.
Sebuah
sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku,
sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan
pahanya pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.
Kudorong
tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak,
kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang
dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar yang dingin seolah tidak terasa
lagi, yang ada hanya lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara
kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami
terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.
“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya
“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”
Entah
sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun
kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang
sebelum pelukannya terasa melemah.
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya
Kurasakan
momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum
remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas
tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian
tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku
bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi
“Ohhh..ohh….!” Desahku tak lama kemudian
Aku
bergulir di samping Ibu Ayu mencoba mengatur nafas, sementara dia
terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga. Kemaluan ku masih
tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum
lemas
Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum padaku.
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya
Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut.
“Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak khan nanti?” Tanyaku
“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”
“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar