Minggu, 04 Agustus 2013

Tangannya kemudian membuka baju lalu kemudian celanaku. Kini aku tinggal mengenakan celana dalam. Dengan cepat baju dan celananyapun segera merosot ke lantai. Tangannya menyelinap ke balik celana dalamku dan mulai mengelus penisku. Kontan saja penisku yang sudah sejak tadi ingin segera bertempur langsung bereaksi. Sambil terus berciuman, sebentar kemudian sisa kain di tubuh kamipun segera tanggal.

Andi Soraya mendorong tubuhku ke ranjang dan segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang penuh nikmat.

Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Andi Soraya memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara kusedot, kukulum dan kuremas secara bergantian. Tangan kiriku mengusap-usap pipinya dan bahunya dengan lembut.

Andi Soraya mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.

"Ououououhh.. Nghgghh, .. Ouuhh.. Han"

Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Andi Soraya menjilati telingaku. Akupun terangsang dengan hebat. Penisku sudah mengeras siap untuk berperang.

Andi Soraya melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan ".. Oukhh, Mbak Soraya.. Yachh.." aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.

Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok penisku. Penisku semakin tegang dan besar.

"Puaskan aku. Bawa aku masuk dalam gelombang kenikmatan.." ia merintih. Kugulingkan lagi badannya sampai ia berada di bawahku. Tidak lama kemudian tangannya menggenggam erat penisku. Ditelannya dengan bulat penisku di mulut Andi Soraya, namun tak lama, gantian aku yang langsung menjilati vaginanya, itupun tak lama karena Andi Soraya ingin cepat dimasukin
“Han .. masukin dulu .. lama aku tak digituin “ ujar Andi Soraya dengan genit.
Penisku kemudian dituntunnya masuk ke dalam lubang kenikmatannya, terasa sangat sesak namun aku terus mendorong. Terasa licin dan basah.
“Dorong Han .. Ouuuuuuhh .. enaknya Han .. enaknya penismu .. aku suka .. “ ujar Andi Soraya dengan liar dan menggelinjang keenakan

"Akhh.. Oukkhh" Andi Soraya mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilat dan menciumi lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan satu hentakan keras ke bawah akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.

Pinggulku bergerak naik turun menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kuangkat pantatku sampai penisku keluar dan segera kumasukkan lagi. Kadang juga pantatku naik tidak terlalu tinggi, hanya kepala penisku yang berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang penisku tenggelam ke dalam liang nikmatnya

Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan kasar. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.

"Han.. Ouhh Han, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar"
"Sshh.. Shh"
"Han sekarang ouhh.. Sekarang" ia memekik.

Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga penisku mentok ke dinding rahimnya.

"Akhkhkh Mbak Soraya.. Aku cum.. Keluar," kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar sampai menetes di sprei.

Tubuhku melemas di atas badan Andi Soraya. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya dan beberapa saat akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.


Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Sambil membersihkan diri tangannya mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocok penisku dengan busa sabun. Perlahan namun pasti penisku semakin membesar dan mengeras lagi. Dibersihkannya busa sabun di penisku dengan air. Dalam keadaan basah kami berciuman dan saling memagut.

Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas bak air di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir bak air. Tangannya membantuku memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya. Setelah cukup pelumasan ia berbisik "Dorong To.. Dorong". Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang penisku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya.

Aku mulai bergerak maju mundur untuk meraih kenikmatan. Kakinya membelit pinggangku. Sampai beberapa menit aku masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan berat tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kuhimpitkan dia ke dinding. Sebelah kakinya kuangkat ke pinggulku. Dengan berciuman dan meremas payudaranya aku tetap menggenjot vaginanya. Penisku terlepas dan aku mengalami kesulitan untuk memasukkannya lagi.

Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman kembali ke kamar. Sampai kamar kulepaskan pelukanku dan kubaringkan tubuhnya yang montok ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Namun penisku belum masuk ke dalam vaginanya.

Andi Soraya kini berada di atas tubuhku. Kepala Andi Soraya ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya penisku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya. Andi Soraya memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.

Tiba-tiba tubuhku tersentak ketika lidah Andi Soraya menjilat lubang kencingku. Kulihat Andi Soraya dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala penisku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.

Kutarik tubuhnya sehingga Andi Soraya kini berada di bawahku. Andi Soraya memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya.

"Ouhh ayo Han.. Aku.. Masukkan.. Ayo masukkan.."

Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.

"Enak sekali Han, aku.. Oukhh"

Ia memekik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.

Kucabut kemaluanku, kukeraskan ototnya dan kutahan. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah. Andi Soraya terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.

".. Hggk..". Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai lima kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Andi Soraya menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Penisku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.

Andi Soraya seperti mau berteriak dan menahan sesuatu perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.

"Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Han.. Enak sekali.. Ooh"

Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.

Aku mulai menggenjot lagi. Andi Soraya seperti seekor singa liar yang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Andi Soraya melewati padang rumput dan mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.

Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memancarkan spermaku.

"Mbak Soraya, aku mau keluar.. Sebentar lagi.. Aku mau..".
"Kita sama-sama, Ouououhh..". Andi Soraya melenguh panjang.
"Sekarang . Ayo sekarang.. Ouuhh.. Mbak Soraya" Aku mengerang ketika spermaku muntah dari ujung penisku.
"Han.. Agghh" kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.

Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sepi dan hening.

Kami terdiam dengan saling memeluk, kuberikan ciuman di dahinya. Andi Soraya menjepit kedua kakiku. penisku masih tertanam dan berdenyut denyut walau tidak terlalu keras. Kami tertidur ketika waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Andi Soraya menggeliat sehingga membuat aku terbangun dan meringis.
“Han .. auh .. sakit deh .. cabut dulu .. “ kami saling tersenyum ketika mencabut alat kelaminku sambil memekik dan meringis
“Gedhe banget tuh . “ ujar Andi Soraya dengan genit dan memberikan ciuman mesra di bibirku.
Aku hanya tersenyum
“Tidur sini saja .. jangan pulang .. keloni aku deh .. “
“Aman nggak ?”
“Jakarta nggak ada yang peduli ... “ ujar Andi Soraya dengan cuwek kemudian berdiri dan keluar dari ranjang, membuka lemari dan memakai daster, aku pun diberi daster
“Aku pengin telanjang saja “
Andi Soraya tak menggubris lalu keluar dari kamar, aku yang sangat kehausan keluar dari kamar dan melihat Andi Soraya terpekur
“Ada masalah Mbak ?” tanyaku
“Nggak Han .. “
“Apa Mbak memikirkan apa yang telah kita lakukan ?” tanyaku sambil memegang tangannya, tanganku diremasnya
“Tidak Han .. aku tak memikirkan itu .. aku ada masalah lain dengan mantan suamiku “
“Sungguh ?” tanyaku meminta kepastian
Dipandangnya diriku dan diberikan ciuman di bibirku
“Sungguh, sayang “ kata Andi Soraya dengan senyuman yang manis
“Terima kasih Mbak Soraya “ kataku sambil mengecup dahinya
“Han .. aku selalu butuh itu .. maukah kau selalu meluluskan permintaanku ?”
“Selalu, sayang “ kataku dengan teduh dan memandangnya
“Oke Han .. lalu apa yang harus kulakukan ?”
Aku tak menjawab dan pergi ke ruang tengah menyalan TV, Andi Soraya menyusul kemudian
Tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi, Aku menyahut kalem,
"Bagaimana kalau kamu menari bugil..".
"Apa?", jerit Andi Soraya sambil lebih membelalakkan matanya,
"Ih, pikiranmu jorok ah!". ujar Andi Soraya sambil mendekat diriku
Aku terlonjak karena dicubiti oleh Andi Soraya di pinggang, di perut, di paha, di dada, di mana-mana. Aku itu tertawa-tawa kegelian, dan senang karena bisa membuat Andi Soraya terdesak dalam perdebatan. Sekarang aku tinggal menunggu, maukah Andi Soraya melakukan apa yang kuminta itu.
Setelah puas mencubitiku, Andi Soraya berseru, "Baik! Jangan tinggalkan tempat.., Saya akan kembali sebentar lagi!"
Aku tersenyum enteng, tetapi sesungguhnya aku berdebar juga. Tegang sendiri memikirkan apa yang akan dilakukan Andi Soraya.

Andi Soraya menghilang ke dalam kamar cukup lama. Aku berkali-kali menengok, kuatir jangan-jangan Andi Soraya meninggalkannya tidur. Jangan-jangan ia mempermainkan aku, pikirnya. Tetapi aku tidak beranjak dari kursi di depan TV yang sudah menyelesaikan tayangan siaran berita, berganti siaran musik. Aku masih menunggu, dan berharap akan benar-benar mendapat "pertunjukan istimewa" dari Andi Soraya.

Lalu tiba-tiba lampu ruangan mati. Aku tersentak, dan belum sempat menengok mencari siapa yang iseng mematikan lampu, TV-pun ikut mati. Sialan! sergahku itu, Andi Soraya ternyata membawa remote control, dan pasti dia yang iseng.
"Jangan becanda, ah.." Aku hendak mengeluh, tetapi lalu lampu di pojok ruangan menyala. Sinarnya hanya temaram, menimbulkan suasana romantis. Dan di sana.., di depan pintu kamar tidur.., Andi Soraya berdiri dengan daster tipis yang menampakkan bahunya yang putih mulus. Ada tali kecil yang mengaitkan daster itu ke bahunya. Dalam sinar yang temaram, Andi Soraya tampak bagai sebuah manequin di etalase toko. Daster itu terlalu tipis untuk bisa menyembunyikan tubuhnya yang telanjang. Tetapi karena sinar temaram, Aku tidak bisa melihat seluruh tubuh Andi Soraya. Aku itu melongo.
"E-e-e.." Andi Soraya berbisik sambil mengacungkan dan menggoyang-goyangkan telunjuknya.
"Jangan beranjak dari tempat duduk.."
Aku yang sudah siap bangun, kembali duduk, lalu tersenyum menikmati pemandangan di depanku. Boleh juga gaya Andi Soraya. Mari nikmati saja pertunjukkan ini.

Andi Soraya melangkah perlahan meninggalkan pintu kamar ke arah tengah ruangan. Langkahnya gemulai, meniru Nadine Chandrawinata di cat walk. Sudah beberapa kali Andi Soraya menonton sahabat cantiknya itu beraksi. Ia sudah tahu bagaimana berjalan agar terlihat seksi dan menawan. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis menggoda. Satu tangannya di letakkan di belakang pinggangnya, dan satu lagi melenggang santai. Aku tersenyum lebar. Bravo! tukasku dalam hati,!

Sekitar tiga langkah di depanku yang tertegun, Andi Soraya berhenti. Perlahan-lahan wanita seksi itu memutar tubuhnya 360 derajat. Aku berhenti tersenyum. Aku menahan nafas, melihat tubuh Andi Soraya melintas bagai film slow motion, menerawangkan kemulusan yang tak tertutup oleh pakaian dalam. Payudara yang sintal dan tegak menantang itu terlintas, perut yang datar dan dihiasi noktah pusar bagai lesung pipit, lembah di antara dua paha yang samar-samar terlihat, dua bukit di pantatnya yang padat berisi sungguh menggemaskan. Satu persatu pemandangan indah itu melintas untuk kutatap sepuas hatiku.

Andi Soraya melakukan gerakan memutar perlahan itu dua kali. Satu ke arah kiri, satu lagi ke arah yang berlawanan. Setelah putaran kedua, Andi Soraya diam sejenak menghadap ke arahku dengan kedua kaki tegak agak terentang. Andi Soraya menahan tawa melihatku menelan ludah berkali-kali.
Lalu, sambil tetap berdiri tegak terentang itu, Andi Soraya perlahan-lahan mengangkat satu tangannya untuk diletakkan di belakang leher. Ketiaknya yang bersih mulus segera terpampang, dan seberkas keharuman yang lembut menyeruak penciumanku, membuatku itu menghela nafas dalam-dalam. Andi Soraya juga kemudian menahan nafas, ketika dengan perlahan-lahan, menggunakan satu tangan yang lainnya, Andi Soraya menurunkan kait daster di bahu kirinya.

Daster itu merosot sedikit. Pelan-pelan bagian atas payudara kiri Andi Soraya menyeruak. Aku menelan ludah. Bukit indah di dada Andi Soraya itu terlihat indah kalau hanya sebagian terkuak. Samar-samar aku bisa melihat puting susunya yang kini menjadi satu-satunya penyangga sehingga daster itu tidak merosot terus untuk menampakkan seluruh bola putih mulus. Ingin rasanya aku bangkit dan menarik daster itu.
Lalu Andi Soraya menggunakan tangan yang tertumpang di belakang lehernya untuk melepaskan kait daster yang lain. Dan seperti sebelumnya, daster itu merosot perlahan. Kini tertahan oleh tangan Andi Soraya yang berada di depan dadanya, sedikit di bawah kedua putingnya. Dengan cara ini, Andi Soraya menampilkan bagian atas kedua payudaranya yang ranum membusung menawan itu. Aku menelan ludah lagi, sungguh seksi terlihat Andi Soraya, dengan dua bukit yang mengintip malu-malu dan bahu mulus terpampang bebas. Ingin sekali aku membenamkan mukaku di sana. Ingin sekali!

Sambil tersenyum menggoda, Andi Soraya menurunkan sedikit tangannya yang berada di depan dada. Sedikit saja, sehingga kini sebagian dari putingnya tampak mengundang selera. Lalu wanita itu melangkah mundur perlahan-lahan. Aku mengernyitkan dahi agar bisa terus memandang jelas.

Setelah cukup jauh, dan bahkan hampir menyentuh tembok di seberangku, wanita seksi itu berhenti lalu berputar membelakangiku. Sambil menengok dengan gayanya yang manja, Andi Soraya menggunakan satu tangannya untuk menarik bagian belakang dasternya pelan-pelan ke atas. Aku terhenyak di kursi, merasakan nafasku cepat memburu, ketika melihat paha Andi Soraya yang mulus tersingkap sedikit demi sedikit. Kain tipis itu terus naik, perlahan-lahan menampilkan bagian belakang tubuh Andi Soraya yang indah dan menggemaskan. Aku menahan nafas, ketika seluruh bulatan seksi pantat Andi Soraya terpampang bebas. "Oh.., mengapa ia harus berdiri jauh-jauh begitu!", keluhku.

Apalagi kemudian perlahan-lahan Andi Soraya merenggangkan kedua kakinya dan perlahan-lahan pula membungkuk sambil tetap menahan tepian daster di pinggangnya. Aku semakin terhenyak di kursi, memandang Andi Soraya pelan-pelan menungging. Pantatnya yang seksi pelan-pelan menjadi bagian yang paling tinggi. Dan.., Wow.., kewanitaan Andi Soraya terlihat indah dari belakang, agak sedikit terkuak menampakkan bagian yang tersembunyi. Aku menelan ludah entah sudah berapa kali, belum pernah aku melihat Andi Soraya begitu menggiurkan seperti ini. Tak sadar, kejantananku menegang membentuk sebuah tonjolan di depan celanaku.

Untuk beberapa jenak Andi Soraya tetap membungkuk memamerkan bagian paling sensual dari tubuhnya. Setelah hitungan ke sepuluh, cepat-cepat wanita itu menegakkan lagi tubuhnya, sekaligus melepaskan dasternya turun menutupi kembali pantatnya. Aku mendesah kecewa, dan Andi Soraya menahan tawanya.

Lalu Andi Soraya berbalik lagi menghadapku. Masih dengan posisi kaki agak terentang, ia melepaskan pegangan tangannya pada bagian atas dasternya. Dengan cepat, karena sudah tak terkait lagi di bahu, daster tipis itu meluncur turun. Tubuh yang menggiurkan, mulus tanpa cela, seksi, sensual, erotis, menggemaskan, mengundang remasan, putih bersih halus. Wow!, Aku berkali-kali menjerit kagum di dalam hati. Baru kali ini, ia bisa betul-betul menikmati pemandangan tubuh Andi Soraya, padahal sudah 2 ronde kami bercumbu bertelanjang bulat. Tetapi baru kali ini aku sadar bahwa Andi Soraya adalah sebuah keindahan yang tidak hanya harus digumuli diremas, tetapi juga dipandang sepenuh kalbu.

Andi Soraya menarik sebuah kursi di dekatnya. Pelan-pelan ia duduk, tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya dariku, tanpa berhenti tersenyum tipis menggoda. Setelah duduk, perlahan-lahan Andi Soraya mengangkat satu kakinya untuk ditopangkan di sandaran kursi. Pelan-pelan Aku melihat selangkangan Andi Soraya terkuak. Aku menahan nafas menunggu sampai lembah cinta yang selalu kunikmati untuk ditelusuri dengan jari atau lidahku itu betul-betul terkuak sempurna. Wajah Andi Soraya merona nakal dan genit menggoda, ketika akhirnya kakinya tertumpang di sandaran kursi. Selangkangannya terkuak sempurna. Terpampang sepenuhnya untuk dipandang sepuasnya oleh diriku
Aku bersiap untuk bangkit, tetapi gerakannya terhenti karena Andi Soraya cepat sekali mengangkat telunjuknya dan berdesah seksi,
"Ssst.., jangan beranjak.., tetap di tempatmu..".

Aku kembali duduk, dan lalu membelalakkan mataku melihat apa yang sedang dikerjakan Andi Soraya.

Andi Soraya memasukkan satu jari tengahnya ke mulutnya. Pelan sekali, dengan gaya seksi, wanita itu menyedot-nyedot jarinya sendiri, membuatnya basah dari ujung sampai ke pangkalnya. Lalu, Andi Soraya menggunakan jari yang basah itu untuk membuat sebuah alur. Pelan-pelan ia mengguratkan jarinya dari dagu, turun ke leher, turun ke antara dua bukit payudaranya, berputar naik ke salah satu putingnya yang segera bereaksi tegak lalu turun lagi ke perutnya, berputar-putar di pusarnya lalu terus turun. Aku menelan ludah dan menahan nafas. Jari itu terus turun ke selangkangan menyerong sedikit untuk melintas cepat di lepitan pertemuan antara paha dan pinggulnya lalu menyelinap di antara dua bibir kewanitaannya. Naik ke atas sampai ke lepitan yang menyembunyikan tombol asmaranya berputar sejenak di sana lalu turun lagi.

Mulut Andi Soraya terbuka sedikit, senyumnya menghilang. Wanita sensual ini tadinya hendak menghapuskan gerakan ini dari acting-nya. Tetapi entah kenapa kini ia ingin melakukannya

Nafasku memburu keras. Aku sudah sangat terangsang oleh semua pertunjukkan Andi Soraya, tetapi kali ini benar-benar aku nyaris tak tahan karena apa yang dilakukan Andi Soraya. Wanita yang selalu menggiurkan bagiku itu melakukan hal yang tak terduga, merangsang dirinya sendiri di hadapanku. Betapa erotiknya pemandangan itu.., melihat seseorang selingkuhan merangsang dirinya sendiri, terbuka tanpa tedeng aling-aling menikmati jarinya yang lentik turun naik menelusuri lembah cintanya.

Dan Andi Sorayapun merasakan darahnya berdesir cepat ketika perlahan-lahan kenikmatan datang dari gerakannya sendiri. Ia sendiri tak kuasa lagi mencegah gerakan tangannya, yang seakan-akan secara otomatis naik turun sepanjang kanal senggamanya. Pelan-pelan kanal itu semakin basah, dan semakin lancarlah perjalanan sang jari yang lentik.

Untuk beberapa saat Aku ragu-ragu, apakah aku harus membantu? pikirku. Tetapi aku lalu memutuskan untuk duduk saja menonton gerakan-gerakan erotis itu. Wajah Andi Soraya kini merona merah, dan matanya meredup sayup. Mulutnya semakin terbuka, dan nafasnya mulai terdengar memburu. Berkali-kali ia kelihatan menggeliat tertahan, terutama jika ujung jarinya seperti tak sengaja menyentuh bagian atas kewanitaannya.

Andi Soraya tak bisa menahan sebuah erangan keluar dari mulutnya. Sejenak ia memejamkan mata, mengurut-urutkan jarinya agak lebih keras di kanal cintanya. Beberapa kali ia melakukannya. Lalu ia membuka mata kembali, memandangku yang masih duduk dengan wajah terpesona. Ia tersenyum manis. Sambil tetap tersenyum, cepat-cepat ia bangkit dan melangkah menuju kamar. Gerakan ini dilakukan tiba-tiba, karena memang dimaksudkan sebagai surprise.

Aku tersentak ketika menyadari Andi Soraya telah hampir sampai di kamar. Aku ragu-ragu, apakah sudah boleh berdiri dan ikut ke kamar? Aku hendak bertanya, ketika dilihatnya Andi Soraya berhenti di ambang pintu dan menengok ke arahnya dengan gaya manja campur genit. Lalu Andi Soraya berkata pelan nyaris berbisik, "Kalau mau masuk, ketok pintu dulu, ya!".

Belum sempat Aku mencerna ucapan itu, Andi Soraya sudah menghilang masuk kamar dan menutup pintu. Ketika terdengar suara kunci diputar, barulah Aku terlonjak bangun. Cepat-cepat aku melangkah ke kamar, dan mengetuk. Satu kali, tidak ada reaksi. Dua kali, hanya terdengar Andi Soraya bergumam tak jelas. Tiga kali, terdengar langkah menuju pintu. Empat kali, terdengar suara Andi Soraya menggoda dari balik pintu,
"Siapa itu?".
"Buka, dong, Yang..", ujarku dengan gaya memelas.
"Nanti dulu, saya pakai baju dulu.." kata Andi Soraya sambil menahan tawa.
"Aku nyerah, Yang.., Please jangan pakai baju lagi.." kata Aku betul-betul penuh dengan permohonan yang tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar