Senin, 12 Agustus 2013

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bibir kami sudah saling melumat. Aku merasakan lidahnya mencoba masuk ke dalam mulutku, aku pun menyambutnya. Tak lama kemudian lidah kami saling membelai. Ah, ciuman kali ini sepertinya lebih bernafsu.
“Eling nak… Insyaf…” terdengar suara ibuku dari dalam lubuk hati
“Udaaaah… inilah saat yang tepat buat melepas keperjakaanmu” tiba-tiba terdengar suara Maria Ozawa dalam bahasa Indonesia entah dari mana.
Raisa memelukku erat, aku membelai rambutnya yang lurus sepunggung. Raisa melepas ciumannya, menatapku sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum dan menyosor bibirnya. Raisa menghindar, menolehkan kepalanya sambil tertawa, pipinya yang putih bergetar-getar lucu. Karena gemas, kucium saja pipinya itu, lembuuuut kaya marshmallow gaan^^ “Mmmmh.. “ raisa melengguh sambil tersenyum, ia memegang kepalaku dan mengarahkan ke lehernya.
Aku mengerti apa maksudnya. Aku menyibakkan rambutnya, harum dan segar. Aku menciumi leher Raisa yang putih. “Aaaaah.. jay…” raisa mulai mendesah-desah, ia membekap kepalaku erat, sambil membelai rambutku. Tanganku melingkar menusap-usap punggungnya lembut.
“Mmmh… oh… umh..” desahan Raisa membuatku khilaf bin nafsu, Tanganku meremas payudaranya dari luar t-shirt, raisa masih menggunakan BRA rupanya –sial-.
“Ajaaay… aaah… jangan jay..”
Aku menjilati leher raisa turun ke arah tulang selangka-nya, menghisap-hisap pelan dada-atasnya yang menonjol dari leher bajunya yang longgar.
“Aaaaah” Raisa mendesah, kepalanya mendongak, lehernya yang putih terpampang di hadapanku. Aku langsung menerkamnya dengan buas.
“Jjaaay! Jangan!!” Raisa mendorong tubuhku keras ketika aku mencoba menggigit lehernya.
Duh, gawat… aku khilaf.. kalau dia lapor ke Grace atau Manajer-nya gimana nih.. bisa-bisa aku masuk penjara karena pelecehan seksual..
“Jangan dibuat cupang napa…” raisa tampak kurang senang. “Kan gak enak nanti sama yang lain.”
“Iya.. maaaf2.. aku khilaaaf”
“iih.. duuh, ada bekasnya ga?” raisa tampak panik, memeriksa lehernya
“aman.. gak ada kok..”
Raisa tidak percaya, ia bergegas berlari ke arah kaca di kamarnya. Meninggalkanku yang pucat pasi.
Duh, rasaya aku ingin kabur dan bersembunyi di pedalaman Papua.
Aku sedang membayangkan naik pesawat twin otter di Puncak Jaya, ketika Raisa kembali duduk di sampingku membuyarkan lamunanku.
“Ih Ajay nakal banget siih..”
“Iya.. maaf maaf..”
“Huu.. jangan bikin cupang-cupang dong, kan gak enak kalau dilihat orang”
“Maaaf.. jangan bilang-bilang yaa..”
“Hihihihi.. gak mungkin kali aku bilang-bilang, bisa hancur reputasiku. Kamu kali yang bilang-bilang”
“Ya elah, mana mungkin aku bilang-bilang ke orang. Aku cerita-pun ga ada yang percaya, paling-paling diledek: bukan sama Raisa, sama Raimond kali”
“Hehehe.. kamu lucu juga ya..”
“hehe” aku tersenyum terpaksa
“Jago lagi, dibanding Kamga, kamu lebih jago tahu..” (Buset, ane dibandingin sama mantannya)
“Ah, yang bener?”
“Iya, bohong ah kalau kamu masih virgin, hayooo belajar dari mana?” selidik Raisa
“Emm eh.. belajar ama Miyabi, Sora Aoi, Rin Sakuragi, Sasha Grey, Brandibelle, Nicole Graves..” aku menyebutkan segenap nama bintang bokep
“Hihihihi…”
“kenapa?”
“Kamu polos banget siiiih” Raisa tiba-tiba meremas-remas pipiku gemas
“Eh, jangan.. nanti ane.. eh aku khilaf lagi..”
“Khilaf juga gak papa hehe” Raisa berhenti meremas pipiku, ia tersenyum, mentatap mataku lembut. Raisa membelai rambutku, mengecup keningku. Sejenak kemudian, kami sudah berciuman bibir sambil berpelukan di sofa itu. Lembut, lama sekali.
Aku berkata pada dalam hati: Jikalau ini mimpi, aku tak ingin terbangun.
Aku membelai rambut Raisa, mengelus pipinya.
“Kamu yakin ga khilaf?” aku teringat kembali perbedaan kasta di antara kami.
Raisa tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa?”
Raisa tersenyum dan menggeleng.
“Hah? Kok Cuma ngangguk dan geleng-geleng?”
Raisa tersenyum, mengangguk dan menggeleng.
Aku bingung. Aku teringat Oom Sigmund Freud pernah mengatakan “Wanita adalah makhluk yang sulit dimengerti, karena ia sendiri tidak mengerti apa yang diinginkan dirinya sendiri.”
“Kamu janji ya Jay, apapun yang terjadi malam ini cuma rahasia kita.”
“Iyaa.. lagian siapa yang mau percaya aku ngapa-ngapain sama Raisa.”
“Hihi iya,. Paling kamu dikira sama Raimond.”
“Atau Rahmat.”
“Hihihi.. kamu lucu banget siiih” Raisa menciumi wajahku. Kusambut ciumannya.
“Mmmh.. mhh” kedua bibir kami saling melumat, Kuberanikan menyusupkan tanganku ke balik kaus-nya.
Aku mencoba meraih kait Bra Raisa, dan membuka-nya seperti yang biasa kubaca di krucil.com. Ternyata praktek lebih susah dari teori. Lama aku berusaha membuka kait BH Raisa tapi hanya bisa membuka satu kait paling atas, masih ada 2 lagi.
“Hihihihi” Raisa tertawa manis.
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku.
“repot banget sie… sini” Raisa membuka kausnya dan melemparnya ke wajahku. Dadanya yang indah terbungkus sepasang cup berwarna hitam dengan pinggiran pink.
Raisa membuka sendiri kait bra-nya. Aku menelan ludah.
“Hihihi.. awas serius amat.. awas jantungan loh..”
“Wah, kalau ane.. eh aku mati di sini.. aku gak bakal nyesel”
“Haha.. ada aja sih jawabanmu..”
Raisa melempar penutup dadanya itu ke lantai. Seketika itu juga terpampanglah dua buah gundukan indah berwarna putih, yang bulat sempurna. Putingnya berwarna coklat muda, -mendekati pink mungkin-. Aku melongo.
“Hihihi… ngeliatinnya sampai sebegitunya, biasa aja kali.. Punyaku juga gak gede-gede amat kok” Raisa memainkan payudaranya di depanku.
“Ya elah, Gimana mau biasa aja.. paling banter aku ngeliat toket-nya Miyabi” Aku hendak menyosor puting Raisa, tetapi dicegahnya.
“Eit-eit, kamu buka juga dong…”
“Yaaah,.. jangan deh.. tar kamu gak nafsu liat dadaku” kataku asal
“Kenapa?”
“Banyak bulunya.. kurang tulisan ‘welcome’ aja jadi keset dah”
“hihihi.. asyik dong” Raisa tertawa, manis sekali.
Raisa membuka kausku, aku manut saja.
“wah, seksiii bangeeet!!!” Raisa malah memainkan bulu dadaku. Geli. Aku ikut memain-mainkan putingnya. “Mmmmh” Risa melengguh, matanya memejam, ditariknya kepalaku ke wajahnya.
Kamu berciuman lagi sambil berpelukan dengan erat. Payudara-nya yang kenyal menempel di dadaku.
Tangan Raisa memeluk erat kepalaku. Bibirnya melumat bibirku dengan rakus. Aku mengimbangi permainannya, kugigit lembut bibir bawahnya. Raisa membalasnya dengan menyapukan lidahnya ke bibirku. Aku mengerti isyaratnya, kusambut lidahnya dengan lidahku.
“Mhhh.. mhhh..” suara kami tidak jelas.
Di bawah, tanganku asyik meremas-remas kedua payudara Raisa, putingnya kupilin lembut.
“Ooooh..” Raisa berteriak, kepalanya mendongak, ciumannya terlepas. Langsung kusergap lehernya yang jenjang itu. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini aku hanya menjilati pelan lehernya yang berwarna putih. Lidahku menari-nari lincah sampai belakang telinganya.
“Aaah.. aaah..” Raisa hanya mendesah-desah keenakan. Matanya terpejam. Tangannya mendekap erat kepalaku, diarahkannya ke bawah –ke arah payudaranya-. Aku paham maksudnya. “Ohhh..” Raisa berteriak, saat kugigit lembut dadanya yang kenyal. Matanya terpejam, tubuhnya mulai bergerak liar.
“Aaaaw.. “ Tiba-tiba dibekapnya kepalaku di antara belahan dadanya. Jujur saja aku jadi sedikit sulit bernafas.
“Hhhmh.. mhaku nggak mbihsha nahfas….” (maksudnya: aku gak bisa nafas)
“Oooh.. ohh.. eh apa”
“set, semangat banget.. awas aku kehabisan nafas…”
“hehehe.. maaf2..” kata Raisa
Hampir saja aku masuk koran Meteor Jogja “Gara-gara Nyusu, Seorang Mahasiswa Tewas di Kamar Hotel Artis Cantik.”
“Lanjut?” kataku.
Raisa hanya mengangguk lemah.
Kali ini aku menggarap payudara kanannya. Lidahku bergerak pelan memutari payudaranya. Pelan-pelan menuju tengah –ke arah putingnya-
“Ooogh..” Badan Raisa terangkat saat aku mengulum putingnya. Kali ini aku mempraktekkan ilmu yang kudapat dari suhu-suhu sekalian: aku mengulum puting susu Raisa, kutarik ke atas pelaan.. lalu kulepaskan… kuhisap lagi, kutarik lagi, lalu kulepas.. (bisa dibayangin ga gan?) seolah-olah bermain-main dengan birahi Raisa.
“Aaaah.. Ajayy… ajaaay.. kamu.. belajar.. di.. manaaa?”
“Uh.. sama.. suhu-suhu.. di krucil…” aku tidak bisa berpikir jernih
“Aaah.. apa? Ooooh!!”
“AAAAH.. Jaaaaay..” Raisa tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, punggungnya melengkung ke atas, kepalanya mendongak, matanya menatap langit-langit dengan nanar. Aku mempercepat kulumanku. Tubuhnya bergerak-gerak liar. Inikah namanya orgasme? Tak kusia-siakan kesempatan ini (kalau di game namanya serangan critical) segera kuarahkan tanganku ke arah vagina Raisa.
“Ohh ohh” badan Raisa melengkung ke atas. “Jay.. jangan.. aaah” tangan Raisa mencoba menepis tanganku. Aku tetap nekat, kuberanikan menyentuh kemaluan Raisa dari dalam. Aku bisa merasakan bulu-bulu halus, saat kutelusupkan tanganku ke balik celana dalamnya.
“Oooh…” Raisa mulai mendesah-desah saat jariku membelai bibir vaginanya yang sudah basah dengan lendir. Jariku menyentuh tonjolan daging yang tegang. Raisa menggelinjang hebat setiap kali aku menyetuhnya.
Raisa tiba-tiba meraba kemaluanku, sepertinya ia terbawa nafsu. Tangannya merogoh ke dalam celana ¾ yang ku kenakan. Karena aku orangnya pengertian, maka kupelorotkan saja celana luarku. Tangan Raisa langsung merogoh ke dalam celana dalamku dan meraih batang penisku yang berdiri tegak.
“Eit-eit, kamu buka juga dong…” cegahku.
“iiih ikut2an aja..” wajahnya manyun, tapi tetap lucu.
Raisa menurunkan celana panjang batiknya. Terpampanglah kedua pahanya yang putih dan mulus. Aku menelan ludah melihat tubuh Raisa yang putih dan langsing, hanya ditutupi celana dalam hitam dengan pinggiran merah muda.
“Itu ga dibuka?” kataku
“Enggaaa!”
“kenapa? Ada tulisan ‘welcome’nya ya? hehehe”
“Ugh” Raisa mulai mengocok batang penisku. Aku mengimbanginya dengan memainkan clitoris-nya.
“Ah.. ah.. ah.. Jayyyy.” Raisa menjerit-jerit seiring ritme pijatan yang kunaikkan. Raisa memeluk tubuhku erat. Matanya terpejam seperti kesakitan, wajahnya memerah. Tubuh Raisa kejang-kejang hebat dalam pelukkanku. Aku merasakan cairan hangat keluar di antara selangkangannya.
Raisa terenggah-enggah, tubuhnya basah oleh keringat. Rambutnya tergerai di atas sofa. Raisa tersenyum ke padaku, ia merangkul leherku. Kami berciuman lagi, ia memelukku erat sehingga sekarang posisi tubuhku menindih tubuhnya.
Secara naluriah, aku menggesek-gesekkan kemaluanku yang masih ditutupi CD.
“Hihihi” Raisa tertawa.
“Kenapa?”
“Salah posisi tuh” Raisa membuka pahanya, mengarahkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oh, sekarang sudah pas?’
Ia mengangguk sambil tersenyum. Aku menggesek gesekkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oooh..” Raisa terpejam keenakan.
Aku mengecup bibirnya, dan kami saling melumat. Raisa melingkarkan lengannya di punggungku. Kedua pahanya memeluk pantatku erat. Tubuh kami saling bergesekan, aku merasakan dadanya yang kenyal basah oleh peluh. Oh, jadi yang seperti ini namanya petting ya
“Hah.. hah.. hah..” Wajah Raisa Raisa memerah.
“Ugh ugh” aku terus memompa, tubuh kami basah oleh peluh.
“Hah.. Jay… mmasukin aja…
“Yakin?” Aku ragu, yang di depanku ini penyayi top, bung!
Raisa mengangguk lemah. Ia memelorotkan celana dalamnya. Sekarang ia terbaring tanpa ditutupi sehelai benangpun. Raisa tersenyum kepadaku, dan membuka pahanya. Aku bisa melihat vaginanya dengan jelas, rapat berwarna pink. Diatasnya tumbuh rambut halus.
Aku memelorotkan celana dalamku. Batang penisku yang tegang mengacung gagah.
Kalau ditanya berapa ukurannya: Standar orang indonesialah (jawaban aman dan diplomatis hahaha).
Sejenak aku terdiam. Tinggal selangkah ke seberang untuk melepaskan keperjakaanku.
“Raisa..”
“Apa?”
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku mulai berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.
Raisa mencubit kepala penisku “sakit ga?”
“Aduh, iya sakit”
“Berarti kamu ga mimpi sayang”
“Raisa..”
“Apa?”
“Kamu harus ingat, yang ngambil perjaka-ku kamu lho..”
“Hihihi..” iya malah tertawa, wajahnya cantik dipenuhi keringat. “Ayo kalau kelamaan, malah jadi perjaka seumur hidup lho”
Kesempatan terakhir untuk melepas keprjakaanku nih. Aku menggesek-gesekkan mulai kepala penisku ke bibir vaginanya. Raisa terpejam keenakan.
Aku mencoba memasukkan penisku kedalam liang vagina Raisa yang basah oleh lendir. Licin, susah banget masuknya.
Raisa tersenyum
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku
Raisa membimbing kepala penisku memasuki vaginanya. Bless, kepala penisku tertelan. Terasa hangat dan basah
“OOOhhh” Raisa menjerit perlahan, ia menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam bantalan sofa. Aku mendorong penisku memasuki lubang sesat itu, terasa licin dan sempit. “Ugh..” aku kegelian, sensasi ini baru pertama kali kurasakan. Lebih nikmat dari coli dengan menggunakan mentimun yang dihilangkan isi-nya.
Sekarang penisku sudah terbenam seluruhnya dalam liang vagina Raisa.
HASTA LA VISTA VIRGINITY
Selamat tinggal keperjakaan
Selamat tinggal 22 tahun penuh penantian
Selamat tinggal mentimun laknat!
“H.. h.. h.. yah udah ga perjaka deh” kata Raisa sambil tersenyum
“Gak papa.. kalau hilangnya sama kamu”Aku mengecup keningnya. Raisa tersenyum, tangannya dilingkarkan di leherku. Ia mengecup bibirku lembut. Tak lama kemudian kami sudah saling menghisap dan membelai.
Secara naluriah aku menggerakkan pinggulku,
“U,mmmh…” desahan Raisa tertahan di bibirku
Aku merasakan batang penisku dipijat oleh dinding vagina saat penisku keluar-masuk vagina Raisa. Aku menarik keluar penisku, menghujamkannya lagi ke dalam.
“Ohhh.. jay.. aah..”
“Uhmh.. ah..”
“Oooh ohh,. Terus jay..
“Oh.. oh… iyah”
“Ahh.. ah.. gitu.. terus jaaay..”
“Gini?”
“Iyaah.. lebih cepet jaay! aah.. aah aah..”
Tubuh telanjang kami bergesekan dengan liar. Tangan Raisa memeluk erat punggungku, sementara pahanya dilingkarkan di pantatku. “Plok.. plok.. plok…” suara kedua paha kami yang beradu terdengar kencang seiring kunaikkan RPM kocokanku. Suara yang biasanya hanya kudengar di bokep kini terdengar begitu nyata.
Penisku terasa geli sekali di dalam sana. Aku merasa aku akan ejakulasi. Aku teringat saran dari para suhu untuk berkonsentrasi membayangkan hal lain. Aku membayangkan www.sukatoro.com. Aku tidak jadi ejakulasi.
“Oh.. aaaaah… aaaah..” Raisa berteriak-teriak.
Aku melirik wajahnya, kulitnya bersemu merah dipenuhi oleh butiran keringat. Ah, Raisa bertambah cantik apa bila sedang terangsang. Matanya terpejam, bibirnya yang seksi menggap-menggap. Karena nafsu langsung kulumat saja bibir itu
“Mmmmh…”
“Mmmh mmmh”
“Ammmh..”
“Hmm mhhp”
Hanya lengguhan tertahan yang terdengar di tengah pergumulan kami. Tangan kiriku bertumpu pada sofa, semntara tangan kananku meremas payudara Raisa. Ia mengernyitkan keningnya.
“Aaaaaaa!!” Raisa berteriak panjang, ia menjambak rambutku.
Aku merasakan didnding vagina Raisa berkedut-kedut bagaikan menyedot batang penis-ku
“ugh.. ugh.. aku.. mau keluar nih..” kataku
“Aaah.. aaah.. tahan.. sebentar.. jay.. aku bentar lagi”. Kata Raisa, pelukannya semakin erat.
Aku tak mau mengecewakannya. Aku segera membayangkan hal lain: bokep maho yang tak sengaja kutonton tempo hari (baca: Jay: Clothed Female Naked Male ),, tapi nafsuku malah menjadi. Hah? gawat!!. Segera kualihkan pikiranku pada wajah guru Fisika-ku waktu SMA.
“Jaaaay… aaku… keluar… aaaah aaaah…!!!” Raisa berteriak, tubuhnya bergerak-gerak liar. Mengejang-ngejang hebat dalam pelukannku. Ia memeluk tubuhku erat, sangat erat sampai kukunya mencakar punggungku.
“Aaaa.. aaaaaaa..” Raisa menjerit panjang. Wajahnya memerah.
Aku merasakan otot-otot dinding vagina Raisa berkontraksi. Penisku disedot serasa disedot oleh vakum cleaner.
“Raisaaa.. aku juga kkee..luaaar” aku berteriak
“Hahh haah.. keluarin di luar jaaay”
Aku segera mencabut penisku. Tubuhku mengejang. Kutumpahkan spermaku di atas perut Raisa. Tungkaiku terasa lemas sekali, lalu aku ambruk ke atas tubuh Raisa.
“Hhhh.hhh…. h…” kami terenggah-enggah. Tubuh telanjang kami yang dipenuhi peluh (dan pejuh) saling berpelukan. Raisa membelai punggungku lembut. Aku mencium pipinya yang mulus. Ia tersenyum.
“Makasih ya sayang..” Kata Raisa
What?! Dia me memanggilku ‘sayang’
“Hmm iya sayaang” aku ikut-ikutan deh
“Hihihi” dia ketawa deh
“Raisa..”
“Apa?”
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku kembali berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.
“Mungkin” katanya sambil tersenyum nakal
“Yaaah…” kataku
“kenapa? kecewa ya?”
“Coba mimpi basah-nya sama Farah Quinn” kataku
“Huuu” Raisa memukul mukul dadaku.
“Hehehe canda-canda.. udah mending mimpi basahnya sama Raisa, daripada sama Ivan Gunawan”
“Hihihi.. kamu kocak banget sih”
“Hehe.. siapa dulu dong, Ajay Vijay Hotahai…”
“Tapi..” kata Raisa
“Tapi apa?” aku penasaran
“Kalau kamu mimpi basah sama Ivan Gunawan, kamu pasti mau” goda Raisa
Aku melotot.
RAISA: ACT 3
Ternyata yang terjadi malam itu bukanlah mimpi. Setelah kami membersihkan tubuh, kami masih berbincang-bincang sambil telanjang bulat. Raisa mengatakan bahwa kalau sendirian di rumah, dia biasa tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku hanya manggut-manggut. Aku menceritakan pengalamanku ditelanjangi oleh teman-teman (baca: Jay: Clothed Female Naked Male ), dan pergi ke nudist resort di Bali (baca: Nudist Resort . Raisa tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
“Bentar jay..” raisa beranjak.
Aku bingung, sejenak kemudian Raisa memanggilku. Ia sedang mengutak-atik laptop, tak lama mengalun sebuah lagu. Aku tahu lagu itu dinyanyikan Raisa, tapi aku tak tahu judulnya. Not a big fans of her,.. umm at least before this night hehe
Raisa menggamit lenganku.
“Shall we dance?” katanya sambil tersenyum. Raisa melingkarkan lengannya di leherku. Aku memeluk pinggangnya lembut. Kami berdansa pelan dengan tubuh yang tak tertutup apapun.
Lamat-lamat terdengar lagu memenuhi ruangan.
“kupersembahkan cintaku
Rasa-rasa terdalam
Sejuknya awalku
Bila di dekatmu
Kuingin berada di dekatmu”
“Jay..” kata Raisa
“yaaa?” jawabku…
“Jangan pulang dulu ya..”
“………”
“Tadi kita kan baru main satu gaya hehehe..” Raisa tersenyum nakal
aku menelan ludah, penisku berdiri lagi.
Aku membuka-buka kulkas kecil di kamar hotel Raisa, ada berbagai macam minuman. Aku mengambil satu kaleng coca-cola, lumayan mumpung gratis (keliatan banget mahasiswa gak modal wkwkwk). Buru-buru aku meminumnya sambil memperhatikan Raisa yang sedang mengeringkan tubuh telanjangnya. Rambutnya masih basah setelah mandi, tergerai menutupi payudaranya yang ranum. Ugh, penisku yang tidak ditutupi apa-apa jadi setengah berdiri.
“Jay, kamu bobok di sini ya..”
“Uhuk… uhuk..” aku tersedak, coca-cola yang kuminum berhamburan di lantai.
“Iyaa.. plis plis plis.. besok aku kan udah balik ke Jakarta”
“Aku sih mau aja, tapi tar kalau ketahuan Manajer kamu gimana? Kalau ketahuan sama panitia yang. lain? Kalau ketahuan pak RT? Pak hansip? Pak lurah? Kan bisa berabe.”
“Iiiih.. tuh kan ada aja jawabannya” Raisa cemberut. “ udah, pagi-pagi banget kamu balik ke kamar kamu.”
“Hmm males ah” godaku.
“Ihh kamu gitu deh..”
“hehe canda canda.. kapan lagi bisa nolak artis cantik.. aku pinjam kamar mandi ya”
“Hehe..” Raisa nyengir.
Aku segera ke washtaffel, membuka plastik sikat gigi yang disediakan hotel (gratisan euy) malu nanti kalau bangun tidur nafas bau naga.
Aku mandi sebentar, sambil membayangkan tidur sama Raisa, asyik asyik . Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan di pinggangku.
Hah? Raisa terbaring di atas ranjang king size itu tanpa busana.
“Buset dah, gak takut masuk angin?
“Hihi.. biasa kali aku tidur bugil.. di luar negeri juga orang-orang pada tidur bugil”
“Yaaaah, aku mau dah jadi selimutnya”
“Hihihi.. mau dong diselimutin kamu..”
“Asyiiik”
Aku segera melemparkan handuk itu ke lantai, dan melompat ke atas ranjang. Aku menggelitiki Raisa, ia menggeliat kegelian, kemudian tubuh telanjang kami saling berguling-guling di atas kasur yang empuk itu. Kami saling berpelukan dan bersenda gurau.
“Udah-udah… capek nie.. bobok yukk..”
“Hehe.. yuk.. yuk..”
Raisa memutar tombol di samping tempat tidurnya, lampu di kamar itu meredup. Kami berbaring berhadapan, Raisa memelukku lembut, aku melingkarkan tanganku di pinggulmya.
“Met Bobok suamiku sayang..” Raisa tersenyum, indah sekali.
“Uh.. eh.. iya.. met bobok juga i-i-istriku sayang..” aku grogi dipanggil begitu.
Raisa tersenyum dan memejamkan matanya. Aku mengecup keningnya, Raisa mempererat pelukannya.
Para pembaca nan budiman, di depanku sekarang sedang terbaring lelap seorang bidadari. Matanya yang indah kini terpejam, wajahnya terlihat damai dan mendamaikan hati siapapun yang melihatnya. Aku melirik ke bawah. Dadanya yang indah naik turun seiring nafasnya.
Aku menelan ludah, mencoba memejamkan mata. Tapi jantungku berdebar kencang. Seumur-umur, baru kali ini aku tidur bareng cewek selain ibuku. Aku mencoba merilekskan pikiran, tapi 30 menit berlalu aku tidak bisa tidur juga, malah ‘si adek’ di bawah berdiri.
“Hihihi.. ada yang bangun tuh..” kata Raisa, rupanya penisku yang tegang mengenai perutnya.
“Eh.. lum tidur? tanyaku
“belum..” jawabnya
“Dari tadi lum bobok?
Raisa menggeleng.
“Kenapa?” aku bertanya lagi.
“Grogi sih bobok sama kamu..” Ia tersenyum.
Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.
Aku melumat bibirnya dengan gemas, Raisa tidak mau kalah. “Mmmh.. mmmh mhh” kami berciuman sambil saling membelai. Penisku sudah tegang tidak karuan, duh langsung saja kugesek-gesekkan ke perut Raisa. Tanganku meremas payudara Raisa yang tidak seberapa bear, namun bulat dan kenyal.
“Uhhh.. Jay… jangan..” Raisa menepis tanganku dan membalik badannya, membelakangiku.
“Kenapa?”
“Besok aja ya,. aku capek.. tadi kan abis nyanyi..”
“Yaaah..” Aku hanya bisa memeluk Raisa dari belakang. Kentang aku jadinya.
Aku menghirup nafas dalam-dalam, mencium rambut Raisa yang masih basah. tubuh Raisa yang baru mandi terasa harum dan segar. Si adek di bawah sudah hendak memulai pemberontakan menggulingkan akal sehat.
“Jay.. nakal ah..” kata Raisa ketika aku menciumi tengkuknya lembut. Lidahku menari-nari dibelakang telinga-nya.
“Jay… mmmh” Aku memainkan payudaranya dari belakang, putting-nya kubelai dengan lembut.
“Oooooh… Jay..” Raisa menjerit pelan. Tanganku yang satunya meraba kemaluannya. Jariku memijat bibit vagina-nya, berputar-putar pelan. Aku merasakan perlahan vagina Raisa mulai basah. Kuberanikan memasukkan jariku ke dalamnya.
“Ooooh oooh” Pantat Raisa mulai bergerak gerak sehingga menyenggol penisku yang tegang. Aku menggesek-gesekkan penisku ke selangkangannya.
“Aaaah..” mata Raisa terpejam, seperti kesakitan. Ia menolehkan wajahnya kebelakang. Langsung kusambut bibir sensual itu. “Mmmh… mmh…” aku mencumbu Raisa dari belakang, tak lama tubuh Raisa mengejang hebat, aku memeluknya erat. Aku bisa merasakan cairan mengalir deras dari vaginanya.
“Hhh… hh haah.. hhh”
Aku sekarang mencoba menggesek-gesekkan kemaluanku ke bibir vaginanya.
“Ohh..” Raisa sepertinya mengerti, ia mengarahkan penisku ke dalam vaginanya.
“Ugh..” penisku sekarang sudah terbenam ke dalam liang yang basah itu.
Asyik.. Round 2 START!! Jreng.. jreng…
Aku mulai memompa tubuh Raisa dari belakang, dalam posisi Spooning. (Asyik, akhirnya praktek hehe)
“Ohh.. ohhh. Ohhh.” Raisa menjerit jerit saat aku menghujamkan penisku. Tanganku memeluk Raisa dari belakang sambil meremas payudaranya. Tengkuknya yang putih kuhisap tanpa ampun.
“Ah.. ahhh..” Aku menyodok vagina Raisa dari belakang
“Ugh.. ugh..”
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas
Aku mulai menyodok vagina lagi.
“Mmmh… oooh Jay!”
“Ugh.. ugh..”
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas lagi
Aku mulai menyodok vagina lagi.
“aaaaaaaa!!!” Raisa menjerit keras.
Ternyata salah lubang.
Para pembaca nan budiman, ternyata praktikum lebih sulit daripada teori. Kesimpulannya posisi Spooning ini masih terlalu susah nuntuk seorang nubie.
Raisa tersenyum, dan berbalik. Aku Cuma nyengir, dan menjawab dengan jawaban standar: “maklum masih nubie hehe.”
Raisa mendorong tubuhku sehingga telentang, ia menatapku dengan nakal. Aku menelan ludah.
“Ooooh” Raisa mulai menciumi leherku dengan buas, pelan-pelan ciumannya turun ke dadaku. Putting susunya dijilatinya tanpa ampun. “Oooh.. ohh.” Aku menjerit-jerit kegelian.
Bibir Raisa yang indah menari menuruni perutku yang berbulu, sesekali digigit-gigitnya perutku lembut. Tangannya yang mungil membelai kejantatanku. Yeah, I know where its going: Raisa menatapku dengan tatapan yang paling nakal, sebelum mulai menjilati kepala penisku.
“Oooowhh.. “ Aku berteriak tertahan ketika Raisa mulai memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Sekilas kulihat Raisa tersenyum, ia seperti seorang anak kecil yang asyik menikmati eskrimnya. Bibirnya yang lembut melumat kemaluanku dengan lahap. Tanganku mendekap kepala Raisa erat, sambil menahan geli yang tak tertahan.
“Oooh.. oooh” aku mengap-mengap ketika Raisa menjilati pangkal kemaluaku, dan menghisap buah zakarku. Jemarinya lincah mengurut selangkangan sampai anusku.
“Oooowh..” aku merasakan sesuatu hendak keluar.
“Ammpuun.. ampun.. aku udah mau keluar” aku mendorong kepala Raisa, tidak mau ronde 2 ini terbuang sia-sia.
“Hehehe…” Raisa tersenyum, Ia duduk di atas perutku mengambil posisi WOT. Seperti biasa, aku hanya bisa menelan ludah.
Raisa membimbing kemaluanku memasuki vagina-nya. Sesaat kemudian aku bisa merasakan penisku memasuki lubang yang sempit bin legit.
“Mmmmh” matanya memejam sejenak, sebelum mamasang senyum termanis yang pernah kulihat. Malam itu wajahnya sangat cantik, tertimpa temaram lampu tidur, kedua payudaranya tergantung di atasku, indah. “Siap..?” katanya
Aku hanya mengangguk.
Raisa mulai menggerakkan pinggulnya, otot perutnya yang rata terlihat berkontraksi saat ia menggoyangkan tubuhnya di atasku.
Raisa tersenyum, tangannya bertumpu di atas dadaku. Raisa mempercepat gerakannya, dadanya berguncang-guncang hebat. Raisa memejamkan matanya, wajahnya merona merah, cantik sekali.
“Uhmmmm” Raisa melenguh
“Ugh.. ugh..” aku merasakan penisku bagai di dalam lubang sempit yang lengket
“Ooooh…” Kepala Raisa menggadah
“Ummh..” Raisa semakin mempercepat goyangan pinggulnya.
Aku jadi semakin bernafsu, kuremas-remas dua bongkahan indah di dadanya itu. Raisa meringis, ia menggerakkan pinggulnya memutar seperti bur.
“Ooooh..” aku hampir tidak saja keluar, jika tidak segera membayangkan www.sukatoro.com
“Hihi..” Raisa tertawa kecil.
Raisa menggerakkan pinggulnya maju mundur lagi, namun tiba-tiba Raisa menggetarkan pinggulnya dalam ritme yang sangat cepat. Sebelum melambat, dan kemudian bergetar cepat lagi. “oooh” aku merem melek keenakan.
“Aaaah.. ah.. ah..”
“Oooh..”
“Aahh..”
“Uuhh”
Raisa menunggangi tubuhku dengan garang.
“Plak! Plak! Plak! Aku menepuk-nepuk pantatya, meniru adegan-adegan bokep Hardcore (Wkwkwkw dari dulu pengin mempraktekan adegan ini)
“Ouhh jaaay..”
“Ugh… ugh.. apa?”
“Mmmh.. mhhh” Raisa malah mengulum bibirku. Dadanya direbahkan ke atas dadaku.
“Mmmh, mmh,,” Suara erangan kami tidak jelas terdengar karena lidah kami saling membelai. Pinggul Raisa bergoyang cepat, payudaranya yang kenyal menggesek dadaku.
Aku melirik Raisa, Wajah Raisa yang putih kini bersemu merah, bulir-bulir keringat membasahi pipinya, padahal suhu ruangan itu cukup dingin.
“Ooh.. ohh.. Jay…”
“A.. apa?”
“A… aku… mau keluar..”
“Ah..
Aku merasakan gerakan Raisa mulai tidak teratur, pinggul Raisa bergerak gerak liar, punggungnya melengkung.
“OOOH… OHHH. Jaaaay!!” Risa berteriak, wajahnya memerah, tampak seperti kesakitan. Raisa memeluk tubuhku erat, sekujur tubuhnya mengejang hebat.
Aku merasakan dinding-dinding vagina yang basah Raisa berkontraksi, penisku seperti disedot vakum cleaner. Otot rahim Raisa berkedut kedut, menciptakan sensasi geli yang tak tertahankan.
“Oooo… aku… juga mau keluar… oh..”
“Aaaah.. aaah..” Raisa malah melumat bibirku.
“Ooooooooh” pantatku terangkat, ada sesuatu yang menyembur dari kemaluanku.
Kami saling melumat, tubuh telanjang kami saling berpelukan, bergetar hebat, dan mengejang bersama.
Raisa terbaring lemah di atas dadaku, nafasnya tersengal. Wajahnya yang cantik memerah, Aku membelai rambutnya, ia tersenyum kepadaku dan mengecup bibirku lembut.
Kami berciuman mesra, aku memeluk Raisa lembut.
“Nah lho.. aJay nakal ya..”
“Hah?” aku bingung.
“Tadi dikeluarin di mana hayoo”
“Eh iya.. gawat.” aku tadi mengeluarkan spermaku di dalam vagina Raisa.
“Nah lho.. nah lho…” Raisa tersenyum nakal sambil menyentuh hidungku.
“Aduuh.. ane khilaf.. gimana dong?”
“Hihihi..”
“Kalau kamu hamil gimana?”
“Yaaah… tunggu aja..”
“Tunggu? tunggu apa?” aku bingung
“Tunggu aja berita di infotainment: pemirsa, benarkah ayah bayi yang dikandung Raisa, adalah seorang mahasiswa dari Yogyakarta…?” Raisa menirukan suara Venny Rose, pembawa acara gosip yang terkenal itu.
Aku Cuma merengut.
“Hihihi” Raisa tersenyum dan mengecup bibirku
Kami berciuman sambil membelai.
“Met bobok suamiku sayang..”
“Met bobok istriku” aku mengecup keningnya, sambil menyelimuti tubuh telanjang Raisa.
Kami berpelukan di bawah selimut. Malam itu aku tidur bersama seorang bidadari.
RAISA: ACT 04
Aku terbangun, hari sudah pagi. Aku khawatir bahwa aku terbangun di kamar kost-ku, dan semua ini hanyalah mimpi indah. Aku melirik ke samping, Raisa sedang tidur sambil memeluk dadaku. Wajahnya sangat damai, mungkin ia sedang bermimpi indah. Ku mengecup keningnya, ia terbangun
“Eh.. e.. met pagi suamiku..” Raisa tersenyum sambil mengucek matanya
“Met pagi Raisa sayang” aku mencubit pipinya.
“Mandi yuk, abis itu baru balik..”
“Hehehe” aku Cuma nyengir
Tak lama, tubuh kami sudah terendam dalam air hangat di bath tub. Kami saling bercanda sambil saling menyiram air. Payudara Raisa yang berwarna putih sedikit memerah terendam air hangat, membuat penisku tegang lagi. Raisa tersenyum, wajahnya cantik sekali.
Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.
Kami berciuman dengan panas di bath tub, di akhiri dengan ronde ketiga yang singkat di lantai kamar mandi
Seelah berpakaian, aku membuka pintu kamar Raisa dengan khawatir, celingak.. celinguk.. hari sudah terang, namun di lorong hotel belum ada orang, aman.
Aku menoleh, memberi isyarat sampai jumpa pada Raisa.
Aku mengendap di lorong hotel.
“Jay! Ngapain kamu dari kamar Raisa!!” Grace, seksi LO memergokiku.
:
Aku kaget bukan main, otakku yang encer berpikir cepat.
“Eng.. ini, habis nganter gudeg” alasan yang bodoh.
“Hah?”
“Oh, ini nota-nya” aku menyerahkan nota Gudeg Pawon ke Grace.
“Ck-ck-ck..” Wajahnya mengernyit.
“Deg.. deg.. deg” suara jantungku.
“AJay… aJay… beli gudeg aja semaleman… ngapain aja kamu? Cari banci dulu yah?”
“Iya.. eh.. anu.. kemarin antre lama banget,.. pas balik, Raisa udah bobok, kamu lagi belum apa-apa udah molor..”
“Hehehe..” Grace nyengir
“Udah ya, aku boker dulu”
“Ok2 thanx ya Jay.”
Aku langsung ngacir
RAISA: EPILOUGE
Aku menghisap rokok dalam-dalam, sudah beberapa bulan semenjak peristiwa itu. Aku selalu berpikir apakah semua ini hanya mimpi?
Ya, Raisa hanyalah mimpi bagiku. Raisa adalah bidadari yang hadir dalam mimpiku, dan lenyap ketika aku terbangun.
“Woy, ngelamun aja.. loe pesan apa jay?” kata temanku.
Malam itu, aku dan teman-teman kost-ku sedang nongkrong di ‘Burjo’, yakni suatu warung yang buka 24 jam dan menjual macam-macam makanan: tante (indomie TANpa TElor), intel (INdomie TELor), Josua (Extra JOSs pakai SUsu), dan berbagai macam gorengan.
“Oh, Eh.. Tante satu..” kataku sambil menghisap lagi rokokku. Pikiranku melayang, aku tidak bisa melupakan hari terakhir Raisa di Yogyakarta.
*******
Siang itu aku mengantarnya ke bandara Adi Sucipto. Karena harus menyelesaikan masalah Fee, Grace dan Manajer Raisa menyusul kemudian. Asyik, aku semobil berdua dengan raisa. Sepanjang perjalanan kami berpegangan tangan, erat, seolah tidak akan bertemu lagi.
“Sampai jakarta jangan lupa SMS aku ya..” kataku
Raisa mengangguk, “Jay,.. kamu jangan lupain aku ya” wajahnya tampak sedih
Aku mengangguk, “Raisa, kamu.. jadi pacarku aja..”
What the… aku tak sadar sudah mengucapkan kata itu. Gawaat,.. ingat bung! Siapa dirimu? Siapa Raisa! Tahu diri bung!
Raisa terdiam, lama. Ia menoleh kepadaku.
“Maafin aku ya Jay, aku gak bisa”
Aku menghela nafas, ya aku bisa menerimanya. Raisa adalah seorang artis terkenal yang karier-nya sedang menajak, sementara aku hanyalah mahasiswa yang masa depannya tidak jelas. Aku saja yang berharap terlalu banyak, mengartikan one night stand semalam, dengan perasaan cinta. Thats okay
Lama kami saling diam, kaena suasana tidak enak, aku menyalakan radio. Tiba-tiba Raisa terisak tertahan.
“Jay.. maaf.. maafin aku.. huk.. huk” Raisa menangis tersedu, air matanya menetes.
“Enggak.. enggak papa kok, aku sudah biasa kali ditolak” aku menepuk-nepuk kepala Raisa
“Bukan.. bukan itu” tangisannya pecah di pundakku
Raisa bercerita kembali tentang gagalnya hubungannya dengan Kamga. Bahwa dilubuk hatinya masih tersisa sakit yang teramat. Aku membelai kepalanya, aku bisa mengerti perasaannya.
“Para akademia, untuk yang lagi galau, akan kami putarkan sebuah lagu dari Raisa yang berjudul Terjebak Nostalgia” suara penyiar radio memecah keheningan.
Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun aku takkan pernah bisa,
Ku Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini
*******
Tanpa terasa mataku berkaca-kaca mengingat peristiwa itu. Rokokku sudah habis. Aku hanya bisa diam, sambil memandangi layar TV di pojokan yang sedang menayangkan acara Talkshow Hitam Putih yang dipandu Deddy Corbuzier.
“Jiah, bengong aja! Kalo loe gimana Jay? ” temanku bertanya
“Hah? Gimana apanya?”
“Udah berhasil melepas status ‘ting-ting’ loe belum?” Kata seorang temanku
Kalau mahasiswa seperti kami kumpul-kumpul, obrolan kami tak jauh-jauh dari masalah meki, toket, dan ngentot. Dasar manusia berpikiran dangkal, batinku.
“Udah dong” jawabku mantap.
“Wuih! Ajay, sama siapa?” teman-temanku tampak antusias
“Sama Ra..”
“Raimond? Wuih ajay.. ternyata ckck..” kata-kataku dipotong seenaknya
“Bukan, tapi Ra..”
“Rahmat ya?”
Temanku yang kebetulan bernama Rahmat melotot tidak terima.
“Ra siapa sih?”
“Rama?”
“Raka?”
“Rambo?”
“Raden?”
“Rambutan?”
Semua nama cowok berawalan “Ra” disebutkan satu persatu. Sudahlah, aku terima nasib saja jadi bahan ejekan. Toh, meski kuceritakan yang sebenarnya pun mereka tak akan percaya.
“Uhuk!” aku tersedak ketika melihat tayangan televisi, kebetulan bintang tamu malam itu: Raisa! Mataku melotot. Teman-temanku bingung, mereka menoleh ke televisi melihat Raisa yang mengenakan dress putih sedang bersalaman dengan Deddy Corbuzier.
“Jangan bilang loe ngentot sama Raisa.”
Aku Cuma nyengir.
Mereka memandangiku dengan tatapan tidak percaya, biarlah.
Deddy Corbuzier bertanya kepada Raisa “Sekarang Raisa lagi pacaran sama siapa?”
Ditanya begitu, Raisa Cuma tersipu-sipu. “kalau pacar belum punya” jawabnya. aku memang tidak berarti apa-apa bagi Raisa, aku yang berharap terlalu banyak.
“Pacar belum punya.. tapi suami sudah.. gitu ya?” Deddy mennggoda Raisa. Raisa hanya senyum-senyum.
“Kalau orang yang disayang ada”
Aku terhenyak mendengar pernyataan Raisa di TV. Deddy Corbuzier tampak tertarik, “Kalau boleh tahu siapa?”
“Adaa deeeh” Raisa tersenyum manis. “Laki-laki lucu dan baik hati yang sudah bawain saya Gudeg Pawon malam-malam”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar