Mama pun mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu sedetik kemudian Mama
mulai mencium bibirku. Dengan refleks aku pun membalas ciumannya. Dan
tidak lama kedua lidah kami pun bertautan.
"Mmmh.. mmhh.. mmm.." hanya desahan saja yang terdengar kini dengan diiringi desahan-desahan dari film yang diputar di TV.
Aku memeluk Mama erat-erat sambil tetap berciuman. Mama pun terlihat sudah sangat terangsang.
Tidak
lama tanganku pun mulai menggerayangi tubuh Mama. Tangan kiriku mulai
meremas-remas payudara Mama dari luar baju tidurnya. Sedangkan tangan
kananku mulai meraba-raba selangkangan Mama.
"Ahh..!" teriak Mama ketika tanganku menyentuh vaginanya.
Setelah
sekitar 20 menit kami saling berciuman dan saling meraba, Mama
melepaskan pelukan dan ciumannya. Lalu Mama menuntun tanganku untuk
membuka bajunya. Tanpa diminta dua kali, tanganku pun mulai beraksi
melepas baju tidur Mama dari tubuhnya. Sekarang Mama hanya memakai BH
dan celana dalam saja. Mama tersenyum padaku lalu mendekatiku. Dan tidak
lama, tangan Mama mulai berusaha melepas pakaian yang kukenakan. Aku
hanya menurut saja diperlakukan begitu. Dan kini pun hanya tinggal CD
saja yang melekat di tubuhku.
Dengan tubuh yang sama-sama
setengah telanjang, aku dan Mama kembali berpelukan sambil berciuman.
Hanya desahan saja yang terdengar di ruangan. Lalu perlahan tanganku
membuka kaitan BH Mama. Melihat aku yang kesulitan membuka BH-nya, Mama
tersenyum, lalu tangannya membantuku membuka BH-nya. Sekarang buah dada
Mama yang indah itu pun terpampang jelas di depanku.
"Tetek Mama gede banget sih. Toni suka deh," kataku sambil meraba payudara Mama.
"Jangan diliatin aja donk Sayang..! Dijilat dan disedot donk Sayang..!" pinta Mama.
Tanpa
dikomando dua kali, aku langsung saja menjilati payudara Mama yang
sebelah kanan. Sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara Mama yang
sebelah kiri.
"Aahh... Ohhh... fuck..!" teriak Mama ketika buah dadanya kujilat dan kusedot-sedot.
Secara
bergantian payudara Mama kusedot dan kujilati, sedangkan tangan kanan
Mama meremas-remas batang penisku dari luar CD-ku. Dan tanpa sadar, Mama
berusaha melepaskan CD-ku. Aku pun tidak mau kalah. Setelah puas
menggarap payudara Mama yang besar itu, aku pun berusaha melepaskan CD
Mama. Melihat kelakuanku yang tidak mau kalah, Mama hanya tersenyum
saja. Sesaat kemudian kami berdua sudah telanjang bulat. Aku hanya dapat
menelan ludah melihat tubuh indah Mama. Di selangkangan Mama, terlihat
bulu-bulu yang tertata rapi membentuk segitiga.
"Ton, kontol kamu gede bauanget," kata Mama takjub melihat batang penisku yang sudah menegang.
"Masa
sih Mam..?" tanyaku seakan tidak percaya, "Tapi tetek Mama juga gede
kok. Emang tetek Mama itu ukuran berapa..?" tanyaku lagi.
"Ukuran 38B, emang kenapa si Ton. Kamu suka kan..?" tanya Mama.
"Ya
jelas donk Mama sayang, mana mungkin Toni nggak suka." jawabku, dan
tanganku kembali meremas payudara Mama sambil menggigitnya.
"Aauww..!" teriak Mama, "Kamu nakal Sayang, masa tetek Mama digigit..?" kata Mama manja.
"Ma'af, Ma. Toni nggak sengaja." jawabku sekenanya.
"Nggak
apa-apa kok Sayang, Mama suka kok. Kamu boleh memperlakukan Mama
sesukamu." kata Mama sambil tangan kanannya masih meremas-remas
kemaluaku.
Dan tidak lama Mama pun berjongkok, lalu tersenyum. Mama mendekatkan wajahnya ke kemaluanku, lalu mulai mengeluarkan lidahnya.
"Uuhh... aahh... enak Mam..!" aku berteriak ketika lidah Mama mulai menyentuh kepala penisku.
Mama
masih menjilati penisku, mulai dari pangkal sampai ujung kepala
penisku. Dan kedua bijiku pun tidak terlewatkan oleh lidah Mama. Aku
hanya memejamkan mata sambil mendesah-desah memperoleh perlakuan seperti
itu.
Setelah sekitar sepuluh menit, aku merasa kemaluanku berada
di sebuah lubang yang hangat. Aku pun membuka mataku dan melihat ke
bawah. Ternyata sekarang separuh penisku sudah masuk ke mulut Mama.
"Aahh... oohh.. yeeahh.. enaakk ba..nget Maa..!" teriakku lagi.
Kuperhatikan
penisku diemut-emut oleh Mama tanpa mengenai giginya sedikit pun. Lidah
Mama bergerak-gerak dengan lincah seperti ular.
Dan sekarang kulihat Mama menyedot-nyedot bulu kemaluaku seperti mau dikeramasi.
"Maaa... enak Maa..!" aku hanya dapat berteriak.
Aku
merasa ada yang mau keluar dari penisku, aku tidak tahan lagi, dan
seerr.. Aku kaget juga, kupikir yang keluar tadi adalah sperma, tapi
tidak tahunya adalah air kencingku yang menyembur sedikit.
"Wah, ma'af Ma. Toni nggak sengaja." kataku buru-buru dengan napas yang masih terengah-engah.
Tapi
apa yang terjadi, Mama malah menjilati air kencingku yang berleleran.
Gila.., sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Dan tiba-tiba Mama
menarik tanganku dan mengajakku ke kamar mandi. Kamar mandi kami dapat
dibilang sangat besar dan mewah. Sudah itu wangi lagi. Mama menuntunku
menuju jacuzi, lalu Mama pun berlutut lagi. Batang penisku dikocok-kocok
di depan wajahnya, terus disedot-sedot seperti makan es krim.
"Ayo Sayang..! Sekarang kencingi Mamamu ini..!" kata Mama.
Aku
kaget juga. Tapi aku memang sudah tidak tahan lagi ingin kencing. Aku
pun mengerahkan semua tenaga untuk kencing. Kulihat mulut Mama menganga
dan lidah Mama seperti ular menelusuri kepala penisku.
Dan ketika kulihat mulut Mama tepat di depan batang penisku, "Maa.., Toni mo pipiis..!" teriakku.
Kulihat air kencingku menyembur kencang sekali dan seerr.., masuk ke dalam mulut Mama.
Kuperhatikan
mata Mama merem sambil mulutnya terus menganga menerima siraman air
kencingku. Kepalang tanggung, akhirnya kumasukkan juga penisku ke mulut
Mama sehingga air kencingku memancar dan muncrat keluar lagi berleleran
di tubuh telanjang Mama.
"Enak nggak Ma..?" tanyaku setelah aku selesai kencing.
Mama memandangku dengan manja, sedangkan mulutnya masih mengulum batang kemaluanku.
Setelah itu kedua bijiku pun dijilatinya.
"Kamu mau tau rasanya, Ton..?" tanya Mamaku setelah melepaskan kulumannya dari penisku.
"Boleh aja, Ma." jawabku penuh semangat.
Mama lalu menyuruhku tidur telentang di lantai kamar mandi. Aku mengikuti saja perintah Mama.
Mama
lalu berdiri dengan kedua kakinya berada di kiri kanan kepalaku. Dan
sesekali kakinya digosok-gosokkan ke wajahku. Dan meskipun ada air
kencingku yang berleleran di kaki Mama, aku tidak merasa jijik untuk
menjilati kaki Mama. Setelah itu Mama perlahan-lahan mulai jongkok.
Kuperhatikan pantat seksi Mama mulai mendekati wajahku. Aku menunggu
dengan sabar sampai sesaat vagina Mama benar-benar berada tepat di atas
mulutku.
Lubang kemaluan Mama terlihat sudah berlendir bertanda
Mama sudah terangsang. Kujilati lubang kemaluan dan lubang anusnya
secara bergantian. Mama menguakkan bibir vaginanya secara perlahan
sampai-sampai aku dapat melihat lubang kemaluannya mengembang.
"Mama mau kencing nih. Minuumm.. Sayang..!" Mama merintih dengan sangat keras.
Seerr.., dari lubang kencing Mama memancar cairan yang bening dan panas sekali, masuk ke mulutku dengan deras.
Entah
karena sudah nafsu atau karena apa, kutelan saja cairan yang rasanya
asin dan agak pahit yang keluar dari kemaluan Mama. Suara erangan
kepuasan menggema di dalam kamar mandi itu.
"Bagaimana rasanya Sayang, enak bukan..?" tanya Mama sambil matanya terpejam menahan nikmat karena vaginanya kujilat-jilat.
"Enak banget, Ma." jawabku singkat.
Setelah itu Mama berdiri lalu duduk di sebelahku. Kedua kakinya dikangkangkan sehingga aku dapat melihat vaginanya dengan jelas.
"Sayang, sekarang kamu jilatin memek Mama ini..!" kata Mama sambil menunjuk ke arah vaginanya.
Setelah
itu Mama tidur telentang di lantai kamar mandi. Aku langsung saja
menuju bagian bawah pusar Mama. Kudekatkan wajahku ke vagina Mama, lalu
kukeluarkan lidahku dan mulai menjilati vaginanya.
"Ahh...
fuuckkk.. yeaahh.. shiitt... hisapnya itilnya Sayang..!" Mama hanya
dapat meracau saat kujilati vagina dan klitorisnya kuhisap-hisap.
"Ohhh... Aahh.. fuuck... mee... yeaaahh... masukin kontolmu sekarang Sayang..! Mama udah nggak tahan..!" pinta Mama memohon.
Aku
pun perlahan bangun dan mensejajarkan tubuhku dengan Mama. Kugenggam
batang penisku, lalu perlahan-lahan kudorong pantatku menuju vagina
Mama.
Ketika memasuki liang senggamanya, Mama berteriak-teriak,
apalagi ketika separuh penisku mulai menelusuri dinding vaginanya. Baru
pertama kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti ini.
Rasanya seperti diurut-urut, enak seperti dielus-elus daging basah dan
kenyal.
"Aahhkk enak se..kali.. Sayang..! Fuuuck... me.. hardeer.. honey..!" jeritan Mama memenuhi kamar mandi.
Setelah
sekitar 10 menitan, aku mencabut batang kemaluanku dari lubang vagina
Mama. Mama terlihat sangat kecewa ketika aku melakukan itu. Dan tidak
lama kemudian aku meminta Mama untuk berganti posisi. Kuminta Mama untuk
menungging. Lalu dari belakang kuremas-remas pantat Mama yang semok
itu. Lalu kuarahkan batang penisku ke bibir vagina Mama. Setelah kurasa
tepat, lalu kusetubuhi Mama dari belakang dengan doggie style.
"Aduhh... enak... sekali Sayang..! Kamu... pin..tarr... Sayang..!" jerit Mama ketika kusetubuhi dari belakang.
Sedangkan aku pun tidak kalah hebohnya dalam berteriak, "Maaa... memek.. nya.. e..naak..!"
Rupanya gaya itu membuat Mama sudah tidak tahan lagi, sehingga sesaat kemudian, "Sayang Mama mau sam..paai... Aahhh..!"
Mama berteriak keras sekali, dan aku yakin kalau kami tidak berada di rumah itu, orang lain pasti mendengar teriakan Mama.
Aku
merasakan penisku seperti disiram cairan hangat. Walau kusadari Mama
sudah mencapai puncaknya, aku tetap saja memompa batang penisku di dalam
vagina Mama. Malah semakin giat karena sekarang liang Mama sudah licin
oleh cairan Mama.
Dan tidak lama, "Maa... Toni.. mau sampaaii nih..!" kataku ketika aku merasa mau orgasme.
"Cabut kontolmu Sayaang..!" perintah Mama.
Segera saja batang kemaluanku kucabut dari liang Mama yang masih menungging.
Mama lalu berbalik kepadaku dan memegang batang penisku. Lalu dibukanya mulutnya dan Mama pun mulai mengulum kemaluanku.
"Aahh... oohhh..!" hanya desahan itu yang keluar dari mulutku.
Dan,
creet.. croott... crot..! air maniku menyemprot sebanyak sepuluh kali
ke dalam mulut Mama. Mama tidak langsung menelan spermaku, melainkan
memainkan spermaku di dalam mulutnya seperti orang yang sedang berkumur.
Dan sebelum ditelan, Mama membuka mulutnya dan menunjukkan spermaku
yang ada di dalam mulutnya itu. Baru setelah itu pejuku ditelan sampai
habis.
Belum selesai sampai di situ, Mama menjilat-jilat batang
penisku dan membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kemaluaku.
Rasanya ngilu, nyeri plus gimana gitu. Setelah itu kami berdua menuju ke
ruang TV. Aku dan Mama duduk bersebelahan dalam keadaan telanjang
bulat.
"Bagaimana kadonya, Ton..?" tanya Mama ketika sudah agak tenang.
"Luar biasa, Ma. Nggak ada kado yang sehebat tadi. Terima kasih, Ma." sahutku.
"Mama bahagia kalo kamu puas. Sebenarnya Mama juga menginginkannya kok." jawab Mama.
"Lalu kenapa Mama nggak minta ke Toni..?" tanyaku lagi.
"Iya
ya, kalo tau kamu punya kontol segitu gedenya Mama pasti udah minta
sejak dulu. Tapi nggak apa-apa kok, kan belon terlambat. Betul kan..?"
sahut Mama sambil tersenyum manis padaku.
"Iya Ma. Tapi Ma, setelah ini masih ada ronde selanjutnya kan..?" tanyaku.
"Kalo kamu masih kuat, ya pasti donk Sayang..!" jawab Mama manja.
"Toni sayang banget sama Mama," kataku.
"Mama juga sayang banget sama Toni." jawab Mama.
Setelah
berisrirahat secukupnya, kami berdua melanjutkan persetubuhan kami
sampai jam dua pagi. Setelah itu kami berdua tidur dalam keadaan
telanjang bulat. Dan keesokan harinya aku dan Mama, yang kebetulan lagi
tidak masuk kerja, berada di rumah dalam keadaan telanjang bulat selama
sehari penuh. Dan tidak terhitung berapa kali kami bersetubuh. Sampai
sekarang aku masih tinggal dengan Mama dan masih setia menyetubuhi Mama
setiap hari, selama Mama tidak haid.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar