ku pasrah dan Rina bangkit duduk diatas pahaku, sedikit dibawah
kemaluanku. Dia memijat bagian depan pundakku. Perlahan-lahan tumpuan
badannya naik keatas, sehingga batang penisku yang mengeras sudah berada
diantara belahan memeknya. Dengan nakalnya dia melakukan gerakan maju
mundur sambil tangannya terus memijat. Dengan keahlian gerakannya,
batang penisku perlahan-lahan mulai menelusup ke dalam liang vaginanya.
Setelah seluruhnya tenggelam, Rina mulai melakukan gerakan mutar,
sehingga penisku terasa seperti diremas-remas oleh vagina Rina. Makin
lama dia makin semangat. Aku diperlakukan begitu tidak mampu bertahan
lama dan jebollah pertahananku. Rina paham aku telah memuntahkan
spermaku di dalam rahimnya. Dia menunggu sampai ejakulasiku usai baru
perlahan-lahan melepas cengkeraman vaginanya. Rina bangkit , sambil
menutup lubang kemaluannya agar maniku tidak tercecer. Dia berjalan ke
kamar mandi. Aku yang baru saja merasakan kenikmatan, telentang pasrah.
Rina kembali dari kamar mandi membawa handuk kecil yang telah dibasahi. Penisku dibersihkannya secara telaten.
Rina
lalu berbaring disampingku sambil tangannya mengelus-elus penisku yang
telah layu. Dengan sabar di rangsangnya penisku sampai akhirnya dia
bangkit dan mengoral penisku. Penisku yang tadinya loyo, dihisap-hisap
Rina, perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Aku akui Rina cukup lihai
juga mengoral penisku. Setelah cukup keras dia kembali memasukkan
penisku ke rongga vaginanya dan mulai berputar-putar. Aku tidak tahu
berapa lama dia menderaku, sampai akhirnya dia mencapai orgasme dan
ambruk di dadaku sambil nafasnya tersengal-sengal. Aku merasa penisku
seperti di genggam-genggam oleh otot vaginanya. Aku membalikkan posisi
dan sekarang berganti aku yang menggarap Rina. Berbagai posisi mulai
dari posisi biasa sampai akhirnya kedua kakinya kuangkat ke atas
pundakku. Lubang kemaluan Rina cukup menggigit juga. Aku kemudian
berganti posisi dogie. Cukup lama juga aku bermain dengan berbagai
posisi, sampai aku lelah lalu berkonsentrasi untuk menembakkan spermaku
untuk yang kedua kali.
Setelah tembakanku usai aku merasa sangat
ngantuk dan akhirnya jatuh tertidur. Ketika aku terbangun Rina dan aku
terbungkus dalam satu selimut. Dia rupanya juga tertidur di sampingku.
Sebenarnya jika waktunya cukup aku ingin melakukan lagi, tapi butuh
waktu interval lebih lama. Namun karena hari sudah mekin sore, akhirnya
aku mengijinkan Rina mengakhiri pergumulan.
Aku antar dia keluar hotel sampai mendapatkan becak yang akan mengantarnya pulang.
Hari
kedua aku kembali ke tempat Mbak Ambar. Dia rupanya sudah mengenaliku.
Kali ini aku datang agak lebih pagi, mungkin sekitar jam 11. “Lho kok
gak kerja mas,” katanya.
Aku berasalan mbolos. Aku kemudian
memesan makanan . Kuakui makanan di warung Mbak Ambar memang luayan
enak. Seandainya tidak ada embel-embel tempat berkumpulnya para STW,
mungkin aku akan sering mampir di warungnya hanya untuk makan .
Cerita
Sex Setengah Baya Dengan Ibu-Ibu Montok Selama makan aku ngobrol
macam-macem, sampai akhirnya aku tahu bahwa Mbak Ambar punya usaha yang
sama di Solo dan Semarang. Aku nggak nyangka, kegiatan seperti ini bisa
punya cabang di dua kota. Dia lalu memberiku alamat dan kontak personnya
di kota-kota itu.
“Mas mau nyoba istri tentara nggak, lagi ada
nih, dia udah 3 hari nggak kemari,” kata Ambar sambil menunjuk perempuan
berumur sekitar 25 tahun, ayu dan bokongnya besar.
“Wah nanti aku ditembak,” kataku.
“Ah ya ndak tho, wong kadang-kadang dia diantar suaminya kok,” kata Ambar.
“Dia belum punya anak mas,” tambah Ambar gencar berpromosi.
Aku
menyetujui lalu si Wiwik, istri sang tentara itu datang bergabung ke
mejaku. Kami ngobrol ngalor-ngidul gak jelas. Seperti biasa aku diojekin
ke hotel, lalu barang pesanan datang diantar ojek lainnya.
Wiwik
penampilannya bersahaja dan lugu. Dia tidak banyak cakap seperti Rina
kemarin. Hanya berbicara menjawab pertanyaanku. Meskipun cenderung
pendiam, namun Wiwik tergolong berisik jika bertempur. Ini menambah
semangatku untuk terus menggempurnya. Dia cukup sabar, dan telaten
melayaniku.
Pertempuranku dengan Wiwik tidak perlu aku uraikan secara lebih detil, karena ya kurang lebih sama saja.
Ketika
aku pindah ke Solo karena memang pekerjaan menuntut begitu, selepas
menyelesaikan tugas sekitar jam 3 aku langsung mencari alamat cabang
dari Mbak Ambar.
Alamat yang ditunjuk Mbak Ambar tidak lebih
adalah semacam warung yang tidak begitu besar. Dia mungkin lebih cocok
disebut sebagai warung kopi. Hanya ada bangku panjang dan meja panjang.
Diatas meja ada etelase kaca dan dibaliknya ada berbagai macam kue dan
gorengan. Ketika aku ditanya mau pesan apa, seperti di Jogya aku
melontarkan password, “ disini yang enak apa mbak,” kataku
“Wah
semuanya disini enak-enak mas,” kata pelayannya yang kutaksir berumur
sekitar 24 tahun. Tidak lama kemudian muncul wajah lain, kali ini
usianya kelihatan lebih tua, Kutaksir berumur sekitar 40 tahun. “Mas mau
ngopi, apa mau pesan apa lagi, “ tanya si STW.
Aku memesan kopi
dan pisang goreng. Lalu iseng-iseng aku tanya ke si STW tadi. “ Mbak
apanya mbak Ambar. “ O Masnya dari mbak Ambar to, kenapa gak bilang dari
tadi,” katanya.
“Mbak anggotanya ada berapa sekarang,” tanyaku.
“Ada 8 orang mas,” katanya.
Kedelapan
orang itu kemudian mondar mandir di dalam warung. Mungkin ini untuk
memberi kesempatan aku melihat kontestan yang akan aku pilih.
“Gimana mas ada yang cocok,” tanya Mbak Lina, demikian ibu STW itu memperkenalkan namanya.
“Wah kok stw semua to mbak, “ kataku.
“Lho si mas pengen yang muda to, sebentar ya,” katanya.
Tidak
lama kemudian muncul 3 abg yang kutaksir umurnya sekitar 17 tahun.
Seperti para STW tadi mereka juga mondar-mandir di dalam warung itu.
Ketiga
cewek itu manis-manis pula, bikin aku bingung memilihnya. Si mbak Lina
lalu mendekati aku dan menanyakan apa ada yang cocok. “ Aku bilang cocok
semua,”
“Ya kalau gitu ambil aja semua mas, mereka bisa nginap
koq, karena di sini mereka kost semua. Yang penting besok pagi mereka
harus bisa langsung sekolah.”
Sifat serakahku muncul mengalahkan
akal sehat. Jika ditimang-timang rasanya berat juga jika harus bertempur
melawan 3 musuh ABG, tapi aku penasaran juga ingin mencoba. Setelah
disepakati harga paket berisi “3 bungkus” aku meluncur ke hotel.
Ketika
aku sedang asyik menonton TV, telepon di kamar berdering. Reception
menanyakan apakah aku bisa menerima tamu, Aku menduga paket Mbak Lina
sudah datang, maka kepada petugas aku minta mereka langsung menuju ke
kamar.
Ketiga gadis abg yang masih ranum, centil diantar oleh
seorang wanita yang kutaksir berumur sekitar 30an. Setelah basa-basi
sejenak, si pengantar minta izin untuk kembali.
Ketiga gadis itu
aku lupa namanya, tetapi mereka lumayan bagus-bagus juga. Salah seorang
yang paling tinggi duduk di sebelah kananku di bed dan yang agak hitam
duduk di kiri. Dengan gaya anak remaja mereka memintaku memesan makanan.
Mereka mengaku ingin merasakan nasi goreng hotel, kebetulan tadi pulang
sekolah agak cepat dan belum sempat makan siang.
Permintaannya aku kabulkan dan mereka kubiarkan menikmati hidangan sambil aku melakukan penyesuaian.
“Oom apa kuat nglawan kita bertiga,” tanya gadis yang kelihatannya paling muda. “Ah ya kita coba aja,” kataku.
Entah
dari mana datangnya ide, tiba-tiba aku mendapat gagasan ingin menjadi
seperti raja yang dikelilingi gundik-gundiknya. Kujelaskan kepada mereka
agar mereka bertindak sebagai pelayan ku dan menuruti semua kemauanku.
Jika mereka setuju aku akan menambah tips sebesar tarif mereka
masing-masing.
“Bener ya Oom,” kata yang paling tinggi.
Aku
lalu meminta mereka melepas semua baju sampai mereka telanjang dan
mandi terlebih dahulu membersihkan diri. Aku pun ikutan mandi. Di bawah
shower aku dibersihkan oleh 3 gadis-gadis remaja yang badannya baru
terbentuk. Yang tinggi bodynya nyaris sempurna dengan pinggang ramping
dan pantat bahenol, toketnya tidak terlalu besar dengan pentil masih
kecil. Yang berkulit agak gelap teteknya paling besar dengan puting dan
aerolanya berwarna lebih gelap dengan pentil juga masih kecil, jembutnya
lumayan lebat. Yang kelihatannya paling muda kulitnya putih, teteknya
masih kecil dan di kemaluannya masih gundul.
Aku disabuni dan
dimandikan oleh ketiga gadis-gadis itu. Di kamar mandi penisku sudah
berdiri tegak, akibat dikocok dan mereka bergantian pula mengulum
penisku. Badanku dikeringkan dengan handuk lalu aku dibimbing kembali
kekamar lalu di baringkan.
Ketiga mereka seperti sudah
berkoordinasi masing-masing mempunyai tugas, yang tinggi mengangkangi
dadaku sehingga memeknya dekat sekali dengan mukaku lalu dia memijat
kepalaku. Yang dua lainnya aku tidak bisa melihat, tetapi merasakan
bahwa keduanya bergantian mengulum penisku.
Aku telentang pasrah.
Penisku jadi mainan. Mereka bukan hanya bergantian mengulum tetapi juga
bergantian menjajal penisku ke memeknya.
Selama dua hari kemarin
aku terus-terusan bertempur, maka pertempuran hari ini aku agak imum.
Aku mampu bertahan cukup lama dikerjai ketiga cewek-cewek itu . Mereka
bergantian berada di atasku menggenjotku. Aku menutup mata sambil
menikmati sensasi di penisku yang dipakai bergantian oleh ketiga remaja.
Si hitam manis mainnya paling berisik. Dia tidak peduli dengan kedua
temannya meski sering kali diledek, tapi dia terus memacuku sampai dia
mencapai klimaksnya lalu ambruk di sampingku. Gantian yang tinggi
menggenjotku sambil dia mengambil posisi jongkok. Mungkin posisi itu
melelahkan akhirnya dia telungkup diatas badanku sambil memaju mundurkan
lobang memeknya ke penisku. Sampai posisi tertentu dia melakukan
gerakan lebih bersemangat sambil mendesis-desis dan akhirnya diapun
mencapai orgasme. Giliran berikutnya adalah si memek gundul.
Perlahan-lahan dibenamkannya penisku ke dalam memeknya. Dia meringis,
mungkin menahan sakit atau entah kenapa. Padahal batang penisku sudah
licin oleh lendir kedua cewek tadi. Mestinya bisa masuk lancar, tetapi
kenyataannya dia agak sulit membenamkan penisku. Penisku terasa lebih
tercengkeram. Lobang vagina si memek gundul ini memang masih terasa
sempit. Setelah terbenam semua dia mulai melakukan gerakan maju mundur.
Aku biarkan dia mengubah-ubah posisi semaunya sampai dia mendapatkan
posisi yang dia rasakan paling nikmat. Gerakannya makin lama makin cepat
dan akhirnya dia pun ambruk juga.
Aku bukan ingin membanggakan
bahwa aku superman, tetapi karena aku 2 hari lalu bertempur
habis-habisan dan kali ini aku berada di posisi bawah, maka aku bisa
menahan selama mungkin agar tidak muncrat. Padahal ketika si memek
gundul tadi menggenjotku cepat, aku sudah merasa syur juga dan mungkin
kalau aku lepas aku bisa ejakulasi.
Ketiga gadis abg itu tidur
telentang berjajar kelelahan setelah masing-masing mendapat orgasme. Aku
jadi ingin mengoral mereka satu persatu sambil merangsang gspotnya.
Giliran pertama adalah si hitam manis. Ku kangkangkan kedua kakinya
selebar mungkin lalu aku mengendus ke memeknya. Memeknya cukup terawat
dan baunya tidak terlalu mengganggu. Aku langsung menjilat clitorisnya.
Dia menggelinjang-gelinjang dan belum 5 menit dia sudah berteriak
orgasme. Aku bangkit lalu jari tengah dan jari manisku ku benamkan ke
dalam lubang vaginanya dengan gerakan tertentu aku merangsang titik
gspotnya baru sekitar 2 menit dia sudah mengerang-ngerang lalu badannya
menegang. Dia mendapat orgasme Gspot. Kuberi waktu sebentar lalu
kukerjai lagi. Kali ini dia mencapai orgasme lebih cepat sampai akhirnya
dia minta ampun karena katanya badannya lemas.
Si jangkung yang
tadi tertidur jadi bangun mendengar suara berisik, menjadi sasaran
berikutnya untuk ku oral. Dia pasrah saja ketika ku oral. Memeknya
baunya juga cukup sedap. Dengan kepiawaianku mengoral, si jangkung
dengan mudah mencapai orgasme. Berikutnya aku merangsang g spotnya
seperti yang kulakukan pada si hitam manis. Dia mulanya heran apa yang
kulakukan, tetapi itu tidak berlangsung lama, dia mulai terengah-engah
dan akhirnya mengejang . Kuberi waktu sebentar lalu aku memulai lagi.
Kali ini dia lebih cepat mencapai orgasme. Liang vaginanya basah sampai
menetes ke kasur. Aku biarkan dia beristirahat sejenak lalu untuk ketiga
kalinya kukerjai lagi dia juga seperti si hitam manis minta ampun
karena katanya badannya sudah lemas, tetapi berbicara sambil
mendesis-desis. Aku meneruskan ngerjai gspotnya sampai akhirnya dia
orgasme lagi. Dia akhirnya benar-benar minta ampun karena badannya
terasa lemas sekali dan ngantuk.
Giliran berikutnya adalah si
imut yang memeknya masih gundul. Aku oral dia . Memeknya memang
istimewa, karena tidak ada baunya dan bentuknya mentul atau menggembung.
Belahan vaginanya berwarna merah dan clitorisnya terlihat paling
menonjol di antara dua temannya. Dengan mudah aku mulai mengoral
clitorisnya. Dia mengejang-ngejang setiap kali ujung clitorisnya aku
usap dengan ujung lidah. Namun si memek gundul ini terasa paling lama
mencapai orgasme dibanding 2 temannya, sampai leherku terasa pegal.
Setelah dia mengejang dan mencapai orgasme aku melanjutkan mengerjai g
spotnya. Kedua jariku agak susah menerobos lubang memeknya. Setelah
posisinya tepat aku mulai melakukan gerakan tertentu. Mulanya si memek
gundul terlihat heran. Ini terbaca dari mimik mukanya, tetapi itu tidak
berlangsung lama karena matanya kemudian terkatup dan bibir bawahnya
digigitnya. Dia mengernyit-ngernyitkan dahinya lalu mendesis. Kali ini
dia tidak mampu bertahan dan akhirnya lepas juga orgasmenya. Dia
kelihatan terkejut dan tidak mampu menguasai dirinya ketika orgasme,
karena dari lubang kencingnya terpancar semburat cairan kental. Dia
mengalami ejakulasi.
Aku membiarkan dia beristirahat sebentar
lalu kembali kukerjai, dia kembali mencapai ejakulasi kedua kali. Tapi
dia masih belum minta ampun aku kerjai lagi untuk ketiga kalinya sampai
akhirnya dia memohon-mohon agar aku menyudahinya, tetapi dia sambil
berkata begitu diselingi oleh berdesis nikmat. Aku jadinya tidak
mempedulikan permintaannya kecuali meneruskan mengerjainya. Dia pun
akhirnya mencapai klimak dan menjerit sekuatnya karena mungkin dia
merasa kenikmatan luar biasa.
Lubang vaginanya terasa berdenyut.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan dan segera penisku ku benamkan
cepat-cepat ke vaginanya untuk merasakan sensasi denyutan. Rasanya
nikmat sekali dan lubangnya terasa lebih mencengkeram. Aku terpancing
dan langsung menggenjotnya dengan gerakan cepat dan kasar. Si memek
gundul pasrah. Dia mungkin sudah kecapaian. Aku merasa penisku nikmat
sekali di memeknya. Dengan konsentrasi akhirnya aku mampu mencapai
orgasme, tetapi kulepaskan di luar.
Ketiga cewek itu tertidur
seperti orang pingsan. Bahkan si hitam manis mendengkur halus. Aku
berjalan ke kamar mandi dan membersihkan cairan spermaku.
Ketiga mereka aku selimuti dan aku pun bergabung dalam satu selimut. Kami tidur seperti jajaran ikan pindang.
Entah
berapa lama tertidur, kami terbangun gara-gara masing-masing kebelet
pipis. Mereka bertiga merangkuli dan menciumiku . Mereka mengaku belum
pernah mengalami orgasme seperti yang dirasakan tadi. Kami berempat
menghabiskan malam itu sambil mencoba berbagai adegan seperti di istana
raja-raja. Kadang-kadang kami tertawa geli melihat tingkah laku kami,
tetapi kadang-kadang mengerang karena nikmat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar