ku mengusap dadanya. Awal menyentuh sih, aku agak ragu, tapi aku
perlahan menyentuh dada bagian atas, lalu mulai ke bawah, awalnya sih
hanya menggosok, tapi kemudian aku sedikit memberikan pijatan. Tampak
mama hanya memejamkan mata, serasa menikmatinya. Aku lalu menggosok
ketiak mama, tangannya, pahanya, kakinya. Perlu diketahui, posisi
penisku dan vagina mama saat itu sangat dekat, aku seakan-akan sudah
siap untuk menusukkan penisku kalau aku mau.
“Sudah ma, gantian dong”, kataku.
Mama
seperti tersambar petir. Ia membuka matanya dan agak gugup. Ia
mengambil sabun dan menggosok dadaku, perutku dan ia agak canggung untuk
menggosok penisku.
“Kenapa ma?”, tanyaku ketika mama berhenti mau menggosoknya. “kasih sabun dong ma”
Mama
pun akhirnya menggosok penisku, oh…rasanya luar biasa. Jemari mamaku
yang lentik dan bersabun itupun menggosok penisku. Aku pun hanya bisa
memejamkan mata dan berkata, “Ahh….enak ma…”.
“Waah, anak mami koq begitu sih?”, kata mama.
“Ayo dong ma, terusin jangan berhenti pliiisss, sudah terlanjur basah nih”, kataku.
“Tapi cuma ini aja ya!”, kata mama. “Janji!?”
“Janji deh”, kataku.
Mama
pun akhirnya mengurut penisku. Ia sangat profesional sekali, jelaslah,
kalau tidak mana mungkin papa tiriku mau dengannya. Punyaku terus
dikocok dengan kedua tangannya. Aku tahu mama juga terangsang. Terlihat
nafasnya juga seakan memburu. Ia menikmati pemandangan diriku yang
terangsang akibat kocokan tangannya.
“Oh maa…mama sangat seksi….ahh…”, kataku merancau. Mama diam saja. “Maa..oh…”.
Aku
memberanikan diri untuk menyentuh dadanya. Mama membiarkannya. Aku
dikocoknya dengan sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Dan, kalau ini
terus-terusan aku bisa jebol nih. Aku melihat mama melihat penisku, ia
seakan menikmatinya, kulihat vaginanya yang bersih tanpa rambut itu
benar-benar mulai dekat dengan buah pelirku, aku mencoba bergeser
sedikit dan akhirnya vagina mama dan buah pelirku bersentuhan. Sensasi
ini sungguh nikmat. Mama tampak menikmatinya juga. Ia mencoba
menyembunyikannya dengan cara mempercepat kocokan penisku. Rasanya aku
mau meledak. Dan….”Ahhh….maaa….oh….”
Spermaku muncrat ke
mana-mana. Tampak sebagian ke wajah mama. Nafasku tersengal-sengal dan
mama tampak merasa aneh. Aku melihat ke wajahnya, bisa kulihat sedikit
sperma menempel di dahinya. Mamaku membersihkannya.
“Udah ya Ren, anak mami baru saja onani pake tangan mami, ternyata cukup besar juga punyamu”, kata mama.
“Mami mau merasakan?”, tanyaku sedikit berani.
“Hush, kamu itu anakku, cukup ini aja!!”, kata mama.
“Kalau gitu sekarang gantian ma”, kataku.
“Maksudmu?”
Tanpa
babibu, aku langsung menyentuh kewanitaannya. Mamiku agak kaget dan
langsung berpegangan pada bathup. Aku menggesek-gesek klitorisnya. Hal
yang sama aku lakukan kepadanya seperti dia melakukan padaku. Aku terus
menggesek-geseknya sambil kumasukkan jari telunjukku ke dalamnya. Mama
tak protes, ia malah menikmatinya, bahkan sekarang Mama benar-benar
basah sekali.
“Oh,…Ren…ackkhh…..penismu besar Ren,…akhhh”, mama
mulai merancu. Dan tiba-tiba ia memelukku dan mencengkramku kuat. Aku
percepat gesekan tangaku di vaginanya. Iapun menjerit. Nafasnya
tersengal-sengal.
Mama nggak ngerasa kalau dadanya menempel di
dadaku. Aku keluarkan tanganku dan kulingkarkan di pinggang mama.
Penisku menempel di perutnya. Ia seakan bertumpu ke pundakku. Mungkin
mama lagi sakit makanya ia capek luar biasa. Lama sekali mama memelukku.
Lalu ia kembali ke posisinya semula. Ia menyalakan shower membasahi
tubuhnya. Setelah ia membersihkan tubuhnya, ia beranjak dari bathup dan
pergi meninggalkanku sendirian.
Kejadian itu pasti diingat mama
terus. Malamnya, mama nonton tv di ruang tamu. Mbak Afif ada urusan ke
rumah kakaknya. Sepertinya penting dan harus nginap. Jadi lagi-lagi di
rumah ini hanya ada aku dan mamaku.
Aku onani di kamarku, sambil
membayangkan mama. Cerita seks sedarah seru lainya ada di
hceritadewasa17tahun.info Aku sengaja melakukannya agar mama melihatku.
Biasanya mama tidur jam 21.00. Saat itu sudah jam 21.00, mama mematikan
tv-nya dan berjalan ke kamarnya. Saat itu aku sengaja membuka sedikit
pintu kamarku agar bsia dilihatnya.
“Oh mama, aahh..ahhh,…ayo ma, digoyang ma…iya…ahhh”, kataku sambil mengocok penisku.
Mamaku
melihat itu. Ia mengintipnya dari pintu. Aku terus beronani hingga
spermaku mau keluar. “Maaa….Rendy mau sampe nih ma..keluarin di mulut
mama aja ya…ahhh..ahhh…ma…nih ma…”.CRoott…spermaku keluar dan membasahi
tanganku. Mamaku melihat itu semua dari pintu, lalu sebelum aku
membersihkan spermaku, mama sudah pergi.
Esoknya, mama tampak agak aneh. Kami diam saja di meja makan. Lalu ia bertanya, “Ren?”
“Iya ma?”, tanyaku.
“Kenapa Rendy berfantasi tentang mami? Bukannya masih ada cewek lain?”, kata mamaku.
“Habis peristiwa kemarin benar-benar membuat Rendy terangsang ma”, jawabku.
“Jangan Rendy, aku ini mamamu”, kata mama. “Nggak sepantasnya anak sendiri ingin ibunya”
“Tapi mama kemarin menimatinyakan?”, tanyaku.
“Jaga mulutmu!”, jawabnya.
“Udah deh ma, nggak usah munafik”, kataku.
PLAK!!
mama menamparku. Aku sedikit frustasi. Lalu aku meninggalkan meja makan
dan menuju ke tv. Aku nyalakan video player, setelah agak beberapa lama
kemudian muncullah tayangan yang tida diduga oleh mama. Aku sebenarnya
memasang kamera di kamar mandi mama, saat mama mengonani aku dan aku
menggesek-geseknya. Mama terkejut.
“Apa itu Rendy? Apa?”, tanya mama.
“Ini video copy ma, kalau mama nggak mau ini ada di tangan papa sekarang. Maka mama harus turuti kemauan Rendy”, kataku tegas.
“Apa maksudmu?”
“Rendy
telah mengcopy banyak sekali video ini dan Rendy kirim ke teman-teman
Rendy. Jadi kalau terjadi sesuatu dengan Rendy, maka video ini nggak
cuma ke papa aja, tapi juga ke teman, dan orang lain, atau mungkin
tersebar di internet”, kataku.
“Kurang ajar kamu ya”, kata mamaku marah. Ia mematikan videonya.
“Eitt…ingat ma, aku masih punya copy-an dan aku tidak menggertak”, kataku.
“Apa maumu Ren? Aku ini mamamu!”, katanya
“Aku tahu, dan aku ingin mami jadi budakku untuk selamanya”, kataku.
Mama tiba-tiba berlutut di hadapanku. “Pliss Ren kumohon, jangan lakukan itu…”
Mama
tampak menangis. Ia benar-benar tak ingin video itu tersebar ataupun
menuruti kemauanku. “Simpel aja koq mam, mama turuti aku aja.”
Mama
agak berpikir panjang, aku biarkan ia berlutut sambil menundukkan
kepala. Tapi aku tak mau menunggu. Aku melepaskan pakaianku satu per
satu hingga sekarang aku tak pakai pakaian apapun. Mama melihatku.
“Mau apa kamu?”
“Mama, adalah budakku sekarang, terima kenyataan ini deh ma”, kataku.
Mama
benar-benar tak bisa apa-apa. Ia hanya pasrah. Akupun makin menguasai
keadaan. Mama aku bopong ke sofa. Di sana aku lucuti seluruh pakaiannya.
Mama benar-benar pasrah, air matanya mengalir. Aku ciumi bibirnya,
kulumat lidahnya, kuhisap, lalu kuremas dadanya. Aku menyusu kepadanya
sebagaimana aku menyusu ketika masih bayi.
Mama hanya memejamkan mata. “Nikmati aja ma, Rendy akan berikan kepuasan yang tidak diberikan oleh papa.”
Aku
menciumi seluruh tubuhnya, ketiaknya, bahunya, dadanya, putingnya yang
berwarna coklat, pusarnya, pahanya, dan ketika aku hisap jempol kakinya,
ia menggelinjang. Sepertinya mama benar-benar pasrah. Kuketahui setiap
ciumanku di tubuhnya ia mendesah.
Akupun ke vaginanya, dan tanpa
basa-basi aku jilati tempat itu, tempat di mana aku lahir dulu. Aku
jilati, aku basahi dengan ludahku, aku lumat, aku jilati klitorisnya,
mama nggak tahan. Cairan kewanitaannya sangat banyak yang keluar.
Mungkin ia mau orgasme.
“Ren…ahh…Ren…jangan Ren…pliiisss, jangan
perkosa mami”,kata mami memohon. Tapi aku tak tinggal diam. Mami meremas
rambutku, lalu aku naik ke perutnya payu daranya kuhisap lagi.
Aktivitasku
aku hentikan. Aku sudah siap untuk menancapkan rudalku sekarang. Mama
melihat moncong rudalku. Ia pasrah dan tahu bahwa benda itu akan masuk
ke vaginanya. Dan benar, aku memasukkannya perlahan. Pertama-tama hanya
seperempat yang masuk, ujungnya saja. Mamaku sudah bergelinjang. Lalu
aku tekan sedikit hingga setengah yang masuk. Itupun sudah aku goyang
maju mundur. Vaginanya sangat basah, cairan kewanitaannya sangat banyak,
ia mungkin sudah orgasme dulu. Aku terus menekannya hingga penuh benar
punyaku masuk. Mama tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, malah dia
mengimbangiku dengan menekan pantatnya ke atas.
Akupun segera
menggoyangnya maju mundur. Kutindih mamaku, dada kami bersatu dan kucium
bibirnya. Pantatku bergoyang seperti bor. Mencoba menuju puncak, untuk
mengeluarkan spermaku. Aku tidak merasa puas dengan posisi seperti ini.
Aku kemudian menghentikan gerakanku, kubalikkan tubuh mamaku yang lemas.
Aku sodok dia dari belakang. Pantatnya sangat seksi. benar sekali,
sensai doggy style ini luar biasa. Mama hanya berkata,
“aah…ahh..ahh..oh…oh..ah..ahh..”
“Enak ma?”, tanyaku.
“Rendy….ah…terus
Ren…perkosa mama Ren…perkosa mama”, katanya merancau. Aku pun tak
tinggal diam. Kupompa lebih cepat lagi. Oh…pantatnya benar-benar
merangsangku, aku tak tahan lagi.
“Ma, Rendy mau keluar nih”, kataku.
“Keluarin Ren, mama juga keluar”, katanya.
CROOOOTT…..CROOOT…CROOT….,
banyak sekali spermaku yang keluar ke dalam rahimnya. Aku memeluk mama
dari belakang. Dan kami pun lemas. Aku peluk mama sambil meremas
dadanya. Penisku masih di vaginanya. Posisi kami di atas sofa dengan
kedua tanganku meremas dadanya, tubuh kami bersandar sofa. Nafas kami
terengah-engah. Kamipun akhirnya tertidur.
Satu jam kemudian aku
terbangun. Mama sudah tidak kupeluk lagi. Ia duduk bersandar sofa.
Matanya tampak sembab. Ia merasa bersalah.
“Kenapa ma?”, tanyaku.
“Rendy tega sekali ama mami”, jawabnya..
“Tapi mama sukakan?”, tanyaku.
“Tapi, mama sudah mengkhianati papi”, katanya. “Seharusnya tidak seperti ini”.
Aku
lalu memeluknya dari belakang. “Tidak masalah ma, ini akan kita jaga,
rahasia ini akan kita jaga, selama mama menjaga rahasia juga”.
Mama diam.
Aku lalu beranjak dari sofa. Aku berdiri di hadapannya.
“Kenapa Ren?”, tanyanya.
“Sepon penis Rendy dong, Rendy belum puas”, kataku.
Mama
kali ini langsung nurut. Ia memegang ujung penisku. Dengan perlahan ia
urut penisku, penisku yang masih tidur, langsung tegang. Lalu
perlahan-lahan ia julurkan lidahnya, ia putar-putar lidahnya ke ujung
penisku, lalu ia masukkan ke mulutnya. Yeah, nikmat sekali.
Lalu
ia basahi seluruh penisku dengan lidahnya, dijilati, dicium, dikocok
diremas. Entah berapa lama aku berdiri dengan diberi kenikmatan itu,
yang jelas, aku benar-benar puas saat spermaku muncrat di dalam mulut
mamaku. Mama menghisapnya habis, menelannya bulat-bulat.
Setelah
kejadian itu, aku jadi makin berani dengan mamaku. Setiap malam aku
selalu minta jatah. Setiap hari, bahkan mama mulai mengeluh kalau
misalnya hamil bagaimana, aku tak peduli, mama sekarang menjadi budakku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar