erpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat
ukuran kont*lku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup
pintu gudang di belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu
persatu kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata
Mama tidak memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku
terangsang, walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon.
Minimnya cahaya yang masuk ke gudang membuat kedua pentilnya tidak jelas
terlihat warnanya. Mungkin coklat
kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-benar hot!!”.
Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil
tanganku berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil
berjalan, kont*lku tegak menjulang di udara. Aku benar – benar
terangsang.
Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar.
Ujung lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan
kecoklatan. Astaga… kont*lku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku
mengisap dan meremas teteknya yang lain dengan tanganku. kont*lku yang
terjepit diantara perutku dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu…
cruttttttt cruttttttt crutttttttttt.. semprotan demi semprotan kont*lku
meledak menyemburkan cairan putih kental membasahi sebagian perut dan
tetek Mama.
Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang
kont*lku dan meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi
telapak tangannya. Di sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa
menatap ke bawah, air maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama,
beberapa semprotan jatuh ke pangkal paha Mama.
Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama
meraih tanganku dan menggosok-gosokan ke mem*knya. Terasa gatal tanganku
sewaktu telapak tanganku bergesekan dengan permukaan mem*knya yang
dipenuhi bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat
melihat mem*k Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi,
kali ini air maniku menyemprot tepat di
permukaan mem*knya.
Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.
Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kont*lku masih keras,
bahkan semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku
terangsang dengan belaian-belaian tanganku pada mem*k dan kedua buah
payudaranya.
Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara
tanganku yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet
pentilnya yang mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kont*lku
dan aku mendorong ke mem*knya
Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kont*lku menyentuh
mem*knya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir
bak mandi dan kemudian mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke
tubuh Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya.
Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi
mencengkram batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam
mem*knya. Kurasakan hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan
pinggulku, hampir setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk
lagi.
“Sshh…egh..!” Mama mendesis.
Aku mulai memompa kont*lku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum
kedua teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan
kemudian terasa aku akan keluar lagi.
Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan
mengerang. Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku
bisa merasakan badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang
kont*lku kemudian menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental
keluar dari mem*knya.
Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa
akan keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang
kont*lku sedalam dalamnya. kont*lku kemudian meledak, semprotan demi
semprotan air mani keluar, jauh didalam mem*k Mama. Separuh orgasme,
kutarik keluar dan kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama.
Kugosok – gosokkan ujung penisku di kedua pentil nya yang membesar.
Kemudian kutekan kedua bulatan payudara Mama dan menyusupkan batang
kont*lku di celah antara keduanya. Kugosok gosok kan terus sampai air
maniku berhenti keluar. Mama tersenyum, dagu, leher dan dada Mama penuh
dengan air maniku. Entah berapa banyak air mani yang kusemprotkan waktu
itu. Pada semprotan yang terakhir, aku melenguh keras. Takut jika ada
yang mendengar..Mama mendekap kepalaku di dadanya.
Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar
dari gudang itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya
dan mulai menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang
lagi. “Mandi berdua dengan Mama ? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke
dalam. Mama melihatku mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar