Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi
mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu
memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah
yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih
tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.
“Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.
Tanganku
terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya
yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali
jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset.
Ia malah berkata, ”Dik teruskan….. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”
Bagai
mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini
terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka
dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut
yang kiri dan kanan bergantian.
“Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”
“Nggak
apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena
aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.
Setelah
puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok
bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang
menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.
“Cup…cup…sret…. srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.
“Ought……ought….terus dik enak…..!!!”
Karena
takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan
kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam
vaginanya yang basah.
“Ehmm…oh…ehhhhh…. mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.
Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.
“Crot..cret…crettttttt…. crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
“Oh……”
Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.
“Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
“Ok deh mbak”, sahutku.
Setelah
selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai
pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni
rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang
lagi.
Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak
Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket
yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi
yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan
jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku
memeluknya dengan erat dari balakang.
“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak Wina.
Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.
“Hm…eght…. hmmmmm……. eght…!”
Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.
Kubaringkan
ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan
pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun
yang menempel. Wow……tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165
cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih
bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini
bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar ditengahnya
mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.
Kami
berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu
terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap
gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing.
Aku
mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang
jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang
mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil
bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.
Setelah
puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar,
ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di
tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke
bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai
ia keenakan menjambak rambutku.
“Ught..ugh…hah oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.
Setelah
kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir
di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua
cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking
asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang
memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih
sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa
suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka
ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang
lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut
bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan
kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan
kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.
“Dik
main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah
seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
“Boleh”.
Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.
“Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.
Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.
Mbak
Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar
kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak
kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A
vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.
Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku
membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya
kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum
sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu
itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut,
sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam
vagina satu sama lain.
Setelah puas dengan permainan itu,
aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung
kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka
satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh
mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu
rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke
dalam vagina mereka.
Giliran mereka mengulum penisku bergantian.
“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.
Aku
yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan
vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk
cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka
memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.
“Dik aku mau keluar”
“Mas aku juga”
“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
“Boleh”, kata Mbak Fitri.
Aku
mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu
lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.
“Srep.., srep”.
Heran,
itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok
udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.
Karena
sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak
Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian
aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih
sempit seperti perawan saja.
“Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
“Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
“Tunggu sebentar sayang.“
Sekitar
10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan
aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih
perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke
liang vaginanya.
“Mas....... sakit..... mas...... oght........ hhohhhhhh.......”, jerit kecil Asih.
“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
“Benar Mas sekarang nikmat sekali... oh.. ought..”
Rupanya
bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak
ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke
vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia
memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang
masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam
kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.
Karena
sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak,
dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku,
kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa
menetek, eh..., bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum
manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi
segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan
mulutku, dan kumainkan klitorisnya.
Ia mendesah seperti kepedasan.
“Ah......... huah........ hm.......!”
Tanganku
yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih,
mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.
Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.
“Ought......... hmmmmmm...... cret... crot.....”
“Enak Mas.......!” desah Asih.
Spermaku
ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku
bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat
sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang
kami rasakan.
Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di
penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian
itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua
bertiga maupun berempat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar