Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti
sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk
bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris
Tante Dessy. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya
dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan
tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah
semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka
satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama
seperti Tante Dessy.
Kukecup leher Tante Dessy dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya.
Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup
berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan
memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris
tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Dessy pandai merawat tubuhnya.
Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah
karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan
vaginanya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak
habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan
mengabaikan keindahan seperti ini.
“Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
“Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Gas… lihat tuh
burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat
seluruh badan tante….,” kata Tante Dessy sambil tersenyum memperhatikan
penisku yang sudah mengeras dan menGasgak ke atas.
Aku mulai menjilati payudara Tante Dessy sementara itu tangan kananku
perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua
bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan
lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Dessy tampak sangat
menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan
penisku.
Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Dessy seperti dalam adegan
film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku,
sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante
Dessy. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya
tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya
dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Dessy yang sudah menanti untuk
dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian
atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku
ke arah vagina Tante Dessy. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian
kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah.
“Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Dessy saat
lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua
bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan
kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Dessy
terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu
masuk ke dalam lubang vaginanya.
“Aduuh.. Bagasi… enak sekali sayang… iya sayang… yang itu enak.. emmhh
.. terus sayang… pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh..
aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus
menekan kepalaku ke selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian pinggul
Tante Dessy mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga,
lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara
itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.
“Bagas.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang…
Bagasiii…. terus jilat itu Gas… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…”
bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah
dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya
yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya. Beberapa saat tubuh
Tante Dessy meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil
matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah
berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.
“Bagas.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti
ini…” katanya perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri
di samping Tante Dessy, kubelai rambut Tante Dessy lalu bibir kami
beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling
melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan
payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Dessy sudah
mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba
penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.
“Bagas sayang… sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya…” katanya
sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama
kemudian Tante Dessy mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal
kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku
dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai
melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam
mulutnya. Tante Dessy mengemut dan sekaligus mempermainkan batang
kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga
tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Dessy sungguh
luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh
tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras
dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya
ke dalam vagina Tante Dessy. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina
seorang wanita untuk pertama kali….
“Tante… Bagas pengen masukin ke punya tante… ” kataku sambil mencoba
melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Dessy mengangguk setuju, lalu ia
membiarkan penisku keluar dari mulutnya. “Terserah Bagas sayang…
keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante… tante juga udah pengen
banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”
Perlahan kurebahkan Tante Dessy disebelahku, Tante Dessy langsung
membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat
belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya
dan tampaklah lubang vagina Tante Dessy yang begitu indah dan menggugah
birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan
kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku
berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu….
Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari
tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante
Dessy mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Bagas sayang.. masukin
punyamu sekarang, tante udah siap…”
Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah
begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina
Tante Dessy yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku
aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Dessy
menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum…..
“Ini pengalaman pertama ya Gas….”
“Iya tante….” jawabku malu-malu.
“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang
penisku. Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil
tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan
ke depan…masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan
basah…. sensasinya sungguh luar biasa.
Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina
Tante Dessy, aah.. nikmatnya. “Aaahh…Bagasi.. eemh…” Tante Dessy
berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun
sudah diatas 40 tahun vagina Tante Dessy masih terasa sempit,
dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan
vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar
biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante
Dessy juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi
gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai
rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu
bibir kami berpagutan dengan liar….
Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar
dijalari sensasi nikmat yang luar biasa… maklumlah ini pengalaman
pertamaku… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak
orgasme.
“Tante…Bagas sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
“Terusin aja Gas… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh…
Bagas… tusuk yang kuat Gas… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”
Kata-kata Tante Dessy membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan
penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.
“Aduuh…Bagas udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan
penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di
dalam vagina Tante Dessy. Sementara itu Tante Dessy juga hampir mencapai
orgasmenya yang kedua.
“Ayoo Gas… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh….
Bagasii…. sekarang Gas…. keluarin sekarang Gas… tante udah nggak
tahan…mmmhhh”.
Tante Dessy juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan
melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.
Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat…
“Tante…aaaa…aaaagh….Bagas keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil
memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Dessy.
Bersamaan dengan itu Tante Dessypun mengalami puncak orgasmenya,
“Bagasii…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….”
Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat
di dalam vagina Tante Dessy. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar
biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan
persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.
Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai
sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di
sebelah Tante Dessy yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam
dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan
spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga
spermaku muntah di dalam Tante Dessy.
Tak lama kemudian Tante Dessy membuka matanya dan tersenyum padaku,
“Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.
“Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali
“making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru
waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the
way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu.
Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada
kesempatan kita main lagi mau Gas…?”
Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante
Dessy membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan
kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit,
energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek
dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan penisku mulai
membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Dessy dan
membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih
penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.
“Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya
sambil mengangkangi aku. Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya
yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung
meluncur masuk ke dalam vagina Tante Dessy yang sudah sangat basah dan
licin. Kini Tante Dessy duduk diatas badanku dengan penisku terbenam
dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya
menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.
“Aahh…Bagas… penismu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya
mendesah-desah. Gerakan Tante Dessy perlahan tapi penuh energi, setiap
dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat
penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Dessy
terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya
cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi
dengan kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang
terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Dessy.
Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat
Tante Dessy makin bergairah. Gerakan Tante Dessy makin lama makin kuat
dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang
terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa
adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan
kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…
“Bagas… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Bagas juga udah nggak tahan…”
Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Dessy menekan seluruh
berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang
vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan… Tangan Tante Dessy
mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka
dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat.
Setelah beberapa saat akhirnya Tante Dessy merebahkan tubuhnya di
atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama
kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Dessy karena dia tidak
mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai
busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar…
Tante Dessy seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan
kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.
Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai
kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Dessy, atau
sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang
untuk kencan short-time. Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan,
aku mendatangi Tante Dessy dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya.
Kalau OK Tante Dessy pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku
masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Dessy yang “horny”, dia tidak
sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk
mengajakku bercinta.
Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Dessy tidak lagi
cemberut dan uring-uringan kalau Om Bambang pergi tugas mengajar ke luar
kota. Malah kelihatannya Tante Dessy justru mengharapkan Om Bambang
sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas
bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Dessy.
Pernah suatu malam setelah Om Bambang berangkat keluar kota, Tante Dessy
masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang
dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut
dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat
kuraba payudaranya ternyata Tante Dessy sudah tidak memakai BH, dan
ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam
lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.
Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas
masih tampak disana, rupanya Tante Dessy baru saja bertempur dengan
suaminya dan Tante Dessy belum merasa puas. Langsung saja kubuka
celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang
minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Dessy menanggapi
tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka
bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang
vaginanya yang merekah merah.
“Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang…..” katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.
Karena aku rasa Tante Dessy sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi
dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam
vagina Tante Dessy dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam!
Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Dessy
diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di
atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau
berganti posisi dengan Tante Dessy membelakangi aku, sesekali kami
melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Dessy diangkat
dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih
ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa
Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya
kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh
keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami
sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras
energi dan Tante Dessy entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai,
Tante Dessy hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya
lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan
sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam
liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Dessy.
Petualanganku dengan Tante Dessy berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai
akhirnya kami merasa Om Bambang mulai curiga dengan perselingkuhan kami.
Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan
menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu
paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini
berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan
sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung
aku masih menyempatkan diri menemui Tante Dessy yang nafsu dan gairahnya
seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala
lima.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar