Pertama-tama mama mencopot bajunya, ia memang sedikit lelah, bisa
dilihat di matanya. Mamaku benar-benar telanjang di hadapanku, walaupun
ia membelakangi aku, aku bisa melihat mulusnya tubuhnya. Mama lalu
mengambil handuk piyamanya dan ia pakai.
“Yuk”, ajak mama. Akupun ikut, aku lepas semua pakaianku dan aku hanya pakai handuk untuk menutupi pinggangku.
Kamipun ada di kamar mandi sekarang. Di dalam bathup, mama
membelakangiku dan melepas piyamanya, akupun melepas handukku. Air
shower mengucur dari atas. Tubuhku dan tubuh mama tersiram air yang
hangat.
“Sini ma, Rendy gosok”, kataku.
Mama menurut saja. Akupun mengambil sabun dan menggosok punggung
mama. Dan perlahan akupun mendekat hingga sekarang kakiku melingkar di
pinggangnya, dan penisku menempel di pantatnya. Otomatis penisku
menegang. Posisi itu sangat pas untuk dibuat bercinta. Tapi aku tak mau
memulainya, aku ingin mama benar-benar takluk padaku. Mama mungkin
merasakan penisku yang tegang.
“Wah, anak mami sudah panas ternyata”, kata mama.
“Iyalah ma, normal, wong lihat wanita secantik ini koq”, kataku. Mama
tertawa. Akupun mulai mengusap-usap punggung mama. Sambil aku
memijatnya.
Mulanya pundak, lalu punggung. Tampak mama sangat menikmatinya. Dan
akupun agak sedikit berani menyentuh payudaranya. Mama nggak marah.
“Ma, bagian belakang sudah nih, bagian depan dong”, kataku.
Mamaku berbalik. Dan, bisa dibilang pertama kali pandangannya tertuju pada batang penisku yang berdiri tegak.
“Barang anak mami ini ternyata besar juga”, kata mamaku sambil mencubitnya.
“Aw, ma…”, kataku sedikit manja.
“Sama mama sendiri koq bisa terangsang sih?”, tanya mama.
“Lha mau gimana ma, mama masih seksi, masih sintal dan benar-benar mulus”, kataku.
“Bisa saja kamu”, kata mama.
Aku pun mengusap tubuh mama bagian depan. Aku mengusap dadanya. Awal
menyentuh sih, aku agak ragu, tapi aku perlahan menyentuh dada bagian
atas, lalu mulai ke bawah, awalnya sih hanya menggosok, tapi kemudian
aku sedikit memberikan pijatan. Tampak mama hanya memejamkan mata,
serasa menikmatinya. Aku lalu menggosok ketiak mama, tangannya, pahanya,
kakinya. Perlu diketahui, posisi penisku dan vagina mama saat itu
sangat dekat, aku seakan-akan sudah siap untuk menusukkan penisku kalau
aku mau.
“Sudah ma, gantian dong”, kataku.
Mama seperti tersambar petir. Ia membuka matanya dan agak gugup. Ia
mengambil sabun dan menggosok dadaku, perutku dan ia agak canggung untuk
menggosok penisku.
“Kenapa ma?”, tanyaku ketika mama berhenti mau menggosoknya. “kasih sabun dong ma”
Mama pun akhirnya menggosok penisku, oh…rasanya luar biasa. Jemari
mamaku yang lentik dan bersabun itupun menggosok penisku. Aku pun hanya
bisa memejamkan mata dan berkata, “Ahh….enak ma…”.
“Waah, anak mami koq begitu sih?”, kata mama.
“Ayo dong ma, terusin jangan berhenti pliiisss, sudah terlanjur basah nih”, kataku.
“Tapi cuma ini aja ya!”, kata mama. “Janji!?”
“Janji deh”, kataku.
Mama pun akhirnya mengurut penisku. Ia sangat profesional sekali,
jelaslah, kalau tidak mana mungkin papa tiriku mau dengannya. Punyaku
terus dikocok dengan kedua tangannya. Aku tahu mama juga terangsang.
Terlihat nafasnya juga seakan memburu. Ia menikmati pemandangan diriku
yang terangsang akibat kocokan tangannya.
“Oh maa…mama sangat seksi….ahh…”, kataku merancau. Mama diam saja. “Maa..oh…”.
Aku memberanikan diri untuk menyentuh dadanya. Mama membiarkannya.
Aku dikocoknya dengan sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Dan, kalau
ini terus-terusan aku bisa jebol nih. Aku melihat mama melihat penisku,
ia seakan menikmatinya, kulihat vaginanya yang bersih tanpa rambut itu
benar-benar mulai dekat dengan buah pelirku, aku mencoba bergeser
sedikit dan akhirnya vagina mama dan buah pelirku bersentuhan. Sensasi
ini sungguh nikmat. Mama tampak menikmatinya juga. Ia mencoba
menyembunyikannya dengan cara mempercepat kocokan penisku. Rasanya aku
mau meledak. Dan….”Ahhh….maaa….oh….”
Spermaku muncrat ke mana-mana. Tampak sebagian ke wajah mama. Nafasku
tersengal-sengal dan mama tampak merasa aneh. Aku melihat ke wajahnya,
bisa kulihat sedikit sperma menempel di dahinya. Mamaku membersihkannya.
“Udah ya Ren, anak mami baru saja onani pake tangan mami, ternyata cukup besar juga punyamu”, kata mama.
“Mami mau merasakan?”, tanyaku sedikit berani.
“Hush, kamu itu anakku, cukup ini aja!!”, kata mama.
“Kalau gitu sekarang gantian ma”, kataku.
“Maksudmu?”
Tanpa babibu, aku langsung menyentuh kewanitaannya. Mamiku agak kaget
dan langsung berpegangan pada bathup. Aku menggesek-gesek klitorisnya.
Hal yang sama aku lakukan kepadanya seperti dia melakukan padaku. Aku
terus menggesek-geseknya sambil kumasukkan jari telunjukku ke dalamnya.
Mama tak protes, ia malah menikmatinya, bahkan sekarang Mama benar-benar
basah sekali.
“Oh,…Ren…ackkhh…..penismu besar Ren,…akhhh”, mama mulai merancu. Dan
tiba-tiba ia memelukku dan mencengkramku kuat. Aku percepat gesekan
tangaku di vaginanya. Iapun menjerit. Nafasnya tersengal-sengal.
Mama nggak ngerasa kalau dadanya menempel di dadaku. Aku keluarkan
tanganku dan kulingkarkan di pinggang mama. Penisku menempel di
perutnya. Ia seakan bertumpu ke pundakku. Mungkin mama lagi sakit
makanya ia capek luar biasa. Lama sekali mama memelukku. Lalu ia kembali
ke posisinya semula. Ia menyalakan shower membasahi tubuhnya. Setelah
ia membersihkan tubuhnya, ia beranjak dari bathup dan pergi
meninggalkanku sendirian.
Kejadian itu pasti diingat mama terus. Malamnya, mama nonton tv di
ruang tamu. Mbak Afif ada urusan ke rumah kakaknya. Sepertinya penting
dan harus nginap. Jadi lagi-lagi di rumah ini hanya ada aku dan mamaku.
Aku onani di kamarku, sambil membayangkan mama. Cerita seks sedarah
seru lainya ada di hceritadewasa17tahun.info Aku sengaja melakukannya
agar mama melihatku. Biasanya mama tidur jam 21.00. Saat itu sudah jam
21.00, mama mematikan tv-nya dan berjalan ke kamarnya. Saat itu aku
sengaja membuka sedikit pintu kamarku agar bsia dilihatnya.
“Oh mama, aahh..ahhh,…ayo ma, digoyang ma…iya…ahhh”, kataku sambil mengocok penisku.
Mamaku melihat itu. Ia mengintipnya dari pintu. Aku terus beronani
hingga spermaku mau keluar. “Maaa….Rendy mau sampe nih ma..keluarin di
mulut mama aja ya…ahhh..ahhh…ma…nih ma…”.CRoott…spermaku keluar dan
membasahi tanganku. Mamaku melihat itu semua dari pintu, lalu sebelum
aku membersihkan spermaku, mama sudah pergi.
Esoknya, mama tampak agak aneh. Kami diam saja di meja makan. Lalu ia bertanya, “Ren?”
“Iya ma?”, tanyaku.
“Kenapa Rendy berfantasi tentang mami? Bukannya masih ada cewek lain?”, kata mamaku.
“Habis peristiwa kemarin benar-benar membuat Rendy terangsang ma”, jawabku.
“Jangan Rendy, aku ini mamamu”, kata mama. “Nggak sepantasnya anak sendiri ingin ibunya”
“Tapi mama kemarin menimatinyakan?”, tanyaku.
“Jaga mulutmu!”, jawabnya.
“Udah deh ma, nggak usah munafik”, kataku.
PLAK!! mama menamparku. Aku sedikit frustasi. Lalu aku meninggalkan
meja makan dan menuju ke tv. Aku nyalakan video player, setelah agak
beberapa lama kemudian muncullah tayangan yang tida diduga oleh mama.
Aku sebenarnya memasang kamera di kamar mandi mama, saat mama mengonani
aku dan aku menggesek-geseknya. Mama terkejut.
“Apa itu Rendy? Apa?”, tanya mama.
“Ini video copy ma, kalau mama nggak mau ini ada di tangan papa sekarang. Maka mama harus turuti kemauan Rendy”, kataku tegas.
“Apa maksudmu?”
“Rendy telah mengcopy banyak sekali video ini dan Rendy kirim ke
teman-teman Rendy. Jadi kalau terjadi sesuatu dengan Rendy, maka video
ini nggak cuma ke papa aja, tapi juga ke teman, dan orang lain, atau
mungkin tersebar di internet”, kataku.
“Kurang ajar kamu ya”, kata mamaku marah. Ia mematikan videonya.
“Eitt…ingat ma, aku masih punya copy-an dan aku tidak menggertak”, kataku.
“Apa maumu Ren? Aku ini mamamu!”, katanya
“Aku tahu, dan aku ingin mami jadi budakku untuk selamanya”, kataku.
Mama tiba-tiba berlutut di hadapanku. “Pliss Ren kumohon, jangan lakukan itu…”
Mama tampak menangis. Ia benar-benar tak ingin video itu tersebar
ataupun menuruti kemauanku. “Simpel aja koq mam, mama turuti aku aja.”
Mama agak berpikir panjang, aku biarkan ia berlutut sambil
menundukkan kepala. Tapi aku tak mau menunggu. Aku melepaskan pakaianku
satu per satu hingga sekarang aku tak pakai pakaian apapun. Mama
melihatku.
“Mau apa kamu?”
“Mama, adalah budakku sekarang, terima kenyataan ini deh ma”, kataku.
Mama benar-benar tak bisa apa-apa. Ia hanya pasrah. Akupun makin
menguasai keadaan. Mama aku bopong ke sofa. Di sana aku lucuti seluruh
pakaiannya. Mama benar-benar pasrah, air matanya mengalir. Aku ciumi
bibirnya, kulumat lidahnya, kuhisap, lalu kuremas dadanya. Aku menyusu
kepadanya sebagaimana aku menyusu ketika masih bayi.
Mama hanya memejamkan mata. “Nikmati aja ma, Rendy akan berikan kepuasan yang tidak diberikan oleh papa.”
Aku menciumi seluruh tubuhnya, ketiaknya, bahunya, dadanya, putingnya
yang berwarna coklat, pusarnya, pahanya, dan ketika aku hisap jempol
kakinya, ia menggelinjang. Sepertinya mama benar-benar pasrah. Kuketahui
setiap ciumanku di tubuhnya ia mendesah.
Akupun ke vaginanya, dan tanpa basa-basi aku jilati tempat itu,
tempat di mana aku lahir dulu. Aku jilati, aku basahi dengan ludahku,
aku lumat, aku jilati klitorisnya, mama nggak tahan. Cairan
kewanitaannya sangat banyak yang keluar. Mungkin ia mau orgasme.
“Ren…ahh…Ren…jangan Ren…pliiisss, jangan perkosa mami”,kata mami
memohon. Tapi aku tak tinggal diam. Mami meremas rambutku, lalu aku naik
ke perutnya payu daranya kuhisap lagi.
Aktivitasku aku hentikan. Aku sudah siap untuk menancapkan rudalku
sekarang. Mama melihat moncong rudalku. Ia pasrah dan tahu bahwa benda
itu akan masuk ke vaginanya. Dan benar, aku memasukkannya perlahan.
Pertama-tama hanya seperempat yang masuk, ujungnya saja. Mamaku sudah
bergelinjang. Lalu aku tekan sedikit hingga setengah yang masuk. Itupun
sudah aku goyang maju mundur. Vaginanya sangat basah, cairan
kewanitaannya sangat banyak, ia mungkin sudah orgasme dulu. Aku terus
menekannya hingga penuh benar punyaku masuk. Mama tak bisa berkata
apa-apa lagi sekarang, malah dia mengimbangiku dengan menekan pantatnya
ke atas.
Akupun segera menggoyangnya maju mundur. Kutindih mamaku, dada kami
bersatu dan kucium bibirnya. Pantatku bergoyang seperti bor. Mencoba
menuju puncak, untuk mengeluarkan spermaku. Aku tidak merasa puas dengan
posisi seperti ini. Aku kemudian menghentikan gerakanku, kubalikkan
tubuh mamaku yang lemas. Aku sodok dia dari belakang. Pantatnya sangat
seksi. benar sekali, sensai doggy style ini luar biasa. Mama hanya
berkata, “aah…ahh..ahh..oh…oh..ah..ahh..”
“Enak ma?”, tanyaku.
“Rendy….ah…terus Ren…perkosa mama Ren…perkosa mama”, katanya
merancau. Aku pun tak tinggal diam. Kupompa lebih cepat lagi.
Oh…pantatnya benar-benar merangsangku, aku tak tahan lagi.
“Ma, Rendy mau keluar nih”, kataku.
“Keluarin Ren, mama juga keluar”, katanya.
CROOOOTT…..CROOOT…CROOT…., banyak sekali spermaku yang keluar ke
dalam rahimnya. Aku memeluk mama dari belakang. Dan kami pun lemas. Aku
peluk mama sambil meremas dadanya. Penisku masih di vaginanya. Posisi
kami di atas sofa dengan kedua tanganku meremas dadanya, tubuh kami
bersandar sofa. Nafas kami terengah-engah. Kamipun akhirnya tertidur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar