Rabu, 09 Juli 2014

Sekilas Mama Shin Chan juga melihat tontonan TV yang masih memeprlihatkan goyangan-goyangan erotis dari penyanyinya. Mengertilah Mama Shin Chan tapi tetap heran dengan besarnya tonjolan burung Shin Chan. Untuk mengurangi rasa sakit jepitan celana pada burung Shin Chan maka mamanya melorotkan celana Shin Chan yang lagi terlentang. Bertambah terkejutnya Mama Shin Chan setelah melihat burung Shin Chan yang berdiri tegak dengan ukuran melebihi milik suaminya. Dipegang dan diusap-usap burung Shin Chan oleh kedua tangan mamanya yang lembut.

"Enaak Ma, terus.", kata Shin Chan nakal sambil tersenyum lega.

"Shin Chan, ini akibatnya kalau kamu lihat TV yang seperti gituan", teriak mamanya dengan muka merah dan segera mematikan TV.

"Mama, Mama, maafin Shin Chan.", rengek Shin Chan hampir menangis.
Tapi tetap saja burung Shin Chan berdiri tegak karena usapan mamanya.

Mamanya Shin Chan tahu bahwa untuk menidurkan kembali burung Shin Chan ia harus menyudahi usapannya pada burung itu, tapi karena ia belum pernah melihat dan memegang penis pria sebesar itu maka dengan ia masih tetap berlama-lama menatap dan mengusap burung anaknya. Melihat jam dinding, dengan berat hati ia meninggalkan Shin Chan dan kedapur untuk menyiapkan makan malam suaminya yang akan tiba dari pulang kerja tak lama lagi.

"Ma, Mama, gimana ini, Shin Chan kok ditinggal", teriak Shin Chan.

"Lepas dulu aja celanamu, duduk dan tunggu aja, kalau burungmu sudah tidur pakai lagi celanamu", teriak mamanya dari dapur.

"Hihihi, dingin-dingin empuk", tawa Shin Chan sambil memijat-mijat burungnya sendiri.

Lupa akan perintah mamanya, Shin Chan lari berputar-putar diruang tengah tanpa celana menirukan aksi superhero kesayangannya ketika membasmi kejahatan.

"Hmm, mana monster-monster jahat itu biar kutembak dengan senjata baruku ini", teriak Shin Chan memegang burungnya dan memainkannya bak senjata.

Kelakuan Shin Chan yang belum tahu apa-apa ini, membuat burungnya tetap saja berdiri tegang tak mau segera tidur. Tapi Shin Chan malah senang karena punya mainan baru.

Mama Shin Chan yang telah usai menyiapkan makan malam keluarga, kembali keruang tengah untuk melihat kondisi anaknya.

"Ma, Mama, ayo Ma main superhero lawan monster, Shin Chan jadi superheronya, Mama jadi monsternya ya", teriak Shin Chan pada mamanya.

"Shin Chan kamu kok nakal banget sih, disuruh duduk kok malah lari-lari", teriak mamanya tak dihiraukan Shin Chan yang lagi asyik main dengan berlarian.

Mamanya berusaha menangkap Shin Chan untuk dipaksa duduk tenang, tapi Shin Chan malah menganggapnya bermain-main dan tetap terus menghindar dari tangkapan mamanya lalu sesekali memegang burung dan mengarahkannya pada mamanya sambil beraksi menembak.

"Dor, dor, dor", teriak Shin Chan.

Gemas campur marah mamanya Shin Chan mengancam tak memberinya mie, tapi Shin Chan nakal sudah tak mendengarkan lagi ancaman mamanya yang sudah dianggapnya monster yang berusaha menangkapnya.

"Ayo monster kalau bisa tangkap Super Shin Chan", ujar Shin Chan.

Mendengar kata-kata Shin Chan, mamanya punya akal untuk menangkapnya.

"Awas Super Shin Chan kalau ketangkap akan kuberi pelajaran", kata mamanya Shin Chan berlagak jadi monster.
Lalu mamanya Shin Chan segera mematikan lampu diruang tengah sehingga kondisinya menjadi remang-remang.

"Mama, Mama Shin Chan takut, nyalain lagi lampunya", jerit Shin Chan ketakutan sehingga tak mampu beranjak dari tempatnya berdiri.

Tiba-tiba dua tangan mamanya sudah menangkap tubuhnya dari belakang.

"Hehehe, ketangkap kamu", ujar mamanya Shin Chan dengan suara monster.

"Mama, Mama mainnya sudahan", ujar Shin Chan sambil merobohkan dirinya diatas karpet ruang tengah.

"Mamamu sudah tak ada, yang ada hanyalah monster yang akan memberimu pelajaran", kata mamanya bak monster jahat yang siap menerkam mangsanya.

Merasa tertantang, keberanian Shin Chan muncul kembali mengingat ia punya senjata pamungkas yaitu burungnya yang masih berdiri.

"Super Shin Chan tidak takut sama monster jelek, sini biar kutembak", teriak Shin Chan dengan memegang dan mengarahkan burungnya ke arah wajah mamanya yang mendekat.

"Aku bukan monster jelek tapi monster cantik dan tak takut dengan senjatamu, terimalah pelajaran dariku", ucap mamanya Shin Chan langsung menangkap dan menjilati burungnya Shin Chan yang mengarah kemukanya.

Shin Chan yang tak berdaya melepas tangannya dari burungnya dan terlentang mengaduh"Aduh, aduh, geli Ma, geli Ma".

Tak mendengarkan rintihan Shin Chan, mamanya terus menjilati dan mengulum batang kemaluan Shin Chan. Kuluman maju mundur pada ujung batang kemaluan Shin Chan ia tambahkan kocokan dengan tangannya pada pangkal batang kemaluan Shin Chan.

"Uhh, uuh, mmh, Ma, Ma, en, en, enaak", ucap Shin Chan terbata-bata.

"Teruus Ma, iya gitu, mmh, uhh, lagi Ma, mmff", kata Shin Chan yang membuat mamanya makin mempercepat kuluman dan kocokan pada batang kemaluan Shin Chan.

"Ma, Ma, Sin, Sin, Shin Chan mau.", belum habis ucapan Shin Chan, batang kemaluannya berdenyut hebat mengeluarkan cairan putih dan langsung menyemprot kedalam kerongkongan mamanya.

"Mmmh, mmh.", suara mamanya sambil terus menyedot batang kemaluan Shin Chan dan menelan cairan putih itu seperti menyedot plastik sedotan ketika minum es juice sirsak.

"Mama, Mama kok doyan sih Shin Chan pipisin", ujar Shin Chan setelah lepas mulut mamanya dari batang kemaluannya.

"Shin Chan, itu tadi bukan pipis tapi peluru dari senjata Shin Chan yang harus dimakan oleh monster", kata mamanya Shin Chan dengan kalem.

Bersamaan dengan itu terdengar suara telpon dan ternyata dari papanya Shin Chan yang memberitahu istrinya bahwa ia akan lembur malam ini hingga tengah malam.

Dengan sangat kecewa, mamanya Shin Chan menutup gagang telepon. Ia kecewa karena hasrat nafsunya yang tinggi setelah bermain dengan Shin Chan hingga basah celana dalamnya ternyata tak dapat ia lampiaskan bersama suaminya yang akan pulang larut malam.

"Mama, Mama siapa yang nelpon kita?", tanya Shin Chan yang masih belum bercelana meski burungnya sudah kembali pada ukuran semula.

"Itu tadi papamu, pulangnya akan malam. Kamu cepat pakai celanamu, makan lalu segera tidur", perintah mamanya dengan nada agak keras sambil kembali menyalakan lampu ruangan tengah.

Di kamar tidur, Shin Chan yang bersiap-siap menuju ke pembaringan bercakap-cakap dengan mamanya.

"Mama, Mama besok disekolah akan aku tunjukkan senjataku pada teman-teman".

Mamanya langsung menjawab"Shin Chan kamu tidak boleh menunjukkan senjatamu itu, senjatamu itu hanya boleh kamu tunjukkan sama Mama saja, dan jangan sekali-sekali cerita pada papamu atau orang lain, ngerti?".

"Memangnya kenapa Ma?", tanya Shin Chan tak puas.

"Kalau kamu ceritakan dan tunjukkan sama orang lain, Mama nggak mau lagi main sama kamu dan Mama nggak akan membuatkan mie kesukaan Shin Chan", jawab mamanya yang direspon dengan anggukan oleh Shin Chan.

Ditempat tidur Shin Chan masih bingung dengan apa yang dikatakan mamanya tadi.

"Mama curang, masa senjata kok nggak boleh dikeluarkan, eh tapi kalau nggak dituruti nggak bisa dapat mie dan nggak bisa main, wah nggak asyik".

Gemericik air terdengar oleh Shin Chan dari arah kamar mandi. Shin Chan nakal segera bergegas membuka selimut lalu turun dari tempat tidurnya.

"Uhh, Mama mandi, ngintip ahh, seperti apa sih Mama punya senjata? punyaku kalah nggak ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.

Didalam kamar mandi yang hanya ditutup separuh itu terlihat mamanya Shin Chan sedang telanjang sambil menunggu tingginya air dalam bathtub. Berdiri bersandarkan dinding kamar mandi tangan kanan mamanya Shin Chan mengusap-usap daerah kemaluannya sendiri dan sesekali memasukkan jari tengahnya kedalam vaginanya. Sementara itu tangan kirinya meremas payudaranya sambil memejamkan mata membayangkan burungnya Shin Chan.

Shin Chan yang sedang mengintip keheranan melihat senjata mamanya yang hanya berupa lubang kecil yang ditumbuhi rambut-rambut halus tanpa ada moncongnya seperti miliknya. Lebih heran lagi ketika melihat payudara mamanya.

"Uhh, Mama punya 2 senjata, tapi kok diatas ya?", pertanyaan dalam benak Shin Chan.

Merasa ingin lebih jelas ia bergerak lebih maju tapi badannya menyenggol pintu kamar mandi sehingga mengejutkan mamanya.

"Shin Chan, kamu kok nakal sekali", teriak mamanya.

Dengan nyengir di bibir Shin Chan berkata"Mama, Mama maafin Shin Chan".

Berhadap-hadapan dengan mamanya yang telanjang, piyama Shin Chan mulai terbuka bagian bawahnya karena tertonjol oleh batang kemaluan Shin Chan yang berdiri mengeras. Hal itu tak luput dari pandangan mamanya.

"Shin Chan kamu haru diberi pelajaran lagi karena nakal, kesini dan buka piyamamu", perintah mamanya.

Shin Chan yang ketakutan hanya menuruti perintah mamanya. Dengan telanjang bulat ia masuk kedalam kamar mandi dan berdiri tepat didepan mamanya.

Dengan tinggi badan Shin Chan, mukanya tepat menghadap pada daerah kemaluan mamanya.

"Mama, Mama mana senjatanya yang seperti punya Shin Chan?", tanya Shin Chan.

"Senjataku nggak kelihatan karena ada didalam, coba lihat", jawab mamanya Shin Chan.

"Mana, nggak kelihatan?", tanya Shin Chan.

"Memang nggak, tapi bisa mengeluarkan peluru, coba rasakan dengan lidahmu", perintah mamanya Shin Chan dengan menarik kepala Shin Chan hingga lidahnya menyentuh bibir vagina mamanya.

"Ohh, Shin Chan rasakan lubangnya dan masukin dengan lidahmu", perintah mamanya.

Lidah Shin Chan akhirnya menemukan lubang vagina mamanya dan tanpa diperintah lagi bergerak-gerak secara bebas dalam liang kenikmatanan mamanya.

"Ahh, terus Shin Chan, lagi, jangan berhenti ohh.", ucap mamanya sambil mendesah keenakan.

Tarikan tangan Mama semakin erat memegang kepala Shin Chan membuat Shin Chan agak gelagapan.

"Cepat Shin Chan, Mama mau keluarin pelurunya, ahh.", desah mamanya sambil menggelinjangkan tubuhnya.
Shin Chan merasakan semprotan kecil yang hangat dari dalam liang kenikmatan mamanya dan berusaha menelannya.

Selepas itu mereka berdua mandi bersama dalam bathtub yang telah terisi air hangat. Berdekapan dengan mamanya, tangan Shin Chan yang nakal meremas-remas payudara mamanya. Shin Chan kecil duduk dipangkuan mamanya, burungnya yang makin mengeras bergeseran dengan perut mamanya. Shin Chan terus meremas semua bagian tubuh mamanya yang sudah merebahkan tubuhnya. Seperti mendapatkan mainan baru, tubuh Shin Chan yang berada diatas tubuh mamanya bergerak keatas kebawah sambil merasakan rasa enak pada bagian burungnya karena bersentuhan dan bergeser dengan tubuh mamanya. Mamanya Shin Chan membiarkan tingkah polah anaknya pada tubuhnya menunggu tertumpuknya hasrat nafsu yang tak akan dibendungnya.

"Shin Chan, ayo kita adu senjata Shin Chan dengan senjata Mama", ajak mamanya Shin Chan.

"Mama, Mama gimana caranya?", tanya Shin Chan bingung.

"Masukin aja senjata Shin Chan kedalam lubang yang Shin Chan masuki lidah tadi, nanti didalam akan beradu sendiri", jawab mamanya menjelaskan.

"Ayo, ayo Ma, diadu, tapi yang kalah tandanya apa Ma?", tanya Shin Chan kembali.

"Yang mengeluarkan peluru duluan yang kalah", jawab mamanya.

Mama Shin Chan kemudian mengatur posisi tubuh Shin Chan yang berada diatasnya agak ke belakang sehingga batang kemaluan Shin Chan tepat berada diatas vaginanya. Dipandu oleh tangan mamanya, ujung batang kemaluan Shin Chan masuk sedikit kedalam lubang vagina mamanya.

"Shin Chan ayo dorong biar masuk terus", ucap mamanya sudah tak sabar.

"Mama, Mama rasanya geli", jawab Shin Chan polos.

Ditariknya tubuh Shin Chan oleh mamanya sehingga seluruh batang kemaluan Shin Chan masuk dalam vagina mamanya.

"Ahh, ah.", desah mamanya merasakan kenikmatan gesekan burung Shin Chan dengan liang kenikmatannya yang lain dibandingkan burung milik suaminya.

"Uhh, mmh, mmff, enaak Ma", kata Shin Chan kegirangan.

"Shin Chan, cepat kamu maju mundur tapi jangan sampai lepas ya senjatamu", perintah mamanya lagi.

Menuruti kata-kata mamanya, Shin Chan terus melakukan gerak maju dan mundur dan semakin lama semakin cepat hingga membuat gelombang yang lumayan dalam bathtub.

"Shh, aah, terus Shin Chan", desah mamanya.

"Mmh, mmff, iya Ma", kata Shin Chan mengiyakan.

Beberapa saat kemudian Shin Chan berkata"Mama, Mama aku mau keluarin pelurunya".

"Tahan Shin Chan.", ucap mamanya sambil mepercepat gerakan tubuhnya untuk mengimbangi gerak maju mundur Shin Chan.

Lalu didekapnya tubuh Shin Chan yang sudah kelihatan tak dapat menahan ejakulasinya.

"Mamaa..", ucap Shin Chan lirih dibarengi rasa denyutan dari batang kemaluannya.
Aduhh… pusing deh gue kalo udah begini. Akhirnya karena gak tau mo ngapain, gue peluk aja dia, dan membiarkan dia menangis dibahu gue. 
 Cerita Seks Sedarah 2014   Kakakku Cantik Tersayang

Dadanya menempel erat di dada gue. Terus terang gue horny jugalah dalam kondisi begitu. Dia terus aja menceracau, tentang cowoknya yang jahat, semua cowok didunia jahat, terus gue bilang gue kan gak jahat. “Iya, cuman kamu yang gak jahat, cuman kamu yang baek” or something like that.Terus pipinya mulai menempel dipipi gue, dia mulai berbisik ditelinga gue, tambah horny aja gue ngerasain bibirnya menyentuh telinga gue. Masih jelas tercium nafasnya yang berbau alkohol. Gue peluk dia makin kencang, tangan gue meraba-raba punggungnya. Dia juga makin kencang memeluk gue. Nafasnya makin memburu ditelinga gue, kemudian dia berbisik, “Tom, tolongin gue Tom, tolongin gue, sekali ini aja”, tau-tau dia mencium bibir gue, gue kaget banget, gue cuman bisa bengong, kemudian dia berhenti dan menatap gue lekat-lekat, matanya mulai sayu, wajahnya saat itu bukan seperti wajah kakak gue yang selama ini gue kenal, “Tom, please, tolongin gue” dia berbisik lagi dengan nafas memburu, kemudian langsung melumat bibir gue, ciumannya panas, lidahnya langsung mencoba masuk kemulut gue, damn she’s like a pro. Antara sadar dan nggak, gue mulai membalas ciumannya, pikiran sehat gue waktu itu masih bisa mikir, tetapi naluri seorang cowok berkata lain, antara bingung dan ragu gue mulai merespons ciumannya. 

Gue gak tau, mungkin karena efek alkohol dan sudah lama tidak make love yang membuat tegangannya tinggi begini.Sambil tetap mencium, dia mendorong dan merebahkan badan gue, tubuhnya tepat menindih tubuh gue. Ciumannya semakin mengganas, erangan dan rintihannya mulai terdengar, dan kesadaran gue semakin hilang. Bayangan dia ketika bermesraan dengan cowoknya dan keinginan gue yang terpendam mulai menari-nari didepan mata. Kemudian dia menghentikan ciumannya, mengangkat tubuhnya dan duduk diselangkangan gue, lalu dia membuka kaosnya dengan terburu-buru, sekilas terlihat tubuh putihnya yang selama ini belum pernah gue lihat, bra hitam masih membalut dadanya. Hanya sekejap, sebab dia langsung merebahkan tubuhnya kembali dan mencium gue. Gue masih memeluk punggungnya yang telanjang, belum berani meraba dadanya. 

Sambil tetap mencium, dia mulai menarik-narik kaos gue keatas, gue bantu dia dengan menggerak-gerakkan badan, dan zap…. secepat kilat kaos gue udah nyangsrang di karpet kamarnya. Kemudian dia mulai mencium leher dan dada gue.Ciuman ganasnya, erangan dan rintihannya, dadanya yang hanya ditutupi selembar kain tipis dan menekan dada gue, dan pinggulnya yang bergoyang erotis mendesak selangkangan gue, mulai memburamkan pikiran sehat dan keraguan gue. Dan begitu bibir dan lidahnya menghisap puting kanan gue, disanalah kesadaran gue hilang sama sekali. Kakak, kakak deh, bodo amat, lagian bukan gue yang memulainya, begitu pembelaan batin gue. Gue langsung membalikan badannya dan menindihnya. “Aahhh…..”, terdengar rintihannya lepas begitu berat tubuh gue menimpa tubuhnya. Sekarang giliran gue. Gue cium bibirnya mungil merekah habis-habisan, kemudian bibir gue mulai merambati leher jenjangnya, terus menggelitik daun telinganya, sementara tangan gue meremas-remas dadanya. Lenguhannya semakin keras. Tangan gue mulai meraba punggungnya mencari kait bra hitamnya. 

Agak susah memang, soalnya gue biasa dibukain…hehehe. Begitu terlepas langsung gue renggut branya, dia membantu mengangkat tangannya. Dan… terpampang lah buah dadanya didepan mata gue, putih mulus dan kencang, dengan puting kecil yang sudah mencuat, ukurannya sebenarnya tidak seberapa besar, tetapi proporsional dengan tubuhnya yang ramping. 

Gilaa… mimpi apa gue kemaren, hari ini bisa melihat buah dada kakak gue.Dengan cepat gue langsung menghisap dan menjilat kedua puting itu. Efeknya luar biasa, dia langsung melenguh keras dan mengangkat tubuhnya. Terus gue hisap, jilat, gigit-gigit sedikit, remas, dan tubuhnya mulai bermandikan keringat, diiringi rintihannya, sekilas gue lihat wajah kakak gue itu, kepalanya gak mau diam, matanya terpejam, rambutnya sudah berantakan, wow… seksi sekale. Ciuman gue mulai turun ke perutnya yang rata. Tangannya mulai membuka gespernya sendiri, terus kancing jinsnya, dan terakhir resletingnya. Kemudian dia mulai berusaha menurunkan celananya, pantatnya diangkat, dan kakinya menendang-nendang liar. Akhirnya gue bantu dia membuka jinsnya. Sekarang terpampang tubuh kakak gue hanya berbalut celana dalamnya. Wow.. indahnya. Gue langsung menubruk dan menindihnya dan kembali kita berciuman panas. Pinggul gue langsung menekan-nekan selangkangannya. Pasti dia bisa merasakan penis gue soalnya gue cuman pake celana pendek buat tidur. 

Rintihan dan erangannya semakin keras, matanya tinggal putihnya, terutama ketika gue dengan keras menekan selangkangannya, sambil ciuman tak pernah lepas dari bibirnya. Karena udah gak tahan, dia dengan kasar membalikan tubuh gue, dalam posisi setengan menindih tubuh gue, dia mulai membuka celana dalamnya sendiri, menendangnya hingga terlepas, kemudian mulai memelorotkan celana pendek sekaligus cd gue. Zap… sekarang gue dan kakak gue telanjang bulat berdua dikamar ini. Dalam mimpi pun gue gak pernah membayangkan seperti ini. Gue lihat bulu kelaminnya, gile nih kakak gue, lebat bo’. Penis gue langsung mencuat keatas. Sambil mencium gue, dengan agak ragu dia mulai meraba-raba adek kesayangan gue, jarinya yang lentik dan lembut jelas beda dengan tangan gue yang kasar, sesak nafas gue dibuatnya. Gue beranikan diri meraba vaginanya, bulunya tebal, dan bibir vagina yang hangat dan sudah sangat basah, gile kakak gue lagi horny habis rupanya. Kemudian dia membalikkan badanya kembali sambil menarik tubuh gue, meminta gue diatas tubuhnya.This is the point of no return. Gue tindih tubuhnya, penis gue menekan keras perutnya. Tubuh kami sudah bersimbah keringat. 

Gue tatap wajahnya, matanya sayu, nafasnya memburu, bulir-bulir keringat muncul diwajahnya, rambutnya kusut masai, beberapa menempel dikening karena keringatnya. Gue memandang matanya meminta persetujuannya. Dia hanya memejamkan mata dan mengalungkan tangannya di leher gue. Gile gimana nih, waktu itu kesadaran gue balik sedikit, sedikit aja jangan banyak-banyak. Biar bagaimanpun dia kan kakak gue, gila apa gue mau melakukan hal itu sama dia. Lagian gue belum pernah melakukannya, peting-peting doank sih sering, tapi belum pernah sampe penetrasi begini. Masa keperjakaan gue gue kasih sama kakak gue sendiri.Ditengah keraguan begitu, kakak gue membuka matanya dan berbisik, “Tom, please”, kemudian dia mencium gue penuh perasaan, terbias jelas perasaan sayangnya ke gue, sambil tangannya tambah erat memeluk leher gue. Dan keraguan yang tadi langsung hilang. “Kak, gu..gue belon pernah”, kata gue jujur. Dia lalu menjulurkan tangannya menggengggam lembut penis gue, kemudian dibimbingnya menuju vaginanya. ia mengangkat sedikit pinggulnya dan gue mulai memposisikan diri, kepala penis gue tepat berhenti dibibir vaginanya. 
  Cerita Seks Sedarah 2014   Kakakku Cantik Tersayang

Sentuhan pertamanya seperti sengatan listrik. “Pelan-pelan ya”, bisiknya. Kemudian sambil tetap menatap wajahnya, gue mulai menekan penis gue masuk sedikit demi sedikit. Kakak gue mengangkat wajahnya dan menggeliat, sambil membisikkan nama gue, “Toomm..hhhhh…”, ekspresi seorang wanita yang dilanda kenikmatan. Gilaaaa banget rasanya, tak terlukiskan, rasa hangat dan jepitan di penis gue, menatap wajah seorang wanit cantik menggeliat tepat dibawah gue, dan kenyataan bahwa wanita itu adalah kakak gue sendiri, benar-benar suatu paduan yang sukar diungkapkan, efek psikologisnya berbeda dengan apabila gue sedang bermesraan dengan cewek laen.Gue mulai memompa pelan-pelan, kakak gue mulai menggoyangkan pinggulnya menyatukan irama, seiring dengan meningkatnya tensi, sambil tetap mencium bibirnya, goyangan semakin gue percepat. Derit ranjang, suara pergesekan dua tubuh, suara erangan, rintihan, dan desahan kenikmatan memenuhi kamar. 

Kemudian semakin lama, kakak gue semakin tidak terkontrol, dia memutar-mutar pinggulnya, tangannya mencakar-cakar punggung gue, tubuhnya menggeliat kesana kemari, kepalanya digoyang-goyangkan kekiri-kekanan, selalu lepas kalo gue cium, bibirnya menceracau memanggil-manggil nama gue, desah nafasnya semakin memburu, erangan dan rintihannya semakin keras, sampe gue takut kedengaran orang laen. Gile banget nih kakak gue, jangan-jangan dia udah sering banget beginian, kok bisa jadi ahli banget. Praktek langsung gue emang nol, tapi kalo soal teori beginian, gue boleh diadu sama ensiklopedi seks, hehehe.Mungkin karena dia udah horny berat, cuman sebentar, hanya beberapa menit saja, dia udah orgasme. Tiba-tiba dia memekik histeris, sambil memeluk gue keras banget sampe gue gak bisa nafas, tubuhnya kaku, wajahnya menggambarkan dia tengah dilanda kenikmatan amat sangat, cantik sekali, dan vaginanya itu…. ampun-ampunan, mendenyut-denyut teratur, semakin basah, dan jepitannya makin keras. Gileee gue jelas gak tahanlah, untung baru kemaren gue coli, kalo gak gue udah KO dari tadi-tadi, namanya juga baru pertama kali. Gue gak sempat mikir lagi, langsung keluar, rasanya banyak banget dan gak berenti-berenti, wah.. gue menyemprotkan air mani gue divagina kakak gue sendiri, wuiihh rasanya kayak dilempar kelangit ketujuh puluh. Gue langsung jatuh lemas, tiduran diatas tubuh kakak gue. Kakak gue juga masih kejang-kejang sebentar, kemudian dia mendesah panjang, dan tubuhnya terkulai lemas.Begitu gelombang kesadaran perlahan-lahan kembali, berjuta rasa penyesalan, takut, bingung, malu, dan entah apa lagi berkumpul menjadi satu. Gue maluuuuuu banget waktu itu. 

Setan apa yang ada dibenak gue sampe gue tega menyetubuhi kakak sendiri, kakak yang gue sayangi, darah daging gue sendiri, walaupun dia duluan yang mulai, tapi dia kan lagi agak mabok dan sedang labil emosinya, ya tetap aja gue yang salah. Tanpa ba bi bu, gue langsung bangkit, buru-buru pake celana, dan memungut baju gue, sebelum pergi gue lihat dia masih berbaring sambil berusaha menutupi tubuhnya dengan kain seadanya, dia menutupi wajahnya dengan tangannya. Gue tarik selimut yang terjatuh dibawah, gue selimutin dia, dan tanpa ngomong sepatah kata pun, gue kabur dari situ, masuk kekamar gue sendiri. Waktu itu udah sekitar jam 3.00 pagi, pengen rasanya gue packing ransel gue dan langsung kabur dari rumah ini, gak tau kemana pokoknya pergi jauhhhhhhh banget. Gak ada muka gue buat ketemu kakak gue besok paginya. Mau taro dimana nih muka hhhiiiiiii, ngebayanginnya aja udah gemeteran gue. Gimana kalo hamil, aduhh aduhhh, mendingan gue bunuh diri aja deh. Akhirnya karena letih gue akhirnya tertidur juga.

 Keesokan harinya, gue terbangun. Begitu terbangun yang pertama kali mampir dipikiran gue ya tentu aja kejadian malam sebelumnya. Langsung kalut otak gue. Kepengen rasanya tidur lagi, tidur terus tanpa perlu bangun. Gue lirik jam, udah hampir jam 1 siang, busyet lama juga gue tidur. Gue coba bangkit, alamak, lemeeees banget, seluruh persendian rasanya mo copot. Tapi perut gue yang mulai keroncongan memaksa gue untuk bangun. Gue duduk, ngantuk mulai hilang, pikiran mulai segar, tapi keresahan mulai datang. Takut, resah, gelisah, gundah, gulana, komplit jadi satu. Mulai terbayang berjuta masalah didepan mata, dan gue gak cukup punya modal untuk menanggung beban seberat ini. Shock berat gue waktu itu. Biasanya kalo ada masalah apapun gue ngadu ke Kakak gue, tapi sekarang yang justru jadi masalah adalah Kakak gue sendiri. Lha gue ngadu ke siapa lagi donk ? Ngadu ke orang laen ya sama aja menyerahkan leher buat dipenggal.Yang jelas hubungan kakak-beradik yang sekian belas tahun terbina rusak total. Luntur begitu gue memasuki tubuhnya, menyebarkan benih gue sendiri di rahimnya. Berubah 180 derajat. Dia Kakak gue, tapi gue sudah pernah menikmati tubuh mulusnya, dan diapun demikian. 

Gue merasa diri gue kotor banget. Padahal gue cuman punya Kakak 1 biji, sekarang statusnya udah gak jelas. Rasanya gue udah nggak punya siapa2 lagi didunia. Gue gak bisa ngebayangin bagaimana harus bersikap kalau nanti ketemu dia ? Benar-benar nggak ada muka gue. Apa gue langsung bersujud memohon maafnya, kalau perlu pake acara nangis segala biar lebih meyakinkan. Atau gue diam aja, pasrah menunggu nasib, terserah dia deh, gue rela mau diapain juga. Gue juga nggak tau bagaimana sikap dia nanti, dia pasti shock juga. Gimana ya kalo nanti dia marah, ngambek. Kakak gue itu jarang banget marah, paling kalo gue bandel, diomelin dikit aja, tapi kalo sekalinya marah…… wah gue takut deh kalo dia marah. Bukannya takut sih, cuman nggak enak aja. Dicuekin, gak ada yang peduliin gue. Tapi biar bagaimanapun juga, yang pasti hubungan kami berdua tidak akan pernah kembali seperti sediakala. Itu sudah jelas. Itu pil pahit yang harus ditelan.Lama gue merenung dan merenung ditempat tidur. Berjuta bayangan dan pertanyaan berkecamuk di kepala. Juga bayangan kejadian kemarin malam, tapi langsung tertepis sama perasaan risau gue. Kalo bisa mah gue maunya tinggal terus dikamar ini, nggak usah keluar. Tapi perut gue protes minta diisi dan gue bosen juga disini menunggu nasib, ah masa bodo lah gimana nanti aja. Gue dengarkan baik-baik suasana diluar. Sepi. Nggak ada suara kakak gue, nggak ada suara sibuk dari dapur, nggak ada suara tape atau TV. 

Hening. Kemana ya dia, apa belum bangun juga ? Apa juga lagi bingung dikamarnya ? Perlahan gue bangkit dan mengintip dari celah pintu. Kamar gue dan Kakak ada di lantai atas, jadi leluasa melihat ke ruang keluarga dan dapur dibawah. Benar-benar sepi, gak ada orang sama sekali. Pembokat siang begini pasti ada di kamarnya, dibangunan sebelah luar. Dengan mengendap-endap bak maling ayam, gue keluar kamar, berusaha tidak mengeluarkan suara. Gue intip lagi kebawah, yess, aman. Terus gue berjingkat-jingkat menuju pintu kamar Kakak, pas disebelah kamar gue. Gue berhenti disana dan mendengarkan untuk beberapa lama. Lama …., wah kayaknya Kakak nggak ada dikamar nih, nggak ada suara aktivitas disana. 

Masih pelan-pelan, gue turun kebawah, melongok ke garasi, mobil nggak ada. Pasti Kakak gue pergi nih. Amaaaaaaannnnn, cihuuuuyyy lega banget rasanya, seperti merasakan hukuman mati yang tertunda.Gue langsung menuju meja makan, dan tertegun gue disana, ada sepiring nasi goreng sosis yang udah dingin, ini nasi goreng buatan Kakak, pembokat gue soalnya nggak pernah masak nasgor, dia paling2 masak kalo mau sore, soalnya rumah ini kalo siang kosong. Aduh, dia masih perhatiin makan gue, mau nangis gue rasanya, berjuta penyesalan kembali bersarang didada. Kemana ya dia ? Gue yang tadi udah kelaparan, jadi malas-malasan makannya.

Seharian gue bengang-bengong aja nggak ada kerjaan. Hari mulai malam, dan belum ada tanda-tanda Kakak gue pulang. Makin malam, gue makin khawatir, aduh jangan-jangan dia kenapa-kenapa lagi. Gue aja merasa shock dan terpukul atas kejadian ini, apalagi dia. Hati cewek kan lebih sensitive. Udah gitu dia juga dalam kondisi labil lagi, kemudian ditambah dengan kejadian ini. Jangan-jangan dia pulang mabok lagi, terus ntar gue dapat jatah lagi, asyik juga kali ya. Hushhh…. gue langsung tabok kepala gue sendiri. Keadaan kayak begini masih sempat-sempatnya ngeres. Tadinya gue senang dia nggak ada dirumah, tapi sekarang gue kepengen dia cepat-cepat pulang. 

Berulang kali gue raih gagang telpon, mau telpon HP-nya. Tapi selalu nggak jadi, ntar mau ngomong apa coba ? Tapi tiap ada suara mobil, jantung gue serasa mau copot, gue kalang kabut sendiri, aduh gimana nih, jangan-jangan itu Kakak, gue mo ngumpet dimana nih ? Apa pura-pura tidur, apa pura-pura sakit, atau pura-pura gila aja sekalian. Gue jadi serba salah. Karena capek nunggu dan capek fikiran, akhirnya gue ketiduran di sofa ruang tengah.Kira-kira lewat tengah malam gue terjaga. Masih setengah tidur, samar-samar gue dengar ada seperti suara orang menangis disebelah gue, terisak pelan. Merinding bulu gue, hah… siapa nih ? Jangan-jangan Kakak gue, tapi gimana cara dia masuk, jangan-jangan setan lagi. Gue udah mulai ngaco. Pelan-pelan gue lirik, ternyata benar Kakak gue, kayaknya tadi pintu belon gue kunci. Dia duduk dibawah di karpet tepat disamping gue. Bersender di meja, memeluk lututnya, wajahnya tertunduk rapat ke kakinya. Suara isaknya samar terdengar. Waduh, dia dah pulang, nah lo gimana nih, gue gak bisa kabur lagi, gue mulai panik, ah.. gue pura-pura tidur terus aja. Lama… gue diam, pura-pura tidur, tapi gue kasihan juga, dia tetap duduk disana dan masih terisak. Nggak tega gue, dan lagi ini memang harus dihadapi. 

Gue kuatkan diri.”Eh, Kak, udah pulang ?” pertanyaan yang tolol banget, ya terang aja udah pulang. Suara isaknya hilang. Gue langsung duduk, menunduk, diam, gak tau lagi mo ngomong apa. “Tom, maafin gue…. maafin Kakak Tom”, tiba-tiba dia ngomong, masih dengan muka tertunduk, dan kemudian tangisnya mulai pecah. “Gue salah, gu.. gue kilaf Tom, gue gak sadar kemaren”, dia berkata terbata-bata disela tangisnya. “Gue jahat, jahaaat …., tega-teganya gue sama kamu, tega-teganya gue ngerusak hubungan kita”, “Gue malu banget sama kamu”… “Gue, kakak apaan, ngerusak adeknya sendiri, padahal kamu baek banget, … gue gak pantes jadi kakak kamu”, suaranya makin lirih dan tangisnya makin kencang, sesekali dia mengangkat wajahnya, menghapus air matanya. “Padahal gue janji sama Mama, mau…mau ngejagain kamu, tapi sekarang… sekarang…”. 

Kata-katanya gak diterusin lagi, disambung tangisnya yang makin menjadi. Belum pernah gue dengar orang dewasa nangis seperti itu. Kakinya makin dirapatkan, mukanya makin menunduk, gak berani melihat gue, pundaknya terguncang-guncang seirama tangisnya. Seperti anak kecil yang sedang merajuk. Aduh gimana nih, gue paling gak tahan ngelihat cewek yang nangis, apalagi Kakak gue sendiri. Ibaaaa banget gue ngelihat dia. Yang ada waktu itu cuman rasa sayang dan kasihan melihat dia begitu menderita dan tertekan. Gue diam aja, lidah gue kelu, gak tau harus ngomong dan berbuat apa. Daripada diam begini gue mendingan ikutan nangis kali ya ?”Tom… please, ngomong donk, marahin gue kek, apa kek, jangan diam aja…”, untuk pertama kalinya dia mengangkat wajah dan menatap gue, matanya sembab, wajah cantiknya tampak begitu letih, kayaknya dia udah nangis seharian. Akhirnya gue bergeser dan ikutan duduk dibawah, bersender di sofa. “Udahlah Kak, yang udah ya udah, habis mo gimana lagi, udah terlanjur, udah kejadian. Gue juga salah, kita sama-sama salah, maafin gue juga ya Kak”, kata gue sok dewasa. “Yang jelas gue gak marah kok, bener deh”, terang aja gak marah, orang enak kok. “Kakak ya tetap kakak gue, gak berkurang sedikitpun, udah jangan nangis lagi donk ya, gue gak tahan ngelihatnya”, kata gue membujuk sambil narik-narik kaki jeansnya. Gue kepengen peluk dia saat itu, menenangkan dia, dia sekarang butuh support bukan malah disalahkan. 

Dia juga kayaknya kepengen memeluk gue, tapi masih ada rasa rikuh diantara kami akibat kejadian kemarin malam. eberapa saat lamanya dia masih menangis dan menceracau menyalahkan dirinya, dan gue terus berusaha membujuknya. Dan akhirnya tangisnya mereda setelah gue berhasil meyakinkannya bahwa gue gak marah dan maafin dia. Setelah itu dan beberapa hari kemudian, hubungan kami agak tersendat, ya tentunya gak seperti dulu lagi, masih ada tersisa rasa rikuh kalo ketemu. Memang sih setelah pembicaraan malam itu perasaan gue plong banget, nggak deg-degan lagi, tapi memang masih ada gap, komunikasi masih jarang terjadi. Kalo nggak perlu-perlu amat, gue masih segan ngomong sama kakak gue. Dia juga begitu. Kalo ngomong juga singkat-singkat aja, seperlunya. Nggak ada canda tawa seperti dulu. Kejadian malam itu juga nggak pernah diungkit-ungkit lagi. Kalo gue lagi nonton TV, kakak gue dikamar aja, juga kalo dia yang nonton TV, gue jadi nggak enak mo ikutan nonton. Yang nyebelin kalo kebetulan acara TV lagi bagus, nah siapa yang duluan deh tuh. Tapi sekarang timbul problem baru buat gue. 

Gue sekarang memandang kakak gue dari sisi seksualitasnya. Terbayang kembali kemolekan tubuh putih mulusnya, geliatnya, desahannya, kenikmatan berada didalam tubuhnya. Hal itu juga yang membuat gue segan sering-sering ketemu kakak gue, apalagi kalo dia mau berangkat kuliah, wuihhh …. wangi tubuhnya merangsang banget, yang ada si Junior gue ini gak mau diajak kompromi, dia seenak jidatnya aja ereksi setiap saat, dia menuntut perbaikan gizi seperti tempo hari, ogah katanya kalo makan sabun lagi, gengsi, turun derajat. Gue udah coba kasih pengertian, bahwa kemaren itu dia salah makan, tapi tetap aja dia menuntut dikembalikan kepada habitatnya. Benar kata orang, kalo udah nyobain gituan sekali pasti ketagihan. Makanya buat elo yang belon pernah, nggak perlu dicoba deh, sakaw nya itu lho yang gak tahan.Kira-kira tiga mingguan setelah kejadian itu, komunikasi kami agak lebih baik sedikit. Udah mulai sering ngobrol, udah mulai ada ketawa walaupun sedikit. 
  Cerita Seks Sedarah 2014   Kakakku Cantik Tersayang

Nah pagi itu, waktu lagi sarapan, kakak gue ngomong, “Tom, jalan yok, temenin gue ke Playan, biasa belanja, ntar gue traktir nonton deh”, gue sebenarnya paling malas nemenin dia belanja, habisnya kalo udah belanja bisa semua toko dimasukin, gempor kaki gue. Tapi gue pikir dia sedang berusaha memperbaiki suasana, ya udah gue ikut aja, lumayan lagi ditraktir.Seharian itu kita muter-muter di Plaza Senayan, belanja, nonton, adu kebut-kebutan di Sega, makan, menyaksikan jam raksasa yang berdentang tiap jamnya. Kami mulai akrab lagi, gue senang karena dia udah mulai sering senyum, ketawa, kadang-kadang jahilnya kumat lagi. Seperti biasa dia menggandeng tangan gue, seenaknya dia nyeret gue kemana dia suka. Keakraban seperti dulu kembali tercipta, ditambah karena selama ini kita jarang ketemu dan jarang komunikasi, jadi timbul rasa kangen, dan mungkin juga karena dia udah nggak punya cowok lagi, jadi rasa sayang dan manjanya sepenuhnya ditumpahkan ke gue. Gue rasa juga karena kita sudah pernah berhubungan sangat intim, sangat pribadi, jadi udah nggak ada penghalang lagi antara kita, nggak ada rahasia lagi, dua-duanya udah saling tahu dari ujung rambut sampe ujung kaki. Dan itu menambah keakraban kita. Tambah sayang gue sama dia, mungkin gue malu untuk bilang bahwa gue sebenarnya mulai jatuh cinta sama Kakak gue. 

Dia terlihat begitu cantik dimata gue. Gue juga nggak tau kenapa ada perasaan seperti itu, tengsin juga sih sama diri sendiri, jatuh cinta kok sama kakak. Tapi ya perasaan nggak bisa berbohong. More than bloodhood, more than lover, more than friend, Dan pulangnya akumulasi perasaan itu tertumpah, kejadian tiga minggu lalu terulang lagi, juga di kamarnya ketika gue membantu membawakan belanjaan, entah siapa yang mulai duluan tahu-tahu kita udah berciuman, gue kembali merasakan bibir hangatnya, hanya kali ini lebih lembut tidak tergesa-gesa. Kami berpandangan, dan kayaknya dari situ udah nggak perlu ngomong apa-apa lagi, gue waktu itu horny banget, mana seharian ada didekat dia lagi. Kakak gue pun kayaknya mengerti keinginan gue. Sekarang semuanya kami lakukan dengan penuh kesadaran. Setelah melakukannya sekali, melakukan untuk kedua kali gampang banget. Kami sudah di ranjang dengan tubuhnya menghimpit tubuh gue, kemudian satu persatu pakaian terlepas, beterbangan gak tau kemana, kemeja putihnya, kaos gue, bra hitamnya, jeans, dan begitu lembar terakhir terlepas, tubuh polos kami saling berpagutan dengan panasnya seperti menumpahkan perasaan selama ini. 

Gue cium bibirnya habis-habisan, lidahnya menyusup liar ke mulut gue, ciuman turun ke leher, telinga, nafasnya terengah-engah, dia mulai mendesah, dan mulut gue mulai bermain di kedua payudaranya yang putih kencang dengan puting kecil mencuat, lenguhannya langsung terdengar dan tangannya mulai menjambak rambut gue begitu gue mengulum dan menghisap putingnya. Gue beranikan diri meraba selangkangannya yang ditumbuhi rambut yang lebat, rambut itu terus membayang sampai ke perutnya, dan rintihannya mengalun ketika ujung telunjuk gue masuk ke balik bibir vaginanya, lembut dan basah, dia hanya menggigit bibirnya berusaha menahan sensasi nikmat yang dirasakannya. Tubuh kami mulai basah keringatan, sisa wangi parfumnya bercampur aroma tubuhnya, aroma tubuh seorang wanita, benar-benar memabukkan gue. Aktifitas jari gue semakin leluasa karena makin lama makin licin. Tiba-tiba dia melepaskan ciumannya dan melenguh panjang sambil memanggil nama gue, matanya terpejam, tubuhnya menegang, dan jari gue terasa dibanjiri oleh cairan tubuhnya, hmm… rupanya dia sudah sampai puncaknya. Setelah itu tubuhnya mulai relax, nafasnya terengah-engah, dia membuka matanya menatap gue, pandangannya nanar. Kemudian dia mendorong tubuh gue, sekarang gantian dia menghimpit tubuh gue, penis gue tertindih perutnya, sambil membelai rambut gue dia mencium seluruh wajah gue, kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir dia melumat bibir gue dengan penuh perasaan menyiratkan rasa sayangnya. 

Lama… kemudian dia melepaskan ciumannya, menatap gue sebentar, dan ciumannya turun ke dada gue sementara jari-jari lentiknya menggengam dan mengelus si Junior, sensasinya gila-gilaan, gue cuman bisa meringis sambil mengelus kepalanya dan mempermainkan buah dadanya, gila nih Kakak gue, kalem diluarnya doank, diranjang aktif banget. Tadinya gue berharap dia mengulum si Junior, nikmat banget kali ya, tapi gak jadi, nggak tau deh masih malu kali. Nafasnya sudah mulai memburu lagi, lalu dia membalikkan badan dan menarik badan gue. Dia minta dimulai. Gue tindih tubuhnya sambil dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, dia membuka kakinya dan gue tepat berada ditengah, gue mulai mengarahkan penis gue, sekarang udah tau donk tempatnya. Bertemu dengan bibir vagina luarnya, dia mengalungkan tangannya keleher gue dan menatap mata gue, matanya sayu, wajahnya keringatan, kemudian perlahan gue dorong memasuki relung tubuhnya yang paling rahasia. Seirama dengan masuknya gue, matanya membalik keatas dan rintihan nikmatnya terdengar jelas. Susah juga masuknya, sedikit-sedikit, yang dulu itu gue nggak perhatiin banget sih tau-tau udah masuk aja. Gue cium bibirnya dan terus gue dorong, pas ketika mentok gak bisa masuk lagi dia menggigit bibir gue, aduh… sakit juga, sampai gue mengerang baru dilepasin. 

Pelan-pelan gue pompa keluar masuk, ranjang itu kembali berderit-derit menahan tubuh kami, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas Kakak gue terdengar memenuhi kamar, makin lama makin keras, tubuhnya menggeliat dalam pelukan gue, kadang-kadang dia mengangkat kepalanya, menggigit pundak gue, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau gue menekan terlampau dalam. Dan gak lama, beberapa saat kemudian, rintihannya makin keras, dan cairan tubuhnya terasa semakin banyak, tubuhnya melenting kaku dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, dia tengah dibuai puncak kenikmatan, wajahnya benar-benar cantik pada saat itu, bahagia gue rasanya bisa memberikan kenikmatan seperti itu buat dia.
  Cerita Seks Sedarah 2014   Kakakku Cantik Tersayang

Setelah didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia. Bagian dalam tubuhnya menjepit keras dan berdenyut-denyut, gue gak tahan lagi dan melepaskan semuanya, banyak banget sampe terasa banjir, semua beban pikiran gue selama ini seperti ikut terbuang, gue melayang dan kolaps diatas tubuhnya.Nafas kami memburu, rasanya gue gak kuat bangkit, gue tetap berbaring diatas tubuh Kakak gue, diapun membiarkan saja, tangannya masih memeluk kepala gue, kayaknya dia juga nyaman dengan posisi seperti itu. Waktu itu rasanya gue sayang banget sama Kakak gue itu. Beberapa saat kemudian, gue membalikkan badan berbaring disampingnya. Kakak mengambil selimut terus menyelimuti kita berdua, pas udah agak sadar begini baru berasa agak-agak malu juga. 

Kita berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. 

“Tom…”, panggil Kakak gue pelan, “Mmm…?”, jawab gue males. “Kamu bobo’ disini aja ya, nggak usah pindah, temenin gue”, katanya. “Mm..mm…”, jawab gue males”, “Tom…”, panggil Kakak gue lagi. “Mmm…?”, jawab gue. 

“Kamu sadarkan tadi melakukan ini ?” tanyanya. “Mm..mm..”, jawab gue masih males. “Jawab donk, am em am em melulu ?”, katanya sebel. “Iyaaa….”, kata gue lagi. “Kok kita bisa jadi begini ya ? Gimana donk ntar-ntarnya ?”, tanyanya lagi. 

Gue diam aja, soalnya gue juga bingung. “Gimana donk Tom… aahh kamu nih ditanyain juga”, katanya dongkol. 

“Ya gimana donk, Kakak aja bingung apalagi gue”, kata gue ikutan sebel, soalnya gue udah mulai ngantuk nih. 

“Gini aja, kita kan udah pernah terlanjur melakukannya, hubungan kita udah keburu rusak, karena itu ya gampang aja buat melakukan yang kedua, yang ketiga dan seterusnya, menurut gue melakukannya sekali apa seribu kali ya sama aja selama nggak ada yang keberatan, habisnya gimana donk ?”, kata gue sok tau. 

“Huuuu.. maunya kamu seribu kali, enak aja”, katanya. Akhirnya dia diam aja, sibuk dengan pikiran masing-masing, karena nggak ketemu jawabannya dan capek akhirnya kami ketiduran juga.
mulai desak nafas mama sedikit terganggu, mungkin terhalang dengan hidungku akhirnya mama membuka sedikit mulutnya, tanpa kuberi kesempatan menutupnya , kusedot lidahnya, dan rupanya mamaku dalam tidurnya juga membalas ciumanku…, dan selanjutnya kualitas keberanianku kutambah dengan mulai memeluk dan melingkari badan mama dengan lenganku, reaksipun datang dengan makin merapatnya tubuh mama yang mungil dan telanjang ini kedadaku, paha mama mulai menyerang dan menyentuh yuniorku yang berubah menjadi Yunior yang kenyal dan berdiameter sebesar pergelangan tangan mama, pelukan mama mulai mengencang, mungkin bermaksud menarik obyek yang lebih hangat yang ada pada badanku, keadaan ini membuatku makin kesurupan, tangan kiriku mulai mengerayangi pingul mama, turun kebawah bagian bokongnya, terus turun dan berputar kedepan lebih kebawah lagi, dan akhirnya sampai kebulu pubis mama yang sangat halus, kutelusuri bibir vagina mama dan akhirnya jari telunjukku mengelitik klitorisnya…, 

Mama mulai berekasi , kedua paha mama menjepit , tangan kanannya mencakar punggungku dengan kuku mama yang tajam, mungkin ini dalah refleks akibat sesutu yang memasuki vaginanya, hanya mama yang tahu, tubuh mama saya dorong agar sedikit terlentang dan mulailah saya menindis setengah tubuh mama terutama buah dada kiri mama dengan tubuhku, paha kiri mama dengan paha kiriku, dan tangan kananku mulai saya aktifkan dari belakan leher mama untuk mengerayangi buah dada kanan mama, bibir mama dan bibirku membentuk satu ruang dan kedua lidah kami saling menggelitik, nafas mama makin memburu , saya makin kesurupan dan menyerang , akibat makin kerasnya remasan tangan kananku ditetek kanan mama dan jari telunjuk kiriku yang mengelitik klitoris mama yang mulai memanas dan mengeluarkan lendir membasahi vagina mama, akhirnya mama tersentak ” Hey… kamu ngapain Mama…ini gak boleh Ar… !!, “kata Mama kaget dan marah, jawabku sambil gemetar dan bernafsu campur aduk, ” saya tidak bisa tidur mam…, apalagi seranjang dengan mama yang lagi telanjang bulat” ” ohw.. begitu yach … mama terdiam agak lama lalu membalik membelakangiku , sambungnya “tetapi Jangan kasar gitu donk !!”
lalu Mama terdiam lagi…namun napasnya masih memburu dan bergetar , inilah kata-kata mama yang kurang saya mengerti , apakah perbuatan saya tadi dibenarkan tetapi nggak boleh kasar atau ??? apa yach…. Saya tidak berani lagi ngomong macam2.. dan jawabku singkat “Maaf Mama” sambil menatap punggung mama yang masih agak bergetar, entah beberapa lama kami terdiam berdua tiba2 Mama Membalik sambil berkata ..”kalau kamu pingin bercinta dengan mama harus lembut dan perlahan-lahan aja.. kan masih banyak waktu”, sambungnya lagi “Kamu Anak Nakal boleh peluk dan mencium Mama , pokoknya tubuh mama malam ini kuserahkan semuanya kepadamu kecuali yang satu ini, yaitu Yuniormu yang gede ini dilarang keras memasuki vaginanya mama”, 
sambil mama memegang Yuniorku dan menarik dan menyapu kepermukaan vaginanya. ” tapi justru cuma yang satu ini milik mama yang paling nikmat ” selaku protes, dan mulai berani , “siapa yang bilang anak goblok ” , Mama mulai menindih tubuhku dan menciumku, Kubalas ciuman Mama , wow… sangat nikmat dibandingkan waktu saya mencium mama dalam keadaan tertidur, tetapi kali ini dengan sadar sesadarnya, justru mama memulai meransang, sambil melemparkan selimut kelantai, jadinya kami betul – betul telanjang bulat di udara kamar yang sejuk diatas ranjang .

Kami berciuman dan berpelukan telanjang bulat dengan Mama , sangat lembut dan perlahan-lahan, rupanya mama juga sangat menikmatinya, Napas Kami mulai memburu , terkadang Mama mengeram dan menggeliat apabila kusentuh dan kupelintir halus putting teteknya .. Auhh!!, jangan disitu Ar..!!, Mama nggak tahan… sayannngggg, keluh Mama panjang…, “tetapi enak kan Mom!!” Aiii!!!…Mama makin kesurupan..dan berupaya meraup Yuniorku..yang makin kaku dan membesar Maksimal…

Sewaktu Mama menggenggam Yuniorku ,Tubuh Mama kudorong menjadi terlentang dan dan kutindih dengan badanku ..Mulut Kami makin bersatu , kupeluk erat tubuh Mama yang mungil , dan Yuniorku kuarahkan ke Vagina Mama, tetapi Mama tetap menggenggam yuniorku, hanya menggosok-gosokan kepala yuniorku ke Mulut Vaginanya yang juga mulai berlendir. Terkadang Kepalanya sudah masuk setengah tetapi Mama , mengeluarkan nya lagi… Karena saya tidak tahan lagi perlakuan Mama seperti ini…Kutarik Tangan Mama yang menggenggam yuniorku agar terlepas..rupanya usahaku ini cukup berhasil dan dengan cepat kuselipkan kedalam Vagina Mama, Terasa Vaginanya sangat licin, menggesek dan berlendir serta berdenyut menjepit…Aowww…!!! Teriak Mama, Kugocok Vagina Mama dan mama mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang tak karuan… tetapi baru 2-3 kali gocokan, tiba2 Mama dengan kekuatan penuh… menaikan bokongnya tinggi-tinggi dan menggessernya jauh kesamping akhirnya yuniorku terlepas dari vaginanya ..clukppp …”Aiii!!!…kenapa dikeluarin Mam…”, “Nggak… boleh sayang..”.

Tiba tiba Mama mulai bangun kemudian membawa selangkangnya ke wajahku persis mulut vaginanya berhadapan dengan mulutku , mama mulai menunduk dan meraih Yuniorku dan memasukan ke mulutnya dan melumutnya , terkadang Yuniorku digigitnya perlahan2 sambil bergantian dengan bibir yang lembut dan hangat, yang paling mengasikan kalau kepala Yuniorku digelitik dengan lidah mama, begitu juga klitoris mama , saya gelitik dengan ujung lidahku, terkadang mama hilang kontrol , mendengus menambah gocokan dan lilitan lidahnya di kepala Yuniorku, terkadang sangkin bernafsunya juga mama , tangannya ikut pula meramas biji pelirku… dan semuanya berlangsung saling kerja sama membantu masing masing mencapai puncak birahi yang membuat lupa segala-galanya bahwa berbuatan bersanggamah dengan ibu kandung yang orang katakan sangat tabu, tetapi justru sangat mengasikkankan dan jauh lebih nikmat dengan memek manapun….di dunia ini.

Mama makin gila mengocok Yuniorku, dan akhirnya , saya tak tahan lagi…cepat donk mama… masukkin kedalam Vagina mama.., aowww…cret…. cret.. sabar sayang…kata mama kesurupan mempermainkan air maniku sambil menggosokkannya di-kedua buah dadanya…

Mama juga tidak tahan sayang….,Tidak berapa lama kemudian mama berganti posisi, duduk persis diatas selangkangku persis posisi Yuniorku berhadapan langsung dengan vagina mama, mama menuntunnya dengan sangat gampang memasuki liang sanggamanya dan menjepitnya…wow…wow…. suatu kenikmatan yang sangat sulit dilukiskan dengan kata2, tidak ada lagi kenikmatan yang melebihi kenikmatan sewaktu Yuniorku dijepit dan dikocok oleh vagina mama, pinggul mama naik turun menyebabkan Yuniorku masuk makin kedalam dasar vagina mama,…, saya tidak ingin kenikmatan ini berlangsung cepat, saya turun dari pembaringan, menggendong mama sampil masih melekatkan Yuniorku kedalam vagina mama, kugoyang2 tubuh mama yang mungil, mama makin kesurupan…dan juga merasakan kenikmatan yang tiada tarnya…mata mama mulai terpejam… sambil berdengus ach–ach… mama tidak tahan lagi, minta diturunkan untuk mengakhiri permainan ini…” sayang… turunkan mama..tancapkan Yuniormu sayang lebih dalam..”, kubaringkan tubuh mama, kuperberat tekanan Yuniorku masuk ke vagina mama, mama menjepit makin kencang..vagina mama makin berdenyut2… dan akhirnya pelukan kami berdua makin kencang, mama seakan akan menggantung ditubuhku lekat dan sangat erat …cret–cret… dan rintihan kenikmatan mama bercampur aduk dangan geramanku… semuanya berakhir membawa kami berdua ke langit ketujuh…

Setelah ledakan kenikmatan birahi bersanggamah dengan mama yang menghamburkan air mani kami berdua tercecer kemana-mana membuat kami berpelukan lemas dan penuh kebahagian… dan akhirnya jam didinding hotel telah menunjukan pukul 03 pagi. yang akhirnya kami berdua tertidur kelelahan dalam keadaan telanjang bulat berpelukan bagai bayi yang baru lahir…

Keesokan harinya Mama dan Yuniorku keduluan terjaga… , Mama sambil memelukku ,menjepit hidungku sehingga saya sulit bernafas dan akhirnya saya juga terbangun…, Selamat Pagi Anak Nakal…sambut Mama sambil tersenyum manis…, tidak kusiasiakan Kesempatan ini , kutarik tubuh Mama persis menindih tubuhku, Kuraih wajah Mama dan kulemut bibirnya yang tipis…, Mama pun bereaksi menyambut ..malah dalam posisi tubuhnya menindih tubuhku… berusaha memasukan Yuniorku ke Vaginanya…

Nampaknya Napsu Birahi Mama makin menjadi jadi setelah bersanggama , tidur istirahat semalam .. kusambut kebinalan Mama dan tiba –tiba Mama menghentikan gerakannya sambil berkata.. Ar, Kamu belajar dari mana kurang ajar setubuhi Mama . sebelum saya menjawab , Mama mengencangkan otot Vaginanya..membuat yuniorku makin kelelap..“Kan Mama yang ajarin…” jawabku singkat sambil membalikan tubuh Mama menjadi tertelungkup.., kuangkat pinggul Mama sedikit meninggi dan kuarahkan yuniorku ke Vagina Mama dari belakang.. Kembali terdengar geraman Mama.. “Jangan gini Ar..oww!!, tetapi goyangan Maya justru mendukung dan menyambut .. Kugocok Vagina Mama dari belakang…agar tidak terepas kedua tanganku menggenggam pinggulnya..Mama makin menggelapar.., dan kocokanku makin kencang …, tubuh Mama terangkat menyebabkan buah dadanya bergelantungan bergoyang seirama tumbukan Yuniorku ke Vaginanya, tiba-tiba mama meraih kedua tanganku dan membawa ke gundukan buah dadanya…dan Mama mengeram histeris tetapi suaranya teredam karena Wajah mama dibenamkan dikasur..Dalam beberapa saat kemudian , kami berdua mengambil posisi duduk berhadapan..tepanya Mama duduk diatas selanggkangku..dengan Vaginanya masih tetap menjepit yuniorku…, Mama menaik-turunkan bokongnya sambil mendengus dan saya menjilat leher Mama sambil meremas kedua buah dadanya…. Dan akhirnya kami mengalami orgasme dalam posisi duduk ..

Kami duduk terdiam , berpelukan , saling menatap , mama tersenyum manis… , sambil kukecup bibir mama , kubaringkan tubuh Mama perlahan-lahan… dengan tidak melepas yuniorku didalam vagina Mama dan pelukanku… “ Mama..!!, ada satu permintaan Anakmu yang Nakal ini”, “apa sayang !!” sela mama, “ Saya sayang Mama dan saya sangat mencintai Mama, …Maukah Mama menjadi isteriku selama-lamanya??” Gila Kamu Ar.. Mana Ada Anak memperisteri Ibu Kandungnya” jawab Mama sambil tersenyum “, “tetapi kamu boleh setubuhi Mama kapan kamu mau, asalkan Ayahmu tidak tau” sambungnya..

Selama hamper sejam, kami berdua masih berbaring dan bercinta dengan keadaan telanjang bulat, saya berbaring terlentang sambil membelai rambut Mama yang acak2akan, Mama berbaring tertelungkup dengan kepala bersandar didadaku, wajahnya menengadah keatas sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafas kami berdua saling menyatu, tangan kiriku membelai tubuh Mama yang mungil, sampai kepinggang , terkadang kuelus buluh pubis Mama yang halus dan pahanya yang sangat Mulus, Mamapun tidak henti2nya mengelus yuniorku, seakan akan tidak rela apabila benda yang bulat panjang ini yang telah membuatnya menjadi setan histeris akan mengkerut. Cerita kami kami berdua dipenuhi dengan kata-kata cinta birahi dan model atau gaya bersetubuh, dan akhirnya Mama meminta ”Gendong Mama ke Kamar Mandi Sayang”

Dikamar Mandi , tubuh kami berdua saling melekat terus …, Mama tidak pernah melepaskan ciumannya, sewaktu Mandipun kami bersetubuh berdiri, suatu kenikmatan tersendir yang mama belum pernah merasakannya yaitu Badan kami lumuri sabun cair sehingga sangat licin, Mama mencapai orgasme sewaktu saya menggendong dan menyetubuhinya sambil berdiri..tawa cekikan dan teriakan kenikmatan serta kebahagian birahi mama mengaun dikamar mandi. Dibak Mandi yang sempitpun Kami Mandi berdua melanjutkan babak berikut..dan akhirnya Mama pun orgasme kedua kalinya di Bak Mandi. Didalam air yang dipenuhi busa sabun dan birahi.

Sangking Gilanya Kami berdua, Kami keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat dan berpelukan, berciuman, kemudian saya duduk disopa, mama saya dudukan diatas selangkangku…, Yuniorku yang tak kunjung mengalah tetap berkubang di Vagina Mama.. sampai akhirnya Jam 11 lewat 30 menit..kami bersiap-siap check out dari hotel.