Senin, 06 Januari 2014

ambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut Deborah, yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.
Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Deborah menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.
Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu. Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Deborah. “Nngghh..” tak sadar Deborah melenguh nikmat.
Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu. “Ahh.. Sshh..” lenguh Deborah.
Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya. Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.
Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu. Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif renda yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin membanjiri daerah itu.
“Aughh.. Nakal kamu ya!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya. Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan Deborah itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja Deborah menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Deborah seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut. Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Anto langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah. Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian ditelannya penuh nafsu.
Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi telentang dengan pahanya agak terbuka.
Deborah langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah, ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya cukup menarik pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya. Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.
Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya. Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu, diiringi teriakan liar Deborah.
“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..” Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”
Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.
“Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Deborah sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu. Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh lendir Deborah.
Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali, ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih mengulum lendir dari vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung membuka bibir seksinya seraya berkata,
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.
Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia berdiri sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.
“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.
Deborah langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang menegang keras itu dengan lendirnya.
“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.
Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak sabar untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah dengan gemas.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.
Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.
Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.
“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.
Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu. Dan langsung saja ia menunduk ke arah pantat Deborah yang sedang menungging dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian ditariknya celana dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba.. “Aaahh..”
Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat. “Kau apakan tadi To?”
Desah Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan begitu rakus.Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Anto.
Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah keberapa kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah menggelinjang kenikmatan. Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan disampingnya sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar menambah rangsangan pada dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh Anto.
“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah,
“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah, mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.
Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat. Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil berteriak..
“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.
Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.
Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam vagina Deborah.
“Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.
Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu. Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia semakin tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu. Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya. Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.
“Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto. Mulut Anto yang masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.
Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki Deborah agar mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih. Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa Tante ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah. Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah. Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.
“Cepat To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Deborah sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam berenda itu.
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. “
Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan sumpah serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya….Bless…..
Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.
Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.
Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu. Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan. Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.
Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya. Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.
Perlahan-lahan Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka seksi.
“Ooohh.. Mmmhh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.
Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Deborah. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu, ia semakin mempersetankan semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda, Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Deborah.
“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.
Kali ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu. Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah makin menggila.
Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.
Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu. Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh permukaan bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini. Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin dibuat menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila bergesekan dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya. Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina Tante itu.
“Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto sambil menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah yang mengangkang lebar.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.
“Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh” bisik Deborah sambil mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati penetrasi itu.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.
Saat penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya. Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya. Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang buah dada Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.
Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.
“Aaahh yyhhaahh.. Ssshh..” teriak Deborah saat penis Anto melesak masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.
Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Deborah secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Anto dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.
Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang makin lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.
Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu cepatnya justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak oleh gairah.
“Ooohh.. Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh.. Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..” racau Deborah sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”
Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.
Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu, kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.
Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto. Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.
“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.
Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam vaginanya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.
Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.
“Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.
Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu. Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..
“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”
Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.
“Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.
Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya, dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah.
Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.
“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.
“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.
Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.
Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.
“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.
Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.Blesshh……penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.
“Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!” teriak Deborah saat menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.
Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya. Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.
Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.
Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam vaginanya.
Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke dalam vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan, dan….Blleesshh…..
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.
Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk vagina Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam. Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.
Mereka bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak henti-hentinya meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya.
“Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.
Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi lenguhan. Keringat mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak rambut ikal Deborah. Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan decak becek yang timbul dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah. Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Ia tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin mempersetankan segalanya.
Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan, selangkangannya pun bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan orgasme atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin mendapatkan orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun semakin liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya. Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.
“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”
Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba.. vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-gilaan lagi, ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya. Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam vaginanya. Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya, ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk penisnya dalam vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang, seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam selangkangannya. Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping. Pemandangan itu benar-benar seksi.
Dan…..Croott….Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.
Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.
Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka. Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka rasakan. penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan tak akan hilang dari raga bagian bawah mereka.
Deborah merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh persendiannya.
“Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya nggak ingin lepas,” pinta Deborah pada Anto yang masih menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.
Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang masih berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya. Diraupnya lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto, kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu dan rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat jantung Anto berdegub tak karuan.
Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu. Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya pada vagina Deborah..
“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.
Anto terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.
Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini. Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan pemuda yang baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya puting miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar diperbudak dan dipermainkan kenikmatan. Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi sedang vaginanya berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi, ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium mayora Tante itu.
Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi. Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh persendiannya. Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..
“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.
Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili liter lendir kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme yang hebat sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.
Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala Anto yang berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati vaginanya dengan rakus.
Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi. “Nngghh..” Lenguh Deborah.
Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu, yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri, kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas dengan permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.
“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?” bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.

Luar biasa kedua kakak beradik Tante Sumi dan
Tante Ijah ini, sama sama mempunyai nafsu seks
yang berani dan nakal, keduanya memilik tubuh
yang membuat lelaki yang terbiasa bercinta dengan
wanita paruh baya akan cepat terangsang, Tante
Sumi memilik tubuh yang lebih montok, namun
Tante Ijah juga tak kalah, tubuhnya ramping namun
bagian dadanya sangat menonjol. Jelas tidak
mungkin aku mengajak threesome, lagian jika
threesome maka akan lebih repot, jadi aku harus
mengulur waktu dulu, setelah Tante Ijah kuajak
bercinta berdua, barulah aku akan mengajaknya
threesome. Keinginananku itu terkabul, ketika Tante
Sumi keluar tanpa bilang padaku, sedang Tante Ijah tersenyum padaku, sekeluar dari kamar dan pintu
ditutup, Tante Ijah langsung saja merangkulku, naik
ke pangkuanku dan langsung melumat bibirku
dengan sangat rakus. Lumatan demi lumatan
dilancarkan Tante Ijah yang ternyata sangat
kahausan birahi, selama ini suaminya semakin
jarang memberikan kepuasan batiniah. Setelah
dengan megap megap melumat bibirku, Tante Ijah
menarik kepalanya.
“Sssssssssssh hhhh .. sayaaaaaaaaaaaang ..saatnya
Tante kau kontoli … buat tante mengerang
erang seperti adik tante itu .. tante iri tadi mengintip
kalian “ ajak Tante Ijah tanpa malu malu. Tante Ijah
lebih hot dan binal dibanding adiknya, Tante Sumi
yang lebih cenderung nakal. Tante Ijah lebih suka
terbuka, sedangkan Tante Sumi lebih tertutup,
setengah malu malu meminta kepuasan. Tubuhnya
ramping tanpa lemak itu berkeringat menderas
dengan cepat, nafsunya tidak bisa ditahan tahan
lagi, matanya jalang menatap ke kontolku yang
membasah itu, demikian pula dengan memek Tante
Ijah yang tak kalah basah.
Aku belum menjawab namun Tante Ijah memang
terkenal mendominasi hubungan kami ini.
“Tunggu apalagi sayaaaaaaaaaang .. kontolmu benar
benar ngaceng .. ayo sayaaaaaaaaang .. masukin
donk .. “ rajuk Tante Ijah dengan memundurkan
selakangannya, kulihat memek Tante Ijah memerah
dioralnya sendiri semenjak mengintip aku menggauli
adiknya yang entah lenyap kemana. Buah dadanya
benar benar montok, kencang sekali walau sudah
tua. Namun libidonya tidak bisa disembunyikan dari
bentuk wajahnya yang mesum habis.
“Sabaaar deh Tan .. Tante kudu
sabaaaaaaaaar .. “ sahutku dengan meremas buah
dada montok milik Tante Ijah itu, Tante Ijah langsung
memejamkan matanya merasakan remasan
tanganku dengan lembut, terlihat Tante Ijah benar
benar menikmati setiap rangsangan yang kuberikan,
namun Tante Ijah memang terkenal binal dan tidak
sabaran, sambil menengadah, memajukan dadanya
agar aku keluasan meremas susunya itu. Nafasnya
sangat panjang dihembuskan ketika tanganku
meremas lebih kuat sehingga desisan Tante Ijah
semakin santer terdengar. Habis itu Tante Ijah
melenguh keenakan dengan menggelinjang ke
kanan kiri tidak tahan kedua tanganku memegang
kedua bukit kembar itu, puntingnya lumayan besar
“Aaaaaaaaaaaaaauuh .. sayaaaaaaaaaaang .. Tante masukin kontolmuu yang sayaaang .. nggak
tahaaaaaaan aaaaaaaaaaaaah .. sayaaaaaaaaaang ..
fuck .. you must fucking to me “ sahut Tante Ijah
tidak sabaran
“It’s okay .. baby .. ayolah Tante .. Tante pengin dikontoli khan ?” kataku mengalah, dengan
nakal Tante Ijah memegang kontolku itu. Luar biasa
hot wanita setengah baya ini, sudah mendekati
nenek nenek namun nafsunya bukan pada namun
malah menggila. Benar benar edan Tante Ijah ini.
Matanya yang sedikit lebih besar itu membelalak
ketika kontolku yang dipegang dengan gemas itu
diarahkan ke lubang memeknya sambil Tante Ijah
menekan dengan paksa, Tante Ijah sangat agresif
untuk mendapatkan pemenuhan batin itu, aktifitas
yang sibuk membuat wanita tua ini kebakaran
memeknya sehingga ingin cepat cepat
menenggelamkan kontolku, namun bagi Tante Ijah
tidak mudah menelan kontolku
hot tante Tante Ijah“Jiaaaaaaaaaaaah !!! You ..
yoouu .. I love you .. baby .. aaaaayoo kamuuu bantu
Tanteee .. auuuuuuuuuh … kontolmu gedheeeee ..
big size sayaaaaaaaaaaaaaaaang .. aku suka pemuda
berkontol gedheeeeee .. aaaaaaaaauh sssssssssssh ..
rasanyaaaaaaa aaaaaaaaah .. memekku
tergeseeeeeeeeek “ erang Tante Ijah berkali kali
merasakan kontolku yang sangat pelan masuk ke
dalam memeknya
“Tante Ijah kalah sama Bu Sumi .. beliau
mudah kumasukin memeknya dengan kontolkuu “
ejekku sampai membuat Tante Ijah membuka
matanya, tersenyum padaku lalu memegang
kepalaku, kami berlumatan kembali dengan rakus,
Tante Ijah memegang kendali, dasar wanita judes ini
memang suka mendominasi.
“Sudaaaaaaaaaah aaaaaaaaaah .. tante nggak tahaan
sama bibirmuu .. kamu rakus sekali
sayaaaaaaaaaaaang … tante mau tenggelamin dulu
kontolmuu .. rasanyaaaaa aaaaaaaaaaaah .. luaaar
biasaaa .. geseeeekaaanya sayaaaaaaaaaaang ..
geseeekaaanya aaaaaaaaaah nikmaaaaaaaaaaaat ..
aaaaaaaaaaaauh ssssssssssssh ssssssssshh hh ..
tahaaaaaaan aaaaaaaaaah ..” erang Tante Ijah
mengerang erang kenikmatan dinding memeknya
tergesek pada batang kontolku yang kini sudah
separo.
“Naik dulu Taan .. Tante jangan maksa
aaaaaaaaaaah “ keluhku merasakan desakan
selakangan Tante Ijah yang seolah sangat tidak
sabaran menggapai puncak. Wanita binal ini mulai
kedodoran ketika selakangannya naik kemudian
menekan sambil menggigit bibirnya, tangannya
mencakari pundakku sekuatnya merasakan kontolku
masuk mili demi mili, matanya terpejam sangat erat
ingin merasakan kontolku tenggelam segera. Ronde
pertama yang langsung to the point.
“Aaaaaaaaaaaauh Taaaaaaaaan aaah Taaantee
benaaar benaaaaaaar hot .. aku suka wanita
hot .. ayo tante .. rasakan nikmatnya
kontolkuu ..jangan sungkan bicara jorok “
komentarku sambil meremas pantat Tante Ijah yang
sangat kenyal, pantatnya benar benar ketat.
Tante Ijah membuka matanya, wajahnya berlumuran
dengan keringat membanjir, bau wangi tubuhnya
masih semerbak memenuhi depan hidungku.
Tante Ijah melihat ke bawah, kepalanya mengeleng
geleng pelan.
“Huuh .. luar biasa kontolmu anak mudaa .. sesak
benar dalam memek Tante Minati .. kita pelan pelan
sayaaaaaaaaaang .. bisa bisa tante ditinggal
teruuuuuuuus “ keluh Tante Ijah dengan mata nanar
menatapku, kemudian dengan mesra menagihku
“Kamu harus rajin ke rumah tangga .. besok kamu ke
rumah yaaa .. kontoli Tante di rumah “ tawar
Tante Ijah dengan mimik mengerucut setengah
melucu.
“Maunya genjot Tante di gym aja .. aku
pengin menggenjot tante dengan alat alat senam ..
sambil senam kontolku mengobok obok memek
Tante “ sahutku dengan mengelus elus
pahanya yang masih sangat mulus, wanita ini makin
tua makin menjadi jadi. Nafsu birahinya tidak pernah
padam, mantan bintang porno ini memang benar
benar diduga orang, gila seks, tapi beda dengan
Marissa Haque, namun Tante Ijah bukan bangsa
orang munafik seperti Marissa Haque.
Perjuangan demi perjuangan dilakukan oleh Tante
Ijah agar kontolku lenyap, aku menahan tawa karena
Tante Ijah tidak sabaran juga. Selakangannya naik
kemudian menekan dengan tenaga kuat, tangannya
mencakar pundakku sampai berdarah, kurasakan
nyeri luar biasa, aku semakin tidak tahan akan
cakaran Tante Ijah itu, sehingga buah dadanya
kuremas sekuatnya, membuat Tante Ijah menggeliat
tak karuan, selakangannya ibarat mengebor
memutar, sehingga batangku seperti mata bor
masuk dengan cara miring sedikit, miring ke kanan
tenggelam, miring ke kiri tenggelam, aku yakin
wanita ini tidak akan tahan dalam 6 menit jika
kugenjot paksa, aku yakin itu karena ketika aku
membuka pintu kamar ini, Tante Ijah hendak
mencapai orgasme dengan masturbasi.
Tante Ijah menghentikan tekanannya ketika kontolku
tinggal sedikit lagi.
“Uuuuuuuuuuuh .. benaar benaaaaaar kontolmu
ngaceng sangat kurang ajar sayaaaaaaaaang ..
tahaaan ya sayaaang .. Tante pengin menekan
kuaaat .. hujamin yaaa “ ajak Tante Ijah tanpa aku
mengiyakan kemudian menghujamkan
selakangannya membuat kontolmu mentok
menabrak batas terdalam disertai lenguhan kami
bersamaan
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaauh “ teriak kami panjang merasakan
kontolku lenyap sudah, Tante Ijah sampai tak karuan,
tangan kirinya berpindah ke atas selakangannya dan
mengelus elus merasakan nikmatnya kusetubuhi.
“Kaaamuu aaaaaaaah .. kamu diaaam ajaaaaaaa ..
Tanteee Minaaati yang genjot kamuu .. rasakan
genjotan Tante Minati sayaaaaaaaaang .. please ..
you mus silent “ ucap Tante Ijah dengan menekan
telunjuknya ke bibirku. Rupanya Tante Ijah pengin
mengendalikan aku, aku sudah yakin hal itu.
Tante Ijah kemudian bergerak naik turun dengan
pelan, gerakannya sangat merangsangku, aku
menjadi tidak tahan, kuremas pantat keduanya
dengan gemas membuat Tante Ijah menggeleng
geleng tak karuan
“Aaaaaaaaaaauh ssssssssssssh sssssssssshh hh ..
sayaaaaaaaaang aaaaaaaaah …. Taaantee sukaa
samaaa saamaa konn kooontooolmuuuuuuuuu “
erang Tante Ijah dengan naik turun, aku pun masih
pasif menerima genjotan demi genjotan itu, gerakan
Tante Ijah semakin menggila
“Tahaaaaaaan yaaaaaa sayaaang rasakan sodokan
Tante Minaaaaaaaaati .. hot khan Tantemu ini ?” goda Tante Ijah dengan nakal
“Iyaaaaaaa aaaaaaaah .. aku suka Tante yang
nakaaaaaaaaaaal “ sahutku berusaha bertahan
sekuat mungkin.
Kali ini Tante Ijah tidak naik turun, namun maju
mundur menyodokiku, gerakan yang cepat itu
sampai membuat Tante Ijah tak berkedip
memandang kontolku keluar masuk
“Fuuuuuuuck aaaaaaaaaaaaaah .aaaaaaaaauh baby
aaaaaaaaah aaaaaaaaayoo aaaaaaauh sssssssssshh
ssssssssh .. Ya Tuhaaaaaaaan koook enaaaaaaak
bangeeeeeeeeet .. “ seru Tante Ijah tidak tahan lagi.
Genjotan demi genjotan cepat maju mundur itu
terasa sekali meremas kontolku kuat kuat.
binal Tante Ijah Aku kemudian dirangkulnya, mukaku
terbenam di belahan gudukan buah dadanya itu,
tanganku kembali bermain dengan buah dadanya
sebelah kiri dan tanganku yang menganggur
nemplok di pantat Tante Ijah dan kuremas remas.
Sungguh sangat liar wanita ini.
“Sayaaaaaaaang aaaaaaaaaah … Tante nggak
kuaaaaaaaat .. maaau sampaaaaaaaaaai “ erang
Tante Ijah dengan memejamkan matanya,
mendongak ke atas dengan tetap naik turun,
kurasakan jepitan memeknya sangat ketat sekali,
meremas hebat kontolku.
Genjotan demi genjotan sangat cepat dilakukan oleh
Tante Ijah dengan liar, badannya mulai kedodoran
menggenjotku, wanita ini akhirnya mendapatkan
orgasme setelah genjotan kuat berkali kali
menghujam, selakangannya dibenamkan dalam
dalam di selakanganku, pada hujaman terakhirnya
Tante Ijah mendapatkan orgasme dengan
mencakarku kuat, kemudian dadanya tertekan kuat
di wajahku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaa” erang Tante Ijah panjang, memeknya
mengcekeram hebat kontolku. Tante Ijah tegang tak
karuan mendongak ke atas, kupegang punggungnya
agar tidak terjengkang. Tubuh gemulai itu
berkelonjotan kemudian. Terkapar mencapai puncak
pendakian mendahului aku.
Kurasakan kontolku disiram cairan orgasme banyak
sekali, sampai membasahi selakanganku, tubuh
Tante Ijah kemudian terkulai lemas dalam
pelukanku, kuturunkan dan kurebahkan kemudian
kutindih dengan gemas, kuciumi bibirnya untuk
kupagut pelan. nafasnya serasa hancur, dadanya
naik turun bernafaskan ibarat dikejar kejar harimau.
Kudiamkan tubuh molek wanita nakal itu dalam
tindihanku, kurasakan memeknya memang sangat
hangat, lebih ketat di banding adiknya Tante Sumi

yang kini entah lenyap kemana.

Aku kali ini agak sedikit “berani”. Perlahan aku meraba payudaranya. Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit celanaku, dan peniskupun muncul.

“Ih, Kinan, apa-apaan sih?”, tanyanya.

“Lho, ndak ngapa-ngapain tante koq”, kataku.

“Itu koq dikeluarin?”, tanyanya.

“Kinan sudah lama ndak onani tante, pingin onani sambil memegang tante”, kataku. “Plis tante, sudah kepalang tanggung nih”

Tanteku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan keras.

“Kalo nggak boleh ya tante saja yang ngocokin”, sebenarnya aku cuma bercanda.

“Baiklah”, katanya mengejutkan.

Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang ajaib itu. Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu perlahan-lahan ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Ndak cuma itu, buah pelerku diremas-remas juga. Ohhh….nikmat sekali. Baru kali ini penisku dipegang cewek. Apalagi tanteku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak protes. Ia pun mulai gelisah setelah lama mengocok punyaku.

“Tante boleh ya buka bajunya?”, tanyaku.

“Eh…ee…i…iya”, katanya.

Ohh my goossh…

Ia membuka dasternya dan jilbabnya.

“Jilbabnya nanti saja tante”, kataku.

Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut tongkolku. Aku pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang berwarna hitam tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya. Fuck, kami benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas toketnya. Toketnya luar biadab. mungkin ukurannya 35D. Kami benar-benar berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya. Tuing! dada itu menggantung. Ohh…indahnya, putingnya coklat, keras dan kencang. Dadanya putih sekali dan harum. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.

“Oh…kinan…ahh….ahhh….terus nak, oh, lupakan aku ini tantemu. Ohh…iya, netek ke tante ya”, katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.

Ndak butuh lama koq sekarang aku sudah menelanjanginya selama ia menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium perutnya, ia merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan kedua pahanya. Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia rajin mencukur. Akupun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat itu. Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku erat, aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan kugigit-gigit gemas. Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya, rasa asin pelumasnya tak kuhiraukan lagi. Bau khas wanitanya pun sekarang melekat di bibirku.

“Ahhh…Kinan jangan, aaahhh….geli…aaaarggh….maaf kinan, tapi tante keluar….AAAAHHHHH”, desahan panjang membuatku tersentak. Saat itulah ia terkencing-kencing, aku menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya. Nafasnya tersengal-sengal. Aku belum disepong nih, pikirku. Segera aku menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala penisku. OOOHHH….fuck tanteku ini. Ia jago banget. Ia mengurut penisku sampai ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan kepala penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya. Sesekali ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana. Oh….kalau begini aku bisa jebol nih.

“Udah sayang, aku mau masukin ke tempat itu. Masih perjaka nih”, kataku.

Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat basah dan becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai kerudungnya, lalu aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit berombak, yang aku tak pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita ini pasrah dan menginginkanku.

“Cepat masukin Kinan, tante udah nggak tahan nih”, katanya.

“baiklah tante, tapi kira-kira kita sekarang ngapain tan?”

“ayolah kinan, fuck me kinan, fuck you! entotin tantemu ini”

“apakah tante ini jadi pelacur sekarang?”

“iya, tante ini sekarang jalang, pingin kontolmu, ayo kontolin tante.”

Aku lega mendengar rancauannya itu. Ia benar-benar haus sex. Jadi SLEEBB! Ouuwwwww…fuck!! Ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan pantatnya, otomatis punyaku masuk seluruhnya. Walaupun sudah punya 2 anak, tapi vaginanya sangat rapet, mungkin karena tak pernah dipakai. Perutnya yang rata itu membuatku bernafsu dan…owww…aku goyang akhirnya. Jemari kami saling menyatu. tanteku tak mau lepas dariku, ia mengoyak penisku sepertinya, dan aku menggerakkan maju mundur. Oh tidak, aku mau keluar rasanya, baru 2 menit padahal.

“Tan, ndak kuat nih…ahh….ahh…AHHH”, kataku

“Keluarin nggak apa-apa, aaahh…”, katanya.

Dan CROOOOTTT, entah berapa kali tembakan yang pasti tembakan perjaka yang dhaysat. Keras, dan banyak. Tanteku sampai tersentak merasakannya, ia membelalak, dan melihatku sambil mengerutkan dahinya. Ia melirik ke bawah sana. Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk penuh. Lama kami diam, tanteku memejamkan matanya, menikmati setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku lalu menarik tubuh tanteku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan aku menciumi bibirnya.

“Kinan, ….kita tak boleh begini harusnya”, katanya.

“Tapi aku cinta tante”, kataku.

“Oh…kinan, ponakanku ini sekarang jadi suamiku”, katanya.

Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku begitu, mungkin sepuluh menit, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh dia nungging. Dengang doggy style, kami lebih lama lagi bercinta. Hasil akhirnya 4 ronde kami puas, sofa itu basah sekali, oleh keringat, dan pejuh. Total sehari penuh, tidak, 2 hari 3 malam, aku meladeni tante Nisa yang rupanya good in bed.

Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami akan menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah tante Nisa tercinta. Hari itu tante sedang berdandan siap untuk pergi.

“Sayang”, kataku.

“Hai, sayang”, katanya. Kami sudah tidak ribut lagi panggilan apapun. Asal di luar rumah sikap kami harus dirahasiakan.

“Hisap dong”, kataku sambil memelorotkan celanaku. Ia tersenyum.

Kini tante Nisa sedikit agak nakal dalam masalah sex. Ia berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah lidahnya. rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.

“Ohhh, nisa, ooohh…pejuhku keluar!!”, kataku.

Muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.

“udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan lupa”, katanya.

“Rasanya ndak ingin pulang aku”, kataku.

“Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama lagi”, katanya.

“Iya sih”,

“Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan”, katanya.

“Apa Nisa?”

“Aku masih subur, jadi…kalau nanti hamil bagaimana ya?”, tanyanya.

“Lho? waduh….”, aku terkejut.

Ia tersenyum. “Nggak apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya”

Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.

Hal itulah yang membuatku berpikir keras.

****

Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung memelukku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.

“Kamu mau apa sekarang Kinan? Ibu bakal ngasih deh”, katanya. yang bener?

“Masa’ sih?”, tanyaku.

“Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu kangen sama anak ibu ini”, katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.

“Kalau permintaan yang lain gimana?”, tanyaku.

“Apa?”, tanyanya.

“Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?”, tanyaku sambil tersenyum.

Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.

“Sekarang?”, tanyanya.

“Iyalah”, kataku.

Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per satu. WTF?

“Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?”, tanyanya menantang.

Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar, putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.

“Boleh Kinan meluk ibu?”, tanyaku.

“Ya bolehlah, kenapa emangnya?”, tanyanya.

“Ah, nggak apa-apa bu”, kataku. Akupun memeluknya. Dadanya menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa hangat yang kurasakan.

“Kamu sudah dewasa ya Kinan”, katanya. “Ibu kangen sekali”

“Kinan juga”, kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling berpanggutan.

“Udah kinan, koq kita malah ginian seh?”, tanya ibu.

“Tapi kinan kepingin bu”, kataku.

Ibuku terdiam sesaat, tampaknya ia berpikir keras.

“Ibu lama ndak beginian, Kinan ndak keberatan jadi partner sex ibu? Sudah terlanjur begini”, katanya.

What? “Ya ndaklah, kinan sudah lama juga kepingin ngentotin ibu sendiri”

Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.

“Ohh….iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu….aahhhhh”, kata ibuku.

Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku hisap kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis dan asam. Kemudian beliau tidak tinggal diam begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku sedikit berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku bakal menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah malah tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.

Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya. Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh…nikmatnya. Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.

“Waah….kinan jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu”, katanya.

“Habis ibu mau sih”, kataku.

“Minggir dulu sayang”, katanya.

Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur memompa penisku. Ohh…tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata, “Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget…ahh….”

“Sudah, sudah bu, Kinan malah keluar nanti klo sampai begini”, kataku.

Ibuku menghentikan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika beliau balik badan menungging.

“Kinan, tolong, masukkan ya?! please….masukkan punyamu yang gedhe itu nak”, katanya.

Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu bergerak maju mundur. Tapi tampaknya ibu tak ingin berlama-lama begini, ia sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku serasa dikoyak-koyak, ohh…nikmatnya. Gila, klo gini terus aku bakal ngecret di tempat aku dibuat dulu. AHHH….Tuh kan, aku sempat nyemprot sekali, tapi aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau keluar dulu.

“Ohh…tidak bu, ahh….nggak tahan…Kinan ndak tahan, terlalu nikmat”, kataku.

“Tenang Kinan, ibu mau keluar nih…aaaaaahh…ahh..ah…ahhh.oh….ohh…aaaaaa AAAHHHH”, jeritan panjang ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.

“Aduh…aduh…aduh…gimana ini, di luar apa di dalem?”, tanyaku.

“Dalam gak papa”, katanya.

“AAAAHHHHH”, CROOOT..CROOOTTT….CROOOTTT….perlu diketahui, aku nyembur banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, Ibuku lemas tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan sensasi kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu. Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah ibuku. Aku KO, dan tertidur.