Senin, 12 Agustus 2013

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bibir kami sudah saling melumat. Aku merasakan lidahnya mencoba masuk ke dalam mulutku, aku pun menyambutnya. Tak lama kemudian lidah kami saling membelai. Ah, ciuman kali ini sepertinya lebih bernafsu.
“Eling nak… Insyaf…” terdengar suara ibuku dari dalam lubuk hati
“Udaaaah… inilah saat yang tepat buat melepas keperjakaanmu” tiba-tiba terdengar suara Maria Ozawa dalam bahasa Indonesia entah dari mana.
Raisa memelukku erat, aku membelai rambutnya yang lurus sepunggung. Raisa melepas ciumannya, menatapku sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum dan menyosor bibirnya. Raisa menghindar, menolehkan kepalanya sambil tertawa, pipinya yang putih bergetar-getar lucu. Karena gemas, kucium saja pipinya itu, lembuuuut kaya marshmallow gaan^^ “Mmmmh.. “ raisa melengguh sambil tersenyum, ia memegang kepalaku dan mengarahkan ke lehernya.
Aku mengerti apa maksudnya. Aku menyibakkan rambutnya, harum dan segar. Aku menciumi leher Raisa yang putih. “Aaaaah.. jay…” raisa mulai mendesah-desah, ia membekap kepalaku erat, sambil membelai rambutku. Tanganku melingkar menusap-usap punggungnya lembut.
“Mmmh… oh… umh..” desahan Raisa membuatku khilaf bin nafsu, Tanganku meremas payudaranya dari luar t-shirt, raisa masih menggunakan BRA rupanya –sial-.
“Ajaaay… aaah… jangan jay..”
Aku menjilati leher raisa turun ke arah tulang selangka-nya, menghisap-hisap pelan dada-atasnya yang menonjol dari leher bajunya yang longgar.
“Aaaaah” Raisa mendesah, kepalanya mendongak, lehernya yang putih terpampang di hadapanku. Aku langsung menerkamnya dengan buas.
“Jjaaay! Jangan!!” Raisa mendorong tubuhku keras ketika aku mencoba menggigit lehernya.
Duh, gawat… aku khilaf.. kalau dia lapor ke Grace atau Manajer-nya gimana nih.. bisa-bisa aku masuk penjara karena pelecehan seksual..
“Jangan dibuat cupang napa…” raisa tampak kurang senang. “Kan gak enak nanti sama yang lain.”
“Iya.. maaaf2.. aku khilaaaf”
“iih.. duuh, ada bekasnya ga?” raisa tampak panik, memeriksa lehernya
“aman.. gak ada kok..”
Raisa tidak percaya, ia bergegas berlari ke arah kaca di kamarnya. Meninggalkanku yang pucat pasi.
Duh, rasaya aku ingin kabur dan bersembunyi di pedalaman Papua.
Aku sedang membayangkan naik pesawat twin otter di Puncak Jaya, ketika Raisa kembali duduk di sampingku membuyarkan lamunanku.
“Ih Ajay nakal banget siih..”
“Iya.. maaf maaf..”
“Huu.. jangan bikin cupang-cupang dong, kan gak enak kalau dilihat orang”
“Maaaf.. jangan bilang-bilang yaa..”
“Hihihihi.. gak mungkin kali aku bilang-bilang, bisa hancur reputasiku. Kamu kali yang bilang-bilang”
“Ya elah, mana mungkin aku bilang-bilang ke orang. Aku cerita-pun ga ada yang percaya, paling-paling diledek: bukan sama Raisa, sama Raimond kali”
“Hehehe.. kamu lucu juga ya..”
“hehe” aku tersenyum terpaksa
“Jago lagi, dibanding Kamga, kamu lebih jago tahu..” (Buset, ane dibandingin sama mantannya)
“Ah, yang bener?”
“Iya, bohong ah kalau kamu masih virgin, hayooo belajar dari mana?” selidik Raisa
“Emm eh.. belajar ama Miyabi, Sora Aoi, Rin Sakuragi, Sasha Grey, Brandibelle, Nicole Graves..” aku menyebutkan segenap nama bintang bokep
“Hihihihi…”
“kenapa?”
“Kamu polos banget siiiih” Raisa tiba-tiba meremas-remas pipiku gemas
“Eh, jangan.. nanti ane.. eh aku khilaf lagi..”
“Khilaf juga gak papa hehe” Raisa berhenti meremas pipiku, ia tersenyum, mentatap mataku lembut. Raisa membelai rambutku, mengecup keningku. Sejenak kemudian, kami sudah berciuman bibir sambil berpelukan di sofa itu. Lembut, lama sekali.
Aku berkata pada dalam hati: Jikalau ini mimpi, aku tak ingin terbangun.
Aku membelai rambut Raisa, mengelus pipinya.
“Kamu yakin ga khilaf?” aku teringat kembali perbedaan kasta di antara kami.
Raisa tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa?”
Raisa tersenyum dan menggeleng.
“Hah? Kok Cuma ngangguk dan geleng-geleng?”
Raisa tersenyum, mengangguk dan menggeleng.
Aku bingung. Aku teringat Oom Sigmund Freud pernah mengatakan “Wanita adalah makhluk yang sulit dimengerti, karena ia sendiri tidak mengerti apa yang diinginkan dirinya sendiri.”
“Kamu janji ya Jay, apapun yang terjadi malam ini cuma rahasia kita.”
“Iyaa.. lagian siapa yang mau percaya aku ngapa-ngapain sama Raisa.”
“Hihi iya,. Paling kamu dikira sama Raimond.”
“Atau Rahmat.”
“Hihihi.. kamu lucu banget siiih” Raisa menciumi wajahku. Kusambut ciumannya.
“Mmmh.. mhh” kedua bibir kami saling melumat, Kuberanikan menyusupkan tanganku ke balik kaus-nya.
Aku mencoba meraih kait Bra Raisa, dan membuka-nya seperti yang biasa kubaca di krucil.com. Ternyata praktek lebih susah dari teori. Lama aku berusaha membuka kait BH Raisa tapi hanya bisa membuka satu kait paling atas, masih ada 2 lagi.
“Hihihihi” Raisa tertawa manis.
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku.
“repot banget sie… sini” Raisa membuka kausnya dan melemparnya ke wajahku. Dadanya yang indah terbungkus sepasang cup berwarna hitam dengan pinggiran pink.
Raisa membuka sendiri kait bra-nya. Aku menelan ludah.
“Hihihi.. awas serius amat.. awas jantungan loh..”
“Wah, kalau ane.. eh aku mati di sini.. aku gak bakal nyesel”
“Haha.. ada aja sih jawabanmu..”
Raisa melempar penutup dadanya itu ke lantai. Seketika itu juga terpampanglah dua buah gundukan indah berwarna putih, yang bulat sempurna. Putingnya berwarna coklat muda, -mendekati pink mungkin-. Aku melongo.
“Hihihi… ngeliatinnya sampai sebegitunya, biasa aja kali.. Punyaku juga gak gede-gede amat kok” Raisa memainkan payudaranya di depanku.
“Ya elah, Gimana mau biasa aja.. paling banter aku ngeliat toket-nya Miyabi” Aku hendak menyosor puting Raisa, tetapi dicegahnya.
“Eit-eit, kamu buka juga dong…”
“Yaaah,.. jangan deh.. tar kamu gak nafsu liat dadaku” kataku asal
“Kenapa?”
“Banyak bulunya.. kurang tulisan ‘welcome’ aja jadi keset dah”
“hihihi.. asyik dong” Raisa tertawa, manis sekali.
Raisa membuka kausku, aku manut saja.
“wah, seksiii bangeeet!!!” Raisa malah memainkan bulu dadaku. Geli. Aku ikut memain-mainkan putingnya. “Mmmmh” Risa melengguh, matanya memejam, ditariknya kepalaku ke wajahnya.
Kamu berciuman lagi sambil berpelukan dengan erat. Payudara-nya yang kenyal menempel di dadaku.
Tangan Raisa memeluk erat kepalaku. Bibirnya melumat bibirku dengan rakus. Aku mengimbangi permainannya, kugigit lembut bibir bawahnya. Raisa membalasnya dengan menyapukan lidahnya ke bibirku. Aku mengerti isyaratnya, kusambut lidahnya dengan lidahku.
“Mhhh.. mhhh..” suara kami tidak jelas.
Di bawah, tanganku asyik meremas-remas kedua payudara Raisa, putingnya kupilin lembut.
“Ooooh..” Raisa berteriak, kepalanya mendongak, ciumannya terlepas. Langsung kusergap lehernya yang jenjang itu. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini aku hanya menjilati pelan lehernya yang berwarna putih. Lidahku menari-nari lincah sampai belakang telinganya.
“Aaah.. aaah..” Raisa hanya mendesah-desah keenakan. Matanya terpejam. Tangannya mendekap erat kepalaku, diarahkannya ke bawah –ke arah payudaranya-. Aku paham maksudnya. “Ohhh..” Raisa berteriak, saat kugigit lembut dadanya yang kenyal. Matanya terpejam, tubuhnya mulai bergerak liar.
“Aaaaw.. “ Tiba-tiba dibekapnya kepalaku di antara belahan dadanya. Jujur saja aku jadi sedikit sulit bernafas.
“Hhhmh.. mhaku nggak mbihsha nahfas….” (maksudnya: aku gak bisa nafas)
“Oooh.. ohh.. eh apa”
“set, semangat banget.. awas aku kehabisan nafas…”
“hehehe.. maaf2..” kata Raisa
Hampir saja aku masuk koran Meteor Jogja “Gara-gara Nyusu, Seorang Mahasiswa Tewas di Kamar Hotel Artis Cantik.”
“Lanjut?” kataku.
Raisa hanya mengangguk lemah.
Kali ini aku menggarap payudara kanannya. Lidahku bergerak pelan memutari payudaranya. Pelan-pelan menuju tengah –ke arah putingnya-
“Ooogh..” Badan Raisa terangkat saat aku mengulum putingnya. Kali ini aku mempraktekkan ilmu yang kudapat dari suhu-suhu sekalian: aku mengulum puting susu Raisa, kutarik ke atas pelaan.. lalu kulepaskan… kuhisap lagi, kutarik lagi, lalu kulepas.. (bisa dibayangin ga gan?) seolah-olah bermain-main dengan birahi Raisa.
“Aaaah.. Ajayy… ajaaay.. kamu.. belajar.. di.. manaaa?”
“Uh.. sama.. suhu-suhu.. di krucil…” aku tidak bisa berpikir jernih
“Aaah.. apa? Ooooh!!”
“AAAAH.. Jaaaaay..” Raisa tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, punggungnya melengkung ke atas, kepalanya mendongak, matanya menatap langit-langit dengan nanar. Aku mempercepat kulumanku. Tubuhnya bergerak-gerak liar. Inikah namanya orgasme? Tak kusia-siakan kesempatan ini (kalau di game namanya serangan critical) segera kuarahkan tanganku ke arah vagina Raisa.
“Ohh ohh” badan Raisa melengkung ke atas. “Jay.. jangan.. aaah” tangan Raisa mencoba menepis tanganku. Aku tetap nekat, kuberanikan menyentuh kemaluan Raisa dari dalam. Aku bisa merasakan bulu-bulu halus, saat kutelusupkan tanganku ke balik celana dalamnya.
“Oooh…” Raisa mulai mendesah-desah saat jariku membelai bibir vaginanya yang sudah basah dengan lendir. Jariku menyentuh tonjolan daging yang tegang. Raisa menggelinjang hebat setiap kali aku menyetuhnya.
Raisa tiba-tiba meraba kemaluanku, sepertinya ia terbawa nafsu. Tangannya merogoh ke dalam celana ¾ yang ku kenakan. Karena aku orangnya pengertian, maka kupelorotkan saja celana luarku. Tangan Raisa langsung merogoh ke dalam celana dalamku dan meraih batang penisku yang berdiri tegak.
“Eit-eit, kamu buka juga dong…” cegahku.
“iiih ikut2an aja..” wajahnya manyun, tapi tetap lucu.
Raisa menurunkan celana panjang batiknya. Terpampanglah kedua pahanya yang putih dan mulus. Aku menelan ludah melihat tubuh Raisa yang putih dan langsing, hanya ditutupi celana dalam hitam dengan pinggiran merah muda.
“Itu ga dibuka?” kataku
“Enggaaa!”
“kenapa? Ada tulisan ‘welcome’nya ya? hehehe”
“Ugh” Raisa mulai mengocok batang penisku. Aku mengimbanginya dengan memainkan clitoris-nya.
“Ah.. ah.. ah.. Jayyyy.” Raisa menjerit-jerit seiring ritme pijatan yang kunaikkan. Raisa memeluk tubuhku erat. Matanya terpejam seperti kesakitan, wajahnya memerah. Tubuh Raisa kejang-kejang hebat dalam pelukkanku. Aku merasakan cairan hangat keluar di antara selangkangannya.
Raisa terenggah-enggah, tubuhnya basah oleh keringat. Rambutnya tergerai di atas sofa. Raisa tersenyum ke padaku, ia merangkul leherku. Kami berciuman lagi, ia memelukku erat sehingga sekarang posisi tubuhku menindih tubuhnya.
Secara naluriah, aku menggesek-gesekkan kemaluanku yang masih ditutupi CD.
“Hihihi” Raisa tertawa.
“Kenapa?”
“Salah posisi tuh” Raisa membuka pahanya, mengarahkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oh, sekarang sudah pas?’
Ia mengangguk sambil tersenyum. Aku menggesek gesekkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oooh..” Raisa terpejam keenakan.
Aku mengecup bibirnya, dan kami saling melumat. Raisa melingkarkan lengannya di punggungku. Kedua pahanya memeluk pantatku erat. Tubuh kami saling bergesekan, aku merasakan dadanya yang kenyal basah oleh peluh. Oh, jadi yang seperti ini namanya petting ya
“Hah.. hah.. hah..” Wajah Raisa Raisa memerah.
“Ugh ugh” aku terus memompa, tubuh kami basah oleh peluh.
“Hah.. Jay… mmasukin aja…
“Yakin?” Aku ragu, yang di depanku ini penyayi top, bung!
Raisa mengangguk lemah. Ia memelorotkan celana dalamnya. Sekarang ia terbaring tanpa ditutupi sehelai benangpun. Raisa tersenyum kepadaku, dan membuka pahanya. Aku bisa melihat vaginanya dengan jelas, rapat berwarna pink. Diatasnya tumbuh rambut halus.
Aku memelorotkan celana dalamku. Batang penisku yang tegang mengacung gagah.
Kalau ditanya berapa ukurannya: Standar orang indonesialah (jawaban aman dan diplomatis hahaha).
Sejenak aku terdiam. Tinggal selangkah ke seberang untuk melepaskan keperjakaanku.
“Raisa..”
“Apa?”
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku mulai berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.
Raisa mencubit kepala penisku “sakit ga?”
“Aduh, iya sakit”
“Berarti kamu ga mimpi sayang”
“Raisa..”
“Apa?”
“Kamu harus ingat, yang ngambil perjaka-ku kamu lho..”
“Hihihi..” iya malah tertawa, wajahnya cantik dipenuhi keringat. “Ayo kalau kelamaan, malah jadi perjaka seumur hidup lho”
Kesempatan terakhir untuk melepas keprjakaanku nih. Aku menggesek-gesekkan mulai kepala penisku ke bibir vaginanya. Raisa terpejam keenakan.
Aku mencoba memasukkan penisku kedalam liang vagina Raisa yang basah oleh lendir. Licin, susah banget masuknya.
Raisa tersenyum
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku
Raisa membimbing kepala penisku memasuki vaginanya. Bless, kepala penisku tertelan. Terasa hangat dan basah
“OOOhhh” Raisa menjerit perlahan, ia menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam bantalan sofa. Aku mendorong penisku memasuki lubang sesat itu, terasa licin dan sempit. “Ugh..” aku kegelian, sensasi ini baru pertama kali kurasakan. Lebih nikmat dari coli dengan menggunakan mentimun yang dihilangkan isi-nya.
Sekarang penisku sudah terbenam seluruhnya dalam liang vagina Raisa.
HASTA LA VISTA VIRGINITY
Selamat tinggal keperjakaan
Selamat tinggal 22 tahun penuh penantian
Selamat tinggal mentimun laknat!
“H.. h.. h.. yah udah ga perjaka deh” kata Raisa sambil tersenyum
“Gak papa.. kalau hilangnya sama kamu”Aku mengecup keningnya. Raisa tersenyum, tangannya dilingkarkan di leherku. Ia mengecup bibirku lembut. Tak lama kemudian kami sudah saling menghisap dan membelai.
Secara naluriah aku menggerakkan pinggulku,
“U,mmmh…” desahan Raisa tertahan di bibirku
Aku merasakan batang penisku dipijat oleh dinding vagina saat penisku keluar-masuk vagina Raisa. Aku menarik keluar penisku, menghujamkannya lagi ke dalam.
“Ohhh.. jay.. aah..”
“Uhmh.. ah..”
“Oooh ohh,. Terus jay..
“Oh.. oh… iyah”
“Ahh.. ah.. gitu.. terus jaaay..”
“Gini?”
“Iyaah.. lebih cepet jaay! aah.. aah aah..”
Tubuh telanjang kami bergesekan dengan liar. Tangan Raisa memeluk erat punggungku, sementara pahanya dilingkarkan di pantatku. “Plok.. plok.. plok…” suara kedua paha kami yang beradu terdengar kencang seiring kunaikkan RPM kocokanku. Suara yang biasanya hanya kudengar di bokep kini terdengar begitu nyata.
Penisku terasa geli sekali di dalam sana. Aku merasa aku akan ejakulasi. Aku teringat saran dari para suhu untuk berkonsentrasi membayangkan hal lain. Aku membayangkan www.sukatoro.com. Aku tidak jadi ejakulasi.
“Oh.. aaaaah… aaaah..” Raisa berteriak-teriak.
Aku melirik wajahnya, kulitnya bersemu merah dipenuhi oleh butiran keringat. Ah, Raisa bertambah cantik apa bila sedang terangsang. Matanya terpejam, bibirnya yang seksi menggap-menggap. Karena nafsu langsung kulumat saja bibir itu
“Mmmmh…”
“Mmmh mmmh”
“Ammmh..”
“Hmm mhhp”
Hanya lengguhan tertahan yang terdengar di tengah pergumulan kami. Tangan kiriku bertumpu pada sofa, semntara tangan kananku meremas payudara Raisa. Ia mengernyitkan keningnya.
“Aaaaaaa!!” Raisa berteriak panjang, ia menjambak rambutku.
Aku merasakan didnding vagina Raisa berkedut-kedut bagaikan menyedot batang penis-ku
“ugh.. ugh.. aku.. mau keluar nih..” kataku
“Aaah.. aaah.. tahan.. sebentar.. jay.. aku bentar lagi”. Kata Raisa, pelukannya semakin erat.
Aku tak mau mengecewakannya. Aku segera membayangkan hal lain: bokep maho yang tak sengaja kutonton tempo hari (baca: Jay: Clothed Female Naked Male ),, tapi nafsuku malah menjadi. Hah? gawat!!. Segera kualihkan pikiranku pada wajah guru Fisika-ku waktu SMA.
“Jaaaay… aaku… keluar… aaaah aaaah…!!!” Raisa berteriak, tubuhnya bergerak-gerak liar. Mengejang-ngejang hebat dalam pelukannku. Ia memeluk tubuhku erat, sangat erat sampai kukunya mencakar punggungku.
“Aaaa.. aaaaaaa..” Raisa menjerit panjang. Wajahnya memerah.
Aku merasakan otot-otot dinding vagina Raisa berkontraksi. Penisku disedot serasa disedot oleh vakum cleaner.
“Raisaaa.. aku juga kkee..luaaar” aku berteriak
“Hahh haah.. keluarin di luar jaaay”
Aku segera mencabut penisku. Tubuhku mengejang. Kutumpahkan spermaku di atas perut Raisa. Tungkaiku terasa lemas sekali, lalu aku ambruk ke atas tubuh Raisa.
“Hhhh.hhh…. h…” kami terenggah-enggah. Tubuh telanjang kami yang dipenuhi peluh (dan pejuh) saling berpelukan. Raisa membelai punggungku lembut. Aku mencium pipinya yang mulus. Ia tersenyum.
“Makasih ya sayang..” Kata Raisa
What?! Dia me memanggilku ‘sayang’
“Hmm iya sayaang” aku ikut-ikutan deh
“Hihihi” dia ketawa deh
“Raisa..”
“Apa?”
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku kembali berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.
“Mungkin” katanya sambil tersenyum nakal
“Yaaah…” kataku
“kenapa? kecewa ya?”
“Coba mimpi basah-nya sama Farah Quinn” kataku
“Huuu” Raisa memukul mukul dadaku.
“Hehehe canda-canda.. udah mending mimpi basahnya sama Raisa, daripada sama Ivan Gunawan”
“Hihihi.. kamu kocak banget sih”
“Hehe.. siapa dulu dong, Ajay Vijay Hotahai…”
“Tapi..” kata Raisa
“Tapi apa?” aku penasaran
“Kalau kamu mimpi basah sama Ivan Gunawan, kamu pasti mau” goda Raisa
Aku melotot.
RAISA: ACT 3
Ternyata yang terjadi malam itu bukanlah mimpi. Setelah kami membersihkan tubuh, kami masih berbincang-bincang sambil telanjang bulat. Raisa mengatakan bahwa kalau sendirian di rumah, dia biasa tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku hanya manggut-manggut. Aku menceritakan pengalamanku ditelanjangi oleh teman-teman (baca: Jay: Clothed Female Naked Male ), dan pergi ke nudist resort di Bali (baca: Nudist Resort . Raisa tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
“Bentar jay..” raisa beranjak.
Aku bingung, sejenak kemudian Raisa memanggilku. Ia sedang mengutak-atik laptop, tak lama mengalun sebuah lagu. Aku tahu lagu itu dinyanyikan Raisa, tapi aku tak tahu judulnya. Not a big fans of her,.. umm at least before this night hehe
Raisa menggamit lenganku.
“Shall we dance?” katanya sambil tersenyum. Raisa melingkarkan lengannya di leherku. Aku memeluk pinggangnya lembut. Kami berdansa pelan dengan tubuh yang tak tertutup apapun.
Lamat-lamat terdengar lagu memenuhi ruangan.
“kupersembahkan cintaku
Rasa-rasa terdalam
Sejuknya awalku
Bila di dekatmu
Kuingin berada di dekatmu”
“Jay..” kata Raisa
“yaaa?” jawabku…
“Jangan pulang dulu ya..”
“………”
“Tadi kita kan baru main satu gaya hehehe..” Raisa tersenyum nakal
aku menelan ludah, penisku berdiri lagi.
Aku membuka-buka kulkas kecil di kamar hotel Raisa, ada berbagai macam minuman. Aku mengambil satu kaleng coca-cola, lumayan mumpung gratis (keliatan banget mahasiswa gak modal wkwkwk). Buru-buru aku meminumnya sambil memperhatikan Raisa yang sedang mengeringkan tubuh telanjangnya. Rambutnya masih basah setelah mandi, tergerai menutupi payudaranya yang ranum. Ugh, penisku yang tidak ditutupi apa-apa jadi setengah berdiri.
“Jay, kamu bobok di sini ya..”
“Uhuk… uhuk..” aku tersedak, coca-cola yang kuminum berhamburan di lantai.
“Iyaa.. plis plis plis.. besok aku kan udah balik ke Jakarta”
“Aku sih mau aja, tapi tar kalau ketahuan Manajer kamu gimana? Kalau ketahuan sama panitia yang. lain? Kalau ketahuan pak RT? Pak hansip? Pak lurah? Kan bisa berabe.”
“Iiiih.. tuh kan ada aja jawabannya” Raisa cemberut. “ udah, pagi-pagi banget kamu balik ke kamar kamu.”
“Hmm males ah” godaku.
“Ihh kamu gitu deh..”
“hehe canda canda.. kapan lagi bisa nolak artis cantik.. aku pinjam kamar mandi ya”
“Hehe..” Raisa nyengir.
Aku segera ke washtaffel, membuka plastik sikat gigi yang disediakan hotel (gratisan euy) malu nanti kalau bangun tidur nafas bau naga.
Aku mandi sebentar, sambil membayangkan tidur sama Raisa, asyik asyik . Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan di pinggangku.
Hah? Raisa terbaring di atas ranjang king size itu tanpa busana.
“Buset dah, gak takut masuk angin?
“Hihi.. biasa kali aku tidur bugil.. di luar negeri juga orang-orang pada tidur bugil”
“Yaaaah, aku mau dah jadi selimutnya”
“Hihihi.. mau dong diselimutin kamu..”
“Asyiiik”
Aku segera melemparkan handuk itu ke lantai, dan melompat ke atas ranjang. Aku menggelitiki Raisa, ia menggeliat kegelian, kemudian tubuh telanjang kami saling berguling-guling di atas kasur yang empuk itu. Kami saling berpelukan dan bersenda gurau.
“Udah-udah… capek nie.. bobok yukk..”
“Hehe.. yuk.. yuk..”
Raisa memutar tombol di samping tempat tidurnya, lampu di kamar itu meredup. Kami berbaring berhadapan, Raisa memelukku lembut, aku melingkarkan tanganku di pinggulmya.
“Met Bobok suamiku sayang..” Raisa tersenyum, indah sekali.
“Uh.. eh.. iya.. met bobok juga i-i-istriku sayang..” aku grogi dipanggil begitu.
Raisa tersenyum dan memejamkan matanya. Aku mengecup keningnya, Raisa mempererat pelukannya.
Para pembaca nan budiman, di depanku sekarang sedang terbaring lelap seorang bidadari. Matanya yang indah kini terpejam, wajahnya terlihat damai dan mendamaikan hati siapapun yang melihatnya. Aku melirik ke bawah. Dadanya yang indah naik turun seiring nafasnya.
Aku menelan ludah, mencoba memejamkan mata. Tapi jantungku berdebar kencang. Seumur-umur, baru kali ini aku tidur bareng cewek selain ibuku. Aku mencoba merilekskan pikiran, tapi 30 menit berlalu aku tidak bisa tidur juga, malah ‘si adek’ di bawah berdiri.
“Hihihi.. ada yang bangun tuh..” kata Raisa, rupanya penisku yang tegang mengenai perutnya.
“Eh.. lum tidur? tanyaku
“belum..” jawabnya
“Dari tadi lum bobok?
Raisa menggeleng.
“Kenapa?” aku bertanya lagi.
“Grogi sih bobok sama kamu..” Ia tersenyum.
Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.
Aku melumat bibirnya dengan gemas, Raisa tidak mau kalah. “Mmmh.. mmmh mhh” kami berciuman sambil saling membelai. Penisku sudah tegang tidak karuan, duh langsung saja kugesek-gesekkan ke perut Raisa. Tanganku meremas payudara Raisa yang tidak seberapa bear, namun bulat dan kenyal.
“Uhhh.. Jay… jangan..” Raisa menepis tanganku dan membalik badannya, membelakangiku.
“Kenapa?”
“Besok aja ya,. aku capek.. tadi kan abis nyanyi..”
“Yaaah..” Aku hanya bisa memeluk Raisa dari belakang. Kentang aku jadinya.
Aku menghirup nafas dalam-dalam, mencium rambut Raisa yang masih basah. tubuh Raisa yang baru mandi terasa harum dan segar. Si adek di bawah sudah hendak memulai pemberontakan menggulingkan akal sehat.
“Jay.. nakal ah..” kata Raisa ketika aku menciumi tengkuknya lembut. Lidahku menari-nari dibelakang telinga-nya.
“Jay… mmmh” Aku memainkan payudaranya dari belakang, putting-nya kubelai dengan lembut.
“Oooooh… Jay..” Raisa menjerit pelan. Tanganku yang satunya meraba kemaluannya. Jariku memijat bibit vagina-nya, berputar-putar pelan. Aku merasakan perlahan vagina Raisa mulai basah. Kuberanikan memasukkan jariku ke dalamnya.
“Ooooh oooh” Pantat Raisa mulai bergerak gerak sehingga menyenggol penisku yang tegang. Aku menggesek-gesekkan penisku ke selangkangannya.
“Aaaah..” mata Raisa terpejam, seperti kesakitan. Ia menolehkan wajahnya kebelakang. Langsung kusambut bibir sensual itu. “Mmmh… mmh…” aku mencumbu Raisa dari belakang, tak lama tubuh Raisa mengejang hebat, aku memeluknya erat. Aku bisa merasakan cairan mengalir deras dari vaginanya.
“Hhh… hh haah.. hhh”
Aku sekarang mencoba menggesek-gesekkan kemaluanku ke bibir vaginanya.
“Ohh..” Raisa sepertinya mengerti, ia mengarahkan penisku ke dalam vaginanya.
“Ugh..” penisku sekarang sudah terbenam ke dalam liang yang basah itu.
Asyik.. Round 2 START!! Jreng.. jreng…
Aku mulai memompa tubuh Raisa dari belakang, dalam posisi Spooning. (Asyik, akhirnya praktek hehe)
“Ohh.. ohhh. Ohhh.” Raisa menjerit jerit saat aku menghujamkan penisku. Tanganku memeluk Raisa dari belakang sambil meremas payudaranya. Tengkuknya yang putih kuhisap tanpa ampun.
“Ah.. ahhh..” Aku menyodok vagina Raisa dari belakang
“Ugh.. ugh..”
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas
Aku mulai menyodok vagina lagi.
“Mmmh… oooh Jay!”
“Ugh.. ugh..”
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas lagi
Aku mulai menyodok vagina lagi.
“aaaaaaaa!!!” Raisa menjerit keras.
Ternyata salah lubang.
Para pembaca nan budiman, ternyata praktikum lebih sulit daripada teori. Kesimpulannya posisi Spooning ini masih terlalu susah nuntuk seorang nubie.
Raisa tersenyum, dan berbalik. Aku Cuma nyengir, dan menjawab dengan jawaban standar: “maklum masih nubie hehe.”
Raisa mendorong tubuhku sehingga telentang, ia menatapku dengan nakal. Aku menelan ludah.
“Ooooh” Raisa mulai menciumi leherku dengan buas, pelan-pelan ciumannya turun ke dadaku. Putting susunya dijilatinya tanpa ampun. “Oooh.. ohh.” Aku menjerit-jerit kegelian.
Bibir Raisa yang indah menari menuruni perutku yang berbulu, sesekali digigit-gigitnya perutku lembut. Tangannya yang mungil membelai kejantatanku. Yeah, I know where its going: Raisa menatapku dengan tatapan yang paling nakal, sebelum mulai menjilati kepala penisku.
“Oooowhh.. “ Aku berteriak tertahan ketika Raisa mulai memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Sekilas kulihat Raisa tersenyum, ia seperti seorang anak kecil yang asyik menikmati eskrimnya. Bibirnya yang lembut melumat kemaluanku dengan lahap. Tanganku mendekap kepala Raisa erat, sambil menahan geli yang tak tertahan.
“Oooh.. oooh” aku mengap-mengap ketika Raisa menjilati pangkal kemaluaku, dan menghisap buah zakarku. Jemarinya lincah mengurut selangkangan sampai anusku.
“Oooowh..” aku merasakan sesuatu hendak keluar.
“Ammpuun.. ampun.. aku udah mau keluar” aku mendorong kepala Raisa, tidak mau ronde 2 ini terbuang sia-sia.
“Hehehe…” Raisa tersenyum, Ia duduk di atas perutku mengambil posisi WOT. Seperti biasa, aku hanya bisa menelan ludah.
Raisa membimbing kemaluanku memasuki vagina-nya. Sesaat kemudian aku bisa merasakan penisku memasuki lubang yang sempit bin legit.
“Mmmmh” matanya memejam sejenak, sebelum mamasang senyum termanis yang pernah kulihat. Malam itu wajahnya sangat cantik, tertimpa temaram lampu tidur, kedua payudaranya tergantung di atasku, indah. “Siap..?” katanya
Aku hanya mengangguk.
Raisa mulai menggerakkan pinggulnya, otot perutnya yang rata terlihat berkontraksi saat ia menggoyangkan tubuhnya di atasku.
Raisa tersenyum, tangannya bertumpu di atas dadaku. Raisa mempercepat gerakannya, dadanya berguncang-guncang hebat. Raisa memejamkan matanya, wajahnya merona merah, cantik sekali.
“Uhmmmm” Raisa melenguh
“Ugh.. ugh..” aku merasakan penisku bagai di dalam lubang sempit yang lengket
“Ooooh…” Kepala Raisa menggadah
“Ummh..” Raisa semakin mempercepat goyangan pinggulnya.
Aku jadi semakin bernafsu, kuremas-remas dua bongkahan indah di dadanya itu. Raisa meringis, ia menggerakkan pinggulnya memutar seperti bur.
“Ooooh..” aku hampir tidak saja keluar, jika tidak segera membayangkan www.sukatoro.com
“Hihi..” Raisa tertawa kecil.
Raisa menggerakkan pinggulnya maju mundur lagi, namun tiba-tiba Raisa menggetarkan pinggulnya dalam ritme yang sangat cepat. Sebelum melambat, dan kemudian bergetar cepat lagi. “oooh” aku merem melek keenakan.
“Aaaah.. ah.. ah..”
“Oooh..”
“Aahh..”
“Uuhh”
Raisa menunggangi tubuhku dengan garang.
“Plak! Plak! Plak! Aku menepuk-nepuk pantatya, meniru adegan-adegan bokep Hardcore (Wkwkwkw dari dulu pengin mempraktekan adegan ini)
“Ouhh jaaay..”
“Ugh… ugh.. apa?”
“Mmmh.. mhhh” Raisa malah mengulum bibirku. Dadanya direbahkan ke atas dadaku.
“Mmmh, mmh,,” Suara erangan kami tidak jelas terdengar karena lidah kami saling membelai. Pinggul Raisa bergoyang cepat, payudaranya yang kenyal menggesek dadaku.
Aku melirik Raisa, Wajah Raisa yang putih kini bersemu merah, bulir-bulir keringat membasahi pipinya, padahal suhu ruangan itu cukup dingin.
“Ooh.. ohh.. Jay…”
“A.. apa?”
“A… aku… mau keluar..”
“Ah..
Aku merasakan gerakan Raisa mulai tidak teratur, pinggul Raisa bergerak gerak liar, punggungnya melengkung.
“OOOH… OHHH. Jaaaay!!” Risa berteriak, wajahnya memerah, tampak seperti kesakitan. Raisa memeluk tubuhku erat, sekujur tubuhnya mengejang hebat.
Aku merasakan dinding-dinding vagina yang basah Raisa berkontraksi, penisku seperti disedot vakum cleaner. Otot rahim Raisa berkedut kedut, menciptakan sensasi geli yang tak tertahankan.
“Oooo… aku… juga mau keluar… oh..”
“Aaaah.. aaah..” Raisa malah melumat bibirku.
“Ooooooooh” pantatku terangkat, ada sesuatu yang menyembur dari kemaluanku.
Kami saling melumat, tubuh telanjang kami saling berpelukan, bergetar hebat, dan mengejang bersama.
Raisa terbaring lemah di atas dadaku, nafasnya tersengal. Wajahnya yang cantik memerah, Aku membelai rambutnya, ia tersenyum kepadaku dan mengecup bibirku lembut.
Kami berciuman mesra, aku memeluk Raisa lembut.
“Nah lho.. aJay nakal ya..”
“Hah?” aku bingung.
“Tadi dikeluarin di mana hayoo”
“Eh iya.. gawat.” aku tadi mengeluarkan spermaku di dalam vagina Raisa.
“Nah lho.. nah lho…” Raisa tersenyum nakal sambil menyentuh hidungku.
“Aduuh.. ane khilaf.. gimana dong?”
“Hihihi..”
“Kalau kamu hamil gimana?”
“Yaaah… tunggu aja..”
“Tunggu? tunggu apa?” aku bingung
“Tunggu aja berita di infotainment: pemirsa, benarkah ayah bayi yang dikandung Raisa, adalah seorang mahasiswa dari Yogyakarta…?” Raisa menirukan suara Venny Rose, pembawa acara gosip yang terkenal itu.
Aku Cuma merengut.
“Hihihi” Raisa tersenyum dan mengecup bibirku
Kami berciuman sambil membelai.
“Met bobok suamiku sayang..”
“Met bobok istriku” aku mengecup keningnya, sambil menyelimuti tubuh telanjang Raisa.
Kami berpelukan di bawah selimut. Malam itu aku tidur bersama seorang bidadari.
RAISA: ACT 04
Aku terbangun, hari sudah pagi. Aku khawatir bahwa aku terbangun di kamar kost-ku, dan semua ini hanyalah mimpi indah. Aku melirik ke samping, Raisa sedang tidur sambil memeluk dadaku. Wajahnya sangat damai, mungkin ia sedang bermimpi indah. Ku mengecup keningnya, ia terbangun
“Eh.. e.. met pagi suamiku..” Raisa tersenyum sambil mengucek matanya
“Met pagi Raisa sayang” aku mencubit pipinya.
“Mandi yuk, abis itu baru balik..”
“Hehehe” aku Cuma nyengir
Tak lama, tubuh kami sudah terendam dalam air hangat di bath tub. Kami saling bercanda sambil saling menyiram air. Payudara Raisa yang berwarna putih sedikit memerah terendam air hangat, membuat penisku tegang lagi. Raisa tersenyum, wajahnya cantik sekali.
Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.
Kami berciuman dengan panas di bath tub, di akhiri dengan ronde ketiga yang singkat di lantai kamar mandi
Seelah berpakaian, aku membuka pintu kamar Raisa dengan khawatir, celingak.. celinguk.. hari sudah terang, namun di lorong hotel belum ada orang, aman.
Aku menoleh, memberi isyarat sampai jumpa pada Raisa.
Aku mengendap di lorong hotel.
“Jay! Ngapain kamu dari kamar Raisa!!” Grace, seksi LO memergokiku.
:
Aku kaget bukan main, otakku yang encer berpikir cepat.
“Eng.. ini, habis nganter gudeg” alasan yang bodoh.
“Hah?”
“Oh, ini nota-nya” aku menyerahkan nota Gudeg Pawon ke Grace.
“Ck-ck-ck..” Wajahnya mengernyit.
“Deg.. deg.. deg” suara jantungku.
“AJay… aJay… beli gudeg aja semaleman… ngapain aja kamu? Cari banci dulu yah?”
“Iya.. eh.. anu.. kemarin antre lama banget,.. pas balik, Raisa udah bobok, kamu lagi belum apa-apa udah molor..”
“Hehehe..” Grace nyengir
“Udah ya, aku boker dulu”
“Ok2 thanx ya Jay.”
Aku langsung ngacir
RAISA: EPILOUGE
Aku menghisap rokok dalam-dalam, sudah beberapa bulan semenjak peristiwa itu. Aku selalu berpikir apakah semua ini hanya mimpi?
Ya, Raisa hanyalah mimpi bagiku. Raisa adalah bidadari yang hadir dalam mimpiku, dan lenyap ketika aku terbangun.
“Woy, ngelamun aja.. loe pesan apa jay?” kata temanku.
Malam itu, aku dan teman-teman kost-ku sedang nongkrong di ‘Burjo’, yakni suatu warung yang buka 24 jam dan menjual macam-macam makanan: tante (indomie TANpa TElor), intel (INdomie TELor), Josua (Extra JOSs pakai SUsu), dan berbagai macam gorengan.
“Oh, Eh.. Tante satu..” kataku sambil menghisap lagi rokokku. Pikiranku melayang, aku tidak bisa melupakan hari terakhir Raisa di Yogyakarta.
*******
Siang itu aku mengantarnya ke bandara Adi Sucipto. Karena harus menyelesaikan masalah Fee, Grace dan Manajer Raisa menyusul kemudian. Asyik, aku semobil berdua dengan raisa. Sepanjang perjalanan kami berpegangan tangan, erat, seolah tidak akan bertemu lagi.
“Sampai jakarta jangan lupa SMS aku ya..” kataku
Raisa mengangguk, “Jay,.. kamu jangan lupain aku ya” wajahnya tampak sedih
Aku mengangguk, “Raisa, kamu.. jadi pacarku aja..”
What the… aku tak sadar sudah mengucapkan kata itu. Gawaat,.. ingat bung! Siapa dirimu? Siapa Raisa! Tahu diri bung!
Raisa terdiam, lama. Ia menoleh kepadaku.
“Maafin aku ya Jay, aku gak bisa”
Aku menghela nafas, ya aku bisa menerimanya. Raisa adalah seorang artis terkenal yang karier-nya sedang menajak, sementara aku hanyalah mahasiswa yang masa depannya tidak jelas. Aku saja yang berharap terlalu banyak, mengartikan one night stand semalam, dengan perasaan cinta. Thats okay
Lama kami saling diam, kaena suasana tidak enak, aku menyalakan radio. Tiba-tiba Raisa terisak tertahan.
“Jay.. maaf.. maafin aku.. huk.. huk” Raisa menangis tersedu, air matanya menetes.
“Enggak.. enggak papa kok, aku sudah biasa kali ditolak” aku menepuk-nepuk kepala Raisa
“Bukan.. bukan itu” tangisannya pecah di pundakku
Raisa bercerita kembali tentang gagalnya hubungannya dengan Kamga. Bahwa dilubuk hatinya masih tersisa sakit yang teramat. Aku membelai kepalanya, aku bisa mengerti perasaannya.
“Para akademia, untuk yang lagi galau, akan kami putarkan sebuah lagu dari Raisa yang berjudul Terjebak Nostalgia” suara penyiar radio memecah keheningan.
Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun aku takkan pernah bisa,
Ku Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini
*******
Tanpa terasa mataku berkaca-kaca mengingat peristiwa itu. Rokokku sudah habis. Aku hanya bisa diam, sambil memandangi layar TV di pojokan yang sedang menayangkan acara Talkshow Hitam Putih yang dipandu Deddy Corbuzier.
“Jiah, bengong aja! Kalo loe gimana Jay? ” temanku bertanya
“Hah? Gimana apanya?”
“Udah berhasil melepas status ‘ting-ting’ loe belum?” Kata seorang temanku
Kalau mahasiswa seperti kami kumpul-kumpul, obrolan kami tak jauh-jauh dari masalah meki, toket, dan ngentot. Dasar manusia berpikiran dangkal, batinku.
“Udah dong” jawabku mantap.
“Wuih! Ajay, sama siapa?” teman-temanku tampak antusias
“Sama Ra..”
“Raimond? Wuih ajay.. ternyata ckck..” kata-kataku dipotong seenaknya
“Bukan, tapi Ra..”
“Rahmat ya?”
Temanku yang kebetulan bernama Rahmat melotot tidak terima.
“Ra siapa sih?”
“Rama?”
“Raka?”
“Rambo?”
“Raden?”
“Rambutan?”
Semua nama cowok berawalan “Ra” disebutkan satu persatu. Sudahlah, aku terima nasib saja jadi bahan ejekan. Toh, meski kuceritakan yang sebenarnya pun mereka tak akan percaya.
“Uhuk!” aku tersedak ketika melihat tayangan televisi, kebetulan bintang tamu malam itu: Raisa! Mataku melotot. Teman-temanku bingung, mereka menoleh ke televisi melihat Raisa yang mengenakan dress putih sedang bersalaman dengan Deddy Corbuzier.
“Jangan bilang loe ngentot sama Raisa.”
Aku Cuma nyengir.
Mereka memandangiku dengan tatapan tidak percaya, biarlah.
Deddy Corbuzier bertanya kepada Raisa “Sekarang Raisa lagi pacaran sama siapa?”
Ditanya begitu, Raisa Cuma tersipu-sipu. “kalau pacar belum punya” jawabnya. aku memang tidak berarti apa-apa bagi Raisa, aku yang berharap terlalu banyak.
“Pacar belum punya.. tapi suami sudah.. gitu ya?” Deddy mennggoda Raisa. Raisa hanya senyum-senyum.
“Kalau orang yang disayang ada”
Aku terhenyak mendengar pernyataan Raisa di TV. Deddy Corbuzier tampak tertarik, “Kalau boleh tahu siapa?”
“Adaa deeeh” Raisa tersenyum manis. “Laki-laki lucu dan baik hati yang sudah bawain saya Gudeg Pawon malam-malam”
Mama pun mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu sedetik kemudian Mama mulai mencium bibirku. Dengan refleks aku pun membalas ciumannya. Dan tidak lama kedua lidah kami pun bertautan.
"Mmmh.. mmhh.. mmm.." hanya desahan saja yang terdengar kini dengan diiringi desahan-desahan dari film yang diputar di TV.
Aku memeluk Mama erat-erat sambil tetap berciuman. Mama pun terlihat sudah sangat terangsang.

Tidak lama tanganku pun mulai menggerayangi tubuh Mama. Tangan kiriku mulai meremas-remas payudara Mama dari luar baju tidurnya. Sedangkan tangan kananku mulai meraba-raba selangkangan Mama.
"Ahh..!" teriak Mama ketika tanganku menyentuh vaginanya.

Setelah sekitar 20 menit kami saling berciuman dan saling meraba, Mama melepaskan pelukan dan ciumannya. Lalu Mama menuntun tanganku untuk membuka bajunya. Tanpa diminta dua kali, tanganku pun mulai beraksi melepas baju tidur Mama dari tubuhnya. Sekarang Mama hanya memakai BH dan celana dalam saja. Mama tersenyum padaku lalu mendekatiku. Dan tidak lama, tangan Mama mulai berusaha melepas pakaian yang kukenakan. Aku hanya menurut saja diperlakukan begitu. Dan kini pun hanya tinggal CD saja yang melekat di tubuhku.

Dengan tubuh yang sama-sama setengah telanjang, aku dan Mama kembali berpelukan sambil berciuman. Hanya desahan saja yang terdengar di ruangan. Lalu perlahan tanganku membuka kaitan BH Mama. Melihat aku yang kesulitan membuka BH-nya, Mama tersenyum, lalu tangannya membantuku membuka BH-nya. Sekarang buah dada Mama yang indah itu pun terpampang jelas di depanku.

"Tetek Mama gede banget sih. Toni suka deh," kataku sambil meraba payudara Mama.
"Jangan diliatin aja donk Sayang..! Dijilat dan disedot donk Sayang..!" pinta Mama.
Tanpa dikomando dua kali, aku langsung saja menjilati payudara Mama yang sebelah kanan. Sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara Mama yang sebelah kiri.
"Aahh... Ohhh... fuck..!" teriak Mama ketika buah dadanya kujilat dan kusedot-sedot.

Secara bergantian payudara Mama kusedot dan kujilati, sedangkan tangan kanan Mama meremas-remas batang penisku dari luar CD-ku. Dan tanpa sadar, Mama berusaha melepaskan CD-ku. Aku pun tidak mau kalah. Setelah puas menggarap payudara Mama yang besar itu, aku pun berusaha melepaskan CD Mama. Melihat kelakuanku yang tidak mau kalah, Mama hanya tersenyum saja. Sesaat kemudian kami berdua sudah telanjang bulat. Aku hanya dapat menelan ludah melihat tubuh indah Mama. Di selangkangan Mama, terlihat bulu-bulu yang tertata rapi membentuk segitiga.

"Ton, kontol kamu gede bauanget," kata Mama takjub melihat batang penisku yang sudah menegang.
"Masa sih Mam..?" tanyaku seakan tidak percaya, "Tapi tetek Mama juga gede kok. Emang tetek Mama itu ukuran berapa..?" tanyaku lagi.
"Ukuran 38B, emang kenapa si Ton. Kamu suka kan..?" tanya Mama.
"Ya jelas donk Mama sayang, mana mungkin Toni nggak suka." jawabku, dan tanganku kembali meremas payudara Mama sambil menggigitnya.
"Aauww..!" teriak Mama, "Kamu nakal Sayang, masa tetek Mama digigit..?" kata Mama manja.
"Ma'af, Ma. Toni nggak sengaja." jawabku sekenanya.
"Nggak apa-apa kok Sayang, Mama suka kok. Kamu boleh memperlakukan Mama sesukamu." kata Mama sambil tangan kanannya masih meremas-remas kemaluaku.

Dan tidak lama Mama pun berjongkok, lalu tersenyum. Mama mendekatkan wajahnya ke kemaluanku, lalu mulai mengeluarkan lidahnya.
"Uuhh... aahh... enak Mam..!" aku berteriak ketika lidah Mama mulai menyentuh kepala penisku.
Mama masih menjilati penisku, mulai dari pangkal sampai ujung kepala penisku. Dan kedua bijiku pun tidak terlewatkan oleh lidah Mama. Aku hanya memejamkan mata sambil mendesah-desah memperoleh perlakuan seperti itu.

Setelah sekitar sepuluh menit, aku merasa kemaluanku berada di sebuah lubang yang hangat. Aku pun membuka mataku dan melihat ke bawah. Ternyata sekarang separuh penisku sudah masuk ke mulut Mama.
"Aahh... oohh.. yeeahh.. enaakk ba..nget Maa..!" teriakku lagi.
Kuperhatikan penisku diemut-emut oleh Mama tanpa mengenai giginya sedikit pun. Lidah Mama bergerak-gerak dengan lincah seperti ular.

Dan sekarang kulihat Mama menyedot-nyedot bulu kemaluaku seperti mau dikeramasi.
"Maaa... enak Maa..!" aku hanya dapat berteriak.
Aku merasa ada yang mau keluar dari penisku, aku tidak tahan lagi, dan seerr.. Aku kaget juga, kupikir yang keluar tadi adalah sperma, tapi tidak tahunya adalah air kencingku yang menyembur sedikit.
"Wah, ma'af Ma. Toni nggak sengaja." kataku buru-buru dengan napas yang masih terengah-engah.

Tapi apa yang terjadi, Mama malah menjilati air kencingku yang berleleran. Gila.., sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Dan tiba-tiba Mama menarik tanganku dan mengajakku ke kamar mandi. Kamar mandi kami dapat dibilang sangat besar dan mewah. Sudah itu wangi lagi. Mama menuntunku menuju jacuzi, lalu Mama pun berlutut lagi. Batang penisku dikocok-kocok di depan wajahnya, terus disedot-sedot seperti makan es krim.

"Ayo Sayang..! Sekarang kencingi Mamamu ini..!" kata Mama.
Aku kaget juga. Tapi aku memang sudah tidak tahan lagi ingin kencing. Aku pun mengerahkan semua tenaga untuk kencing. Kulihat mulut Mama menganga dan lidah Mama seperti ular menelusuri kepala penisku.
Dan ketika kulihat mulut Mama tepat di depan batang penisku, "Maa.., Toni mo pipiis..!" teriakku.
Kulihat air kencingku menyembur kencang sekali dan seerr.., masuk ke dalam mulut Mama.

Kuperhatikan mata Mama merem sambil mulutnya terus menganga menerima siraman air kencingku. Kepalang tanggung, akhirnya kumasukkan juga penisku ke mulut Mama sehingga air kencingku memancar dan muncrat keluar lagi berleleran di tubuh telanjang Mama.
"Enak nggak Ma..?" tanyaku setelah aku selesai kencing.
Mama memandangku dengan manja, sedangkan mulutnya masih mengulum batang kemaluanku.

Setelah itu kedua bijiku pun dijilatinya.
"Kamu mau tau rasanya, Ton..?" tanya Mamaku setelah melepaskan kulumannya dari penisku.
"Boleh aja, Ma." jawabku penuh semangat.
Mama lalu menyuruhku tidur telentang di lantai kamar mandi. Aku mengikuti saja perintah Mama.

Mama lalu berdiri dengan kedua kakinya berada di kiri kanan kepalaku. Dan sesekali kakinya digosok-gosokkan ke wajahku. Dan meskipun ada air kencingku yang berleleran di kaki Mama, aku tidak merasa jijik untuk menjilati kaki Mama. Setelah itu Mama perlahan-lahan mulai jongkok. Kuperhatikan pantat seksi Mama mulai mendekati wajahku. Aku menunggu dengan sabar sampai sesaat vagina Mama benar-benar berada tepat di atas mulutku.

Lubang kemaluan Mama terlihat sudah berlendir bertanda Mama sudah terangsang. Kujilati lubang kemaluan dan lubang anusnya secara bergantian. Mama menguakkan bibir vaginanya secara perlahan sampai-sampai aku dapat melihat lubang kemaluannya mengembang.
"Mama mau kencing nih. Minuumm.. Sayang..!" Mama merintih dengan sangat keras.
Seerr.., dari lubang kencing Mama memancar cairan yang bening dan panas sekali, masuk ke mulutku dengan deras.

Entah karena sudah nafsu atau karena apa, kutelan saja cairan yang rasanya asin dan agak pahit yang keluar dari kemaluan Mama. Suara erangan kepuasan menggema di dalam kamar mandi itu.
"Bagaimana rasanya Sayang, enak bukan..?" tanya Mama sambil matanya terpejam menahan nikmat karena vaginanya kujilat-jilat.
"Enak banget, Ma." jawabku singkat.

Setelah itu Mama berdiri lalu duduk di sebelahku. Kedua kakinya dikangkangkan sehingga aku dapat melihat vaginanya dengan jelas.
"Sayang, sekarang kamu jilatin memek Mama ini..!" kata Mama sambil menunjuk ke arah vaginanya.
Setelah itu Mama tidur telentang di lantai kamar mandi. Aku langsung saja menuju bagian bawah pusar Mama. Kudekatkan wajahku ke vagina Mama, lalu kukeluarkan lidahku dan mulai menjilati vaginanya.

"Ahh... fuuckkk.. yeaahh.. shiitt... hisapnya itilnya Sayang..!" Mama hanya dapat meracau saat kujilati vagina dan klitorisnya kuhisap-hisap.
"Ohhh... Aahh.. fuuck... mee... yeaaahh... masukin kontolmu sekarang Sayang..! Mama udah nggak tahan..!" pinta Mama memohon.
Aku pun perlahan bangun dan mensejajarkan tubuhku dengan Mama. Kugenggam batang penisku, lalu perlahan-lahan kudorong pantatku menuju vagina Mama.

Ketika memasuki liang senggamanya, Mama berteriak-teriak, apalagi ketika separuh penisku mulai menelusuri dinding vaginanya. Baru pertama kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti ini. Rasanya seperti diurut-urut, enak seperti dielus-elus daging basah dan kenyal.
"Aahhkk enak se..kali.. Sayang..! Fuuuck... me.. hardeer.. honey..!" jeritan Mama memenuhi kamar mandi.

Setelah sekitar 10 menitan, aku mencabut batang kemaluanku dari lubang vagina Mama. Mama terlihat sangat kecewa ketika aku melakukan itu. Dan tidak lama kemudian aku meminta Mama untuk berganti posisi. Kuminta Mama untuk menungging. Lalu dari belakang kuremas-remas pantat Mama yang semok itu. Lalu kuarahkan batang penisku ke bibir vagina Mama. Setelah kurasa tepat, lalu kusetubuhi Mama dari belakang dengan doggie style.

"Aduhh... enak... sekali Sayang..! Kamu... pin..tarr... Sayang..!" jerit Mama ketika kusetubuhi dari belakang.
Sedangkan aku pun tidak kalah hebohnya dalam berteriak, "Maaa... memek.. nya.. e..naak..!"
Rupanya gaya itu membuat Mama sudah tidak tahan lagi, sehingga sesaat kemudian, "Sayang Mama mau sam..paai... Aahhh..!"
Mama berteriak keras sekali, dan aku yakin kalau kami tidak berada di rumah itu, orang lain pasti mendengar teriakan Mama.

Aku merasakan penisku seperti disiram cairan hangat. Walau kusadari Mama sudah mencapai puncaknya, aku tetap saja memompa batang penisku di dalam vagina Mama. Malah semakin giat karena sekarang liang Mama sudah licin oleh cairan Mama.
Dan tidak lama, "Maa... Toni.. mau sampaaii nih..!" kataku ketika aku merasa mau orgasme.
"Cabut kontolmu Sayaang..!" perintah Mama.
Segera saja batang kemaluanku kucabut dari liang Mama yang masih menungging.

Mama lalu berbalik kepadaku dan memegang batang penisku. Lalu dibukanya mulutnya dan Mama pun mulai mengulum kemaluanku.
"Aahh... oohhh..!" hanya desahan itu yang keluar dari mulutku.
Dan, creet.. croott... crot..! air maniku menyemprot sebanyak sepuluh kali ke dalam mulut Mama. Mama tidak langsung menelan spermaku, melainkan memainkan spermaku di dalam mulutnya seperti orang yang sedang berkumur. Dan sebelum ditelan, Mama membuka mulutnya dan menunjukkan spermaku yang ada di dalam mulutnya itu. Baru setelah itu pejuku ditelan sampai habis.

Belum selesai sampai di situ, Mama menjilat-jilat batang penisku dan membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kemaluaku. Rasanya ngilu, nyeri plus gimana gitu. Setelah itu kami berdua menuju ke ruang TV. Aku dan Mama duduk bersebelahan dalam keadaan telanjang bulat.

"Bagaimana kadonya, Ton..?" tanya Mama ketika sudah agak tenang.
"Luar biasa, Ma. Nggak ada kado yang sehebat tadi. Terima kasih, Ma." sahutku.
"Mama bahagia kalo kamu puas. Sebenarnya Mama juga menginginkannya kok." jawab Mama.
"Lalu kenapa Mama nggak minta ke Toni..?" tanyaku lagi.
"Iya ya, kalo tau kamu punya kontol segitu gedenya Mama pasti udah minta sejak dulu. Tapi nggak apa-apa kok, kan belon terlambat. Betul kan..?" sahut Mama sambil tersenyum manis padaku.
"Iya Ma. Tapi Ma, setelah ini masih ada ronde selanjutnya kan..?" tanyaku.
"Kalo kamu masih kuat, ya pasti donk Sayang..!" jawab Mama manja.
"Toni sayang banget sama Mama," kataku.
"Mama juga sayang banget sama Toni." jawab Mama.

Setelah berisrirahat secukupnya, kami berdua melanjutkan persetubuhan kami sampai jam dua pagi. Setelah itu kami berdua tidur dalam keadaan telanjang bulat. Dan keesokan harinya aku dan Mama, yang kebetulan lagi tidak masuk kerja, berada di rumah dalam keadaan telanjang bulat selama sehari penuh. Dan tidak terhitung berapa kali kami bersetubuh. Sampai sekarang aku masih tinggal dengan Mama dan masih setia menyetubuhi Mama setiap hari, selama Mama tidak haid.
Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya.

"Ahh.. Arghh enak Di.. Kamu nakal ya" kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku.
"Loh kok dilepas sih Di?" tanyanya.
"Ah takut tante marah" kataku.
"Oohh nggak lah, Di.. Kemari deh".

Tanganku digenggam tante Lina, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya.

"Aarrhh.. Sshh" rintihnya hingga semakin membuatku penasaran.

Lalu aku pun mencoba mencium tante Lina, sungguh di luar dugaanku, Tante Lina menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu.

"Ahh kamu memang hebat Di.. Terusin Dii.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh".
"Tante, aku boleh buka baju tante nggak?" tanyaku.
"Oohh silakan Di", sambutnya.

Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu.

"Arrgghh.. Arrgghh.." lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan.
"Teruuss.. Teerruuss Di.. Ahh enak sekali.."

Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya. Lalu sekilas kulihat tangan Tante Lina sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan.

"Aahh buka saja Di.. Ahh"

Nafas Tante Lina terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante Lina sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu. Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu.

"Arrhh.. Sshh.. Enak Di.. Enak sekali" jeritnya.

Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja. Tante Lina semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya.

"Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh", dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah.

Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit..

"Oohh.. Aarrhh.. Tante udah keeluuaarr Dii.. Ahh" sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali.

"Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh.." ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Lina. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh tante Lina dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu.

"Aahh.." desahnya sambil terus mencumbu bibirku.
"Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante".

Tangan tante Lina segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan tante Lina. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya tante Lina mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga tante Lina menjadi semakin blingsatan.

"Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Di?"
"Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang.."
"Aahh kamu memang pandai muji orang, Di.."

Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu tante Lina mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Lina berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku. Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya.

Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante Lina. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Selang beberapa menit setelah tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Lina kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku.

"Aahh Di, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu".
"Iiyaa tante" kataku.

Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga tante Lina lagi-lagi menjerit keenakan..

"Aahh.. Aahh.. Ayolah Di, jangan tanggung-tanggung masukiinn.."

Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu.

"Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Di.. Teruss-teruuss.. Aahh"

Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante Lina sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya. Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Lina juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat tante Lina menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Lina mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.

"Oohh.. Sshh.. Di.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh.." mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini.
"Aahh.. Cepat Di, tante mau keluuaarr.. Aahh"

Tubuh tante Lina kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya.

"Aahh.. Sshh.. Sshh", desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.
"Wahh kamu memang hebaat Di.. Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar"
"Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Andi keluar nih.." ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu.
"Aahh enak sekali tante.. Aahh.."
"Terusin Di.. Terus.. Aahh.. Sshh" erangan tante Lina membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya.
"Aauuhh pelan-pelan Di, aahh.. Sshh"
"Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih.." kataku.
"Aahh.. Di.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu.."
"Iiyyaa.. Tante.."

Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku.

"Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Andi mau keluar nih.. Ahh" lalu aku memeluk tante Lina sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, tante Lina memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
"Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh.." lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott..
"Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh.." Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Lina untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Lina menbelai-belai rambutku.
"Ah kamu ternyata seorang jagoan, Di.."

Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali.
Didalam ruang yang tertutup dengan lampu yang temaram, ibu Norma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yang bidang. Suaminya memagut bibir ibu Norma dan meremas buah dadanya yang masih kencang. Dihisapnya puting susu ibu Norma.

"Ahh.." desahan napas ibu Norma memantul setiap dinding ruang 3x4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting susu ibu Norma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki vagina ibu Norma yang telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding vaginanya.

"Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yang dalam..ahh.." dengan suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Norma sangat menikmati vaginanya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.

Dinding-dinding vaginanya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan vagina yang sangat klasik. Dinding-dinding vaginanya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yang luar biasa. Otot-otot vagina mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang vaginanya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyang.

"Ahh..aku mau keluar.. bu.." semakin keras goyangan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Norma kembali memuncak. Otot-otot vagina ibu Norma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.

"Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh.." Crot-crort..crroott.. semburan sperma suaminya bercampur dengan cairan ibu Norma, Banjir! Lubang vaginanya basah oleh cairannya dan sperma suaminya. Satu dua menetes sperma suaminya keluar dari celah-celah lubang vaginanya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.

Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh anak semata wayangnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Norma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Norma membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.

"Ibu, jangan menangis ya.." dengan lugu, seorang anak berumur delapan tahun menghapus airmatanya.

"Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dengan bapakmu" matanya sembab memandang anaknya. Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya. Anak kecil yang lugu itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Norma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.

Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Norma benar-benar terlena dengan keadaan itu. Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya. Anak kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.

Antara birahi dan sayang bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Anak makin menjadi-jadi. Ibu Norma begitu agresif melumat bibir anaknya. Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Norma membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek anaknya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dengan lembut tangan ibu Norma meremas kemaluan kecil anaknya.

Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Norma melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Norma memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.

Birahi ibu Norma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya. Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.

Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Norma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya bulu-bulu kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Norma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. B l e s.. tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Norma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas. Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.

"Ah ah ah" dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.

"Trus trus sayang.. ah.. ohh.." Ibu Norma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..

"Ibu.. aku mau piipiiss.." Sambil menarik badannya, sehingga crroott.. croott.. keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.

Minggu, 04 Agustus 2013

Tiba-tiba Baby Margaretha berpindah tempat duduk mendekati Jo. Kedua kaki seksinya ia taruh di sofa seraya memandang Jo nakal. Pria mana yang tidak bakalan tergoda yang melihat cewek seksi dengan celana jins super pendek seolah seperti CD dan tanktop ketat yang menunjukkan lekuk tubuh serta belahan dada seorang Baby Margaretha. Ditambah dengan tatapan nakal Baby, membuat Jo agak klepek-klepek.
"Jo, Baby gak bohong kok, Jo cakep deh" rayu Baby lagi.
Kini Jo hanya terdiam, ada sedikit di celananya. Baby pun melanjutkan rayuannya
"Jo, mau gak Jo jadi pacar Baby malem ini aja? Paling gak, Baby beneran mau balas budi buat Jo. Mau yah Jo..."
Melihat sikon yang mulai mengundang Jo pun sadar, dia sebenarnya juga tergoda oleh rayuan Baby Margaretha. Bagaimanapun, Jo adalah seorang pria dan tidak ada satupun pria waras yang tidak akan tergoda oleh body seksi Baby Margaretha barang sedikitpun. Ia juga paham, dia sebetulnya bukanlah pria yang betul-betul alim. Karena pergaulan juga, dia akhirnya pernah merasakan surga dunia walaupun membayar. Kebetulan waktu menjadi kuli, banyak teman-temannya berasal dari perantauan. Tak jarang bagi mereka yang telah beristri merindukan kehangatan tersebut. Dan tak jarang pula mereka mengajak Jo. Awalnya karena gengsi dan tidak ingin dianggap cupu, dia mengikuti teman-temannya. Namun ia belakangan agak ketagihan kala birahinya memuncak. Hanya saja pekerjaan yang sibuk dan berat belakangan rupanya mampu mengontrol nafsu Jo. Namun ia masih ingat kalau Baby adalah klien penting bosnya. Jo tidak mau perbuatannya nanti menjadi masalah di kemudian hari. Dengan jaim dia berkata,
"Aduh Non, beneran Jo Ikhlas, aduh Non... mending jangan deh, Jo gak enak sama non dan pak Bos."
Baby pun tertawa mendengar Jo berkilah, ia berkata dalam hati, "Huh, jaim-jaim ngaceng juga kamu."
Baby pun kembali menggodanya "Jo, kalau kamu ikhlas, kenapa dedekmu nggak sih" seraya mengelus tonjolan di celana Jo.
Jo pun kaget setengah mati, jantungnya hampir copot. Benar apa yang dikatakan Baby, ternyata si otong nggak ikhlas. Di balik persembunyian si otong seolah berteriak-teriak minta jatah untuk beraksi.

Melihat Jo hanya terdiam, Baby pun kembali merangsang Jo. Kali ini tangan kirinya merangkul Jo, buah dadanya yang montok dan berisi ia tempelkan ke dada bidang Jo dari samping, sementara itu tangan kanannya masih mengelus-elus tonjolan di celana Jo. Kali ini Jo sudah tidak dapat menolak. Entah karena birahinya kembali memuncak tak terbendung atau dengan pengaruh viagra yang tanpa sadar ia minum tadi, kini, Jo mulai larut dalam permainan. Namun perasaan jaim masih tersisa di pikirannya,
"Non, bener saya tidak enak non sama non dan pak Bos, kalau ada yang tahu gawat non, bisa dipecat saya" rengek Jo.
"Ah Jo.... santai aja kali, rumahku sedang sepi kok supirku sedang pulang kampung dan pembatuku baru besok siang balik sini. Santai aja Jo kita aman kok, gak ada yang ngintipin, asal...." rayu Baby lagi.
"Asal apa non?" tanya Jo.
"Asal kamu gak nolak dan jangan bilang ini ke siapa-siapa yah, hanya untuk kita berdua aja yah Jo." jawab Baby. Mendapat lampu hijau seperti itu, Jo menjadi tidak ragu-ragu lagi.
"Siap non hehehe..." Jawab Jo bersemangat. "Idihh... tadi malu-malu jaim, sekarang nafsu nih ye" ledek baby dengan tertawa
Jo tida membalas. Mereka hanya bertatapan kemudian Jo memulai inisiatif dengan melumat bibir Baby Margaretha terlebih dahulu. Tangannya segera meremas-remas payudara Baby dengan lembut. Beberapa menit bibir mereka bertemu dan berpagutan. Lidah Jo dengan aktif menggelitik rongga mulut Baby.
"Jo kamu udah pernah ya?" tanya Baby kemudian melepas ciuman mereka. "
Hhhh.... sudah non, dulu pas jadi kuli, tapi ya cuman jajan biasa non." jawab Jo sambil mengambil napas.
"Hmm... jadi beneran belum pernah ama pacar ya Jo?" tanya Baby lagi.
"Belum, emang kenapa?" tanya Jo.
"Gak apa-apa, sini, baby contohin. Idih... jangan di monyongin dong Jo hahaha..." Baby tertawa melihat ulah Jo. "Sini Jo deketin wajahmu"
Jo pun mendekatkan wajahnya. Kali ini, giliran Baby Margaretha yang melumat bibir Jo. Pertama, dipegangnya dagu Jo, kemudian dikecup-kecupnya bibir Jo dengan lembut menghisapnya perlahan dan pelan-pelan Baby memainkan lidahnya. Baby memainkannya dengan baik seolah mengajak lidah Jo bergulat serta membuat bibir Jo hangat seolah dipeluk membuat Jo bak di atas awan.

"Gitu Jo, sekarang giliranmu ayo!" ujar Baby, kini baby bahkan memosisikan duduknya sehingga ia kini dipangku oleh Jo.
 Jo pun melakukan apa yang dicontohkan oleh Baby. Dipandangya gadis molek itu, kemudian dikecupnya lembut bibir Baby seolah memeluknya, kemudian, ia teruskan dengan memainkan lidahnya perlahan seolah mengajak lidah Baby berpagutan. Baby kemudian menaruh kedua tangan Jo di payudara dan pahanya, kemudian ia meminta Jo untuk melakukannya lagi. Dengan lembut tangan Jo membelai-belai payudara dan paha foto model seksi itu. Kemudian ia selipkan tangannya dibalik tanktop ketat dan hotpants Baby, mencari-cari putingnya di balik cup penutupnya kemudian memijitnya lembut dan nakal. Gairah mereka berdua kini telah memuncak. Baby dan Jo saling melepaskan baju mereka. Jo masih menyosor dengan ciuman-ciuman nakalnya pada bibir Baby sementara kedua tangannya bergerilya membelai-belai tubuh seksi Baby Margaretha. Baby kemudian mengajak Jo masuk ke kamarnya. Ia kemudian mendorong tubuh Jo bersandar di ranjangnya, kemudian Baby mengkecup-kecup puting Jo, memainkan dengan lidahnya dan tangan lembutnya kini mengarah ke batang kejantanan Jo, membelainya dan memijitnya dengan hangat. Baby sangatlah pintar memainkan lidah nakalnya. Diputar-putar lidahnya mengelilingi puting Jo dan digigit-gigitnya kecil seolah itu permen mint bagi Baby, sementara tangannya membelai kejantanan jo dengan berirama. Permainan Baby pun membuat Jo terangsang setengah mati. Ia pun juga tak mau kalah, kini ia memilin-milin dan memijat puting Baby membuatnya mendesah tak keruan, Kesempatan itu tak disia-siakan, Jo segera melumat payudara Baby yang montok itu. Diciuminya dengan lembut dan menggigiti puting Baby membuat Baby mendesah-desah. Tak lupa Joko kombinasikan dengan sapuan lidahnya seperti yang dicontohkan oleh Baby tadi. Jo menaruh tangannya pada vagina Baby, mencari-cari klitoris Baby dan memainkannya,
"Auw... pelan-pelan dong Jo, pelan, kayak kamu mijitin putingku tadi Jo" rayu Baby nakal.
Jo pun menurutinya. Kini sambil memainkan puting Baby, Jo memijit-mijit klitoris Baby dengan lembut membuat Baby mendesah-desah tak karuan dan menggigit bibirnya. Sesekali Jo mencelupkan jari-jarinya ke dalam vagina Baby, mengoreknya perlahan seolah tidak ingin kehilangan setiap jengkal cairan madu dalam vagina Baby. Tiba-tiba ia menemukan suatu tonjolan-tonjolan kasar dan menekannya.
"Aaahhhhh..... terus Jo, di situ teeerruuusss....." desah Baby mengeliat-geliat. Jo pun makin bersemangat melakukannya.

"Ohh.... ohhh,,, Jooo... Aku keluarr....." desah Baby mencapai orgasmenya diiringi lendir kewanitaan yang mengalir deras dari vaginanya.
Jo pun segera menyeruputnya dengan lahap. Lidah Jo seolah menyeka seluruh belahan vagina baby tanpa menyisakan cairan lendir sedikitpun. Baby pun mengambil nafas sementara Jo masih sibuk menyeka vaginanya.
"Jo sini dong tiduran sebelah Baby..." rayu Baby.
Jo pun menurut. Kini baby memposisikan dirinya di atas Jo sehingga lebih leluasa melihat penis pria itu.
"Jo punyamu besar juga ya" kata Baby sambil sibuk membelai kejantanan Jo, menjilatinya memutar, memainkan lubang kencing Jo dengan lidahnya yang nakal, dan mengulum-kulum penis tersebut.
Dalam Hatinya surprise juga Baby melihat penis Jo berukuran hampir sepusarnya dengan diameter 4 cm. Namun membayangkan ukuran penis yang akan menggarapnya mebuat Baby makin bersemangat.
"Ohhh..... terussss Non... Ssspppp.... ohhhh.... enak non, terus" racau Jo tidak karuan.
Baby pun kini menjepit penis Jo dengan payudaranya yang montok. Ia menaik turunkan payudaranya. sembari mulutnya masih mengulum penis Jo.
"Ohhhhh.... " lenguh Jo panjang.
Tak urung isapan mulut seksi Baby ditambah jepitan Payudara Baby membuat kelabakan setengah mati. Pertahanan Jo akhirnya jebol,
"Uh... non... Jo mau keluar non, lepas dulu non!"
Namun Baby tidak memperdulikan ucapan Jo dan terus menghisap penisnya hingga akhirnya Jo ejakulasi dalam mulut Baby.
"Uhhh.... Ohh....." "crot...crot....crot..." lebih dari lima kali penis Jo berkedut, namun Baby Margaretha masih belum melepaskan isapannya dari penis Jo, seolah tidak ingin melewatkan setetespun sperma yang keluar dari penis Jo. Cairan putih itu dilahapnya dengan rakus. Jo hanya bisa mendesah keenakan
"Ahhh..... Non Babyy...."
Baby Maragaretha pun menyelesaikan isapannya dengan sebuah kecupan kecil pada lubang kencing Jo. Lalu ia menjulurkan lidah menunjukkan sisa sperma yang dia tampung di mulutnya pada Jo, kemudian menelannya habis. Pemandangan nakal itu membuat Jo takjub.

Baby Margaretha kemudian meminta Jo untuk mengambilkan segelas air dingin dari lemari es di pojok kamar. Ia lalu meneguk air minum tersebut.
"Uih... seger Jo..." kata Baby Manja.
"Non, apa gak jijik nelen peju? Emang rasanya enak ya Non" tanya Jo keheranan.
"Habis pejumu enak sih Jo" kata Baby terkikik. "gurih lagi" godanya.
"Eh apa iya non " kata Jo polos tidak percaya.
"Enggak segitunya kali Jo, tapi enak kok hahaha..." tawa baby.
Dalam hati Baby berpikir ternyata sangar-sangar gini Jo culun dan menyenangkannya, tidak seperti para pria yang pernah membookingnya yang hanya sekedar menginginkan sex darinya. Baby berpikir andai Jo mau menjadi budak seksnya pastilah asyik. Jo kini memulai inisatif, dibelainya lembut tubuh Baby Maragaretha dan diciumnya dengan lembut.
"Tadi malu-malu kucing, sekarang nagih ya Jo?" goda Baby nakal.
Jo hanya tersenyum dan kembali menggarap tubuh seksi Baby. Tak beberapa lama, penis Jo kembali menegang dan kini ia pun siap. Ia memposisikan dirinya di bawah dan Baby di atas. Baby pun tanggap dan segera membimbing penis Jo masuk ke dalam liang vaginanya. Perlahan-lahan Baby menurunkan pinggulnya, namun penis Jo memang besar. belum sampai tertelan semua, Baby merasakan sesuatu menyeruak di pintu rahimnya. Ternyata penis Jo Mentok di vaginanya.
"Uuuhh...gedenya, memek gua ampe penuh" gumam Baby dalam hati.
Baby mendiamkan dulu vaginanya menancap mencoba beradaptasi dengan penis Jo. Tak lama kemudian ia baru mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan. Perlahan pula rasa perih dan sesak di vaginanya berkurang dan mulai tergantikan rasa nikmat. Baby menaik turunkan pinggulnya dipadu dengan gerakan maju mundur dan memutar. Terkadang Parjo menggodanya dengan mengangkat pinggulnya supaya penisnya masuk lebih dalam.
"Ahhh..... Ohhhh..... SSss... JJoooo..... Enak, Jo" ceracau Baby Margaretha.
Baby tambah mendesah-desah ketika tangan Parjo dengan usil menggerayangi payudaranya. Memijit-mijit puting dan membelai kedua buah dada dengan lembut.
"Iisseeeppp Jooo.... Ahhh.... Sshhh...." desah Baby meminta Parjo menghisap payudaranya.

Parjopun kini duduk memangku Baby dan menariknya mendekat padanya supaya ia dapat menyusu pada payudara montok itu. Baby pun melanjutkan genjotannya naik turun. 10 menit kemudian Parjo meminta Baby nungging namun ia tidak langsung memasukkan penisnya. Ia gerayangi payudara Baby dan ia tusuk-tusuk vaginanya dengan kedua jarinya membuat Baby tak tahan,
"Engghh.... Jo masukinnn...." pintanya lirih
Maka dengan satu sentakan medadak Parjo menusukkan penisnya pada liang vagina Baby. Membuat tubuh Baby melengkung ke atas disertai lenguhan nikmat. Kesempatan itu tak disia-siakan Parjo. Kepalanya meyusup melewati bawah ketiak Baby dan menyusu pada payudara Baby. Parjo sungguh membuat Baby kewalahan, penis Parjo menusuk dengan berirama. Sebentar lambat lalu tiba-tiba disusul dengan tusukan cepat penis Parjo hingga mentok ke mencapai pintu rahim Baby. Ditambah dengan isapan-isapan nakal pada puting payudara Baby sesekali disertai gigitan lembut. Serangan bertubi-tubi Parjo membuat Baby kewalahan. Tak berselang lama Baby melenguh panjang. Mulut seksinya membentuk huruf O dan punggungnya melenting ke belakang menandakan oragasmenya telah datang. Cairan cinta Baby mengalir deras dari sela-sela liang vaginanya. Namun Parjo tidak menghentikan tusukan-tusukan penisnya pada vagina Baby sehingga orgasmenya datang bergelombang. Hal ini tentu membuat Baby melenguh panjang. Bibir parjo kini berpindah dari payudara Baby menuju  bibirnya, Mereka berciuman dengan penuh gairah. Kini Parjo membuat Baby tiduran terlentang. Membuat Parjo lebih mudah melancarkan serangan-serangannya. Ia langsung menaikan kecepatan. Baik tangan kanan dan kiri tak luput membelai dan meremas-remas payudara seksi Baby. Bibir Parjo juga bergerilya dari satu puting ke bibir seksi Baby. Baby segera memperoleh orgasme kedua. Tubuhnya melenting ke atas namun tertahan oleh tindihan Parjo. Sementara itu kedua tangan Parjo meremas kedua payudaranya dan keduanya saling berciuman. Rupanya Baby menikmati kondisi dimana Baby seolah sedang diperkosa Parjo. Ia memeluk Parjo dan ia kaitkan kedua kakinya pada pinggul Parjo. Baby sekali lagi mendapatkan multi  orgasme. Kali ini Parjo makin mempercepat tusukannya. Baby kelabakan menerima gempuran itu hingga akhirnya ia mendapatkan orgasme keempatnya.
"Hekh....heh.... Non. Jo mau keluar non, Jo keluarin di luar ya non" kata Parjo takut membuat Baby hamil.
Namun Baby justru mengaitkan lagi kakinya pada pinggul Parjo dan memeluknya serta menciumnya dengan ganas. Membuat tekanan pada penis Parjo berlipat. Penis Parjo seolah dipijit-pijit dari segala arah plus telah mentok pada mulut rahim Baby seolah penis Parjo sedang menciumi pintu rahimnya. Membuat Parjo segera menyemburkan spermanya dengan deras pada rahim Baby.
"Crott....Crroott....Crroott..." penis Parjo berkedut-kedut mengeluarkan isinya mengisi rahim Baby.
Setelah melalui gelombang orgasmenya, Parjo pun ambruk menindih Baby. Penisnya masih menancap pada liang vagina Baby.

"Hhh.... Non, gak papa di dalem? Kalo non hamil gimana?" tanya Parjo resah.
"Kalo gue hamil, Jo tanggung jawab yah" goda Baby nakal.
"ehh...kok?" Parjo panik.
"Hahaha.... gak apa-apa Jo, baby selalu minum pil anti hamil kok, santai aja. Lagian lebih enak kalo dilepasin di dalem Jo, lebih dalem sensasinya" jelas Baby.
“Fuhh….” Jo pun menarik napas lega karena Baby hanya bercanda.
Kini mereka berdua bangkit dari ranjang, Baby segera menarik lengan Jo menuju kamar mandi. Kamar Mandi Baby tidaklah terlalu besar, namun ada bathub dan shower di dalamnya. Di dalam kamar mandi, Baby dan Parjo saling semprot dengan shower. Hampir seluruh tubuh Baby Parjo semprot, apalagi vagina Baby yang merah dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus membuatnya kegelian.
“Hahaha…. Geli Jo…. Geli….” tawa Baby manja.
Kini giliran Baby mengerjai Parjo. Disemprotnya Parjo dan kembali penis Parjo ia jepit di antara payudaranya dan hisap-hisap hingga tegang kembali. Kali ini Parjo tidak mau kecolongan. Parjo menyandarkan tangan Baby pada bathub dan memegang pantat Baby mengepaskan dengan penisnya. Tiba-tiba, “blush…” penis Parjo menusuk masuk liang kenikmatan Baby, membuat Baby melenguh nikmat dan tubuhnya terlenting seksi ke belakang. Tangan Parjo pun memegang bongkahan pantat Baby.
“Ssshhh…. Jo, tampar pantatku Jo…” erang Baby nikmat.
“Plak….plak…plak….” tamparan pun mendarat di pantat Baby membuatnya memerah.
“Ssshhh…. Enak Jo, saya mau keluar” erang Baby menahan nikmat.
Parjo pun menaikkan kecepatan tusukannya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara Baby.
“Ohhh…..” “Crrrr….crrr…” Mulut Baby membentuk huruf O yang seksi. Tubuh Baby melenting ke belakang. Lututnya bergetar tak mampu menahan berat tubuhnya. Baby terjatuh pelan bertumpu pada lututnya. Sementara Parjo masih mendiamkan Baby menikmati orgasmenya dan menyangga tubuh Baby agar tidak terlepas.

“Jo, capek berdiri terus nih” keluh Baby manja.
Maka gantian lah Jo duduk di bathub dan memangku Baby yang sedang berusaha memasukkan penis Parjo ke dalam liang kenikmatannya. “Bleeeshh….” “Heghh….” Baby melenguh, merasakan penis Parjo menembus ruang terdalam liang kenikmatannya dan seolah mencumbu pintu rahimnya seolah membuat vaginanya meleleh nikmat. Jo pun berdiri dan menggendong tubuh Baby. Jo mulai melanjutkan persetubuhan yang hot itu. Dia menyandarkan tubuh Baby pada tembok, menusuknya dengan kencang, dan sesekali menciuminya. Sementara Baby mengaitkan kakinya dengan erat dan memeluk Jo kencang supaya tak jatuh. Posisi ini membuat tusukan-tusukan Jo semakin dalam. Baby pun mengerang keenakan, membuat Jo bersemangat. Tak berselang lama, tubuh Baby melenting mendapatkan orgasmenya. Jo yang pada posisi itu merasakan penisnya bagaikan di giling-giling nikmat oleh vagina Baby pun tak kuasa menahan gejolaknya lagi. Dengan sekali sentakan, penis Jo kembali mencium pintu rahim Baby Margaretha dan mengalirkan sperma hangatnya ke dalam rahim Baby, mengisinya penuh, seolah Jo ingin Baby mengandung anaknya. Mereka berduapun berciuman mesra, bibir dan lidah saling mengait, seolah tak ada hari esok. Jo pun duduk kembali pada bathub. Kali ini giliran lutunya yang bergetar. Sementara Baby sibuk membersihkan penis Jo dengan hisapan mautnya seolah tak ingin ada sperma yang tertinggal. Setelah itu merekapun mandi bersama, saling membasuh dan menyabuni satu sama lain. Tentunya Jo tak melewatkan kesempatan untuk kembali meremas-remas payudara Baby yang seksi.
____________________________
End of Night

Usai mandi, Baby meminjamkan kimono dan handuknya pada Parjo. Sementara Baby membalut tubuh seksinya dengan handuk ungu. Berjalan menuju lemari es dan menungging untuk mengambil botol air mineral. Mengarahkan pantat seksinya pada Jo, seolah kembali mengundang untuk bermain.

Melihat pemandangan yang begitu menggoda, Jo kembali mendekati Baby dari belakang dan memeluknya hangat.
“Ei...ei.. Jo… udah dulu dong, Baby mo istirahat dulu, kamu udah tiga kali keluar lo Jo” kata Baby Margaretha sewot.
“Hehehe… tanggung non, biasanya kalo udah tiga juga Jo lemes. Cuman entah kenapa ini otong “naek” lagi, udah deh non, nurut aja yah” Kata Jo terkekeh.
“Gawat, gue lupa, tadi udah masukin viagra ke minuman Jo” gumam baby lirih. Namun apa daya, serbuan Jo juga kembali membangkitkan gairah Baby Margaretha. Tubuhnya haus akan belaian lelaki. Beberapa hari ini memang para bos-bos dan eksekutif yang membookingnya belum memanggilnya lagi karena sedang sibuk, maklum akhir tahun, masa tutup buku, sedang sibuk-sibuknya, sehingga ia tidak merasakan seks yang penuh gairah sejak itu. Baby pun menyambut ajakan Jo, dan kembali mereka keduanya memadu kasih hingga pagi menjelang.
Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, penisnya semakin mengeras. Dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun hatinya ingin segera memasukkan penisnya ke vagina Tuti dan Dewi, nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi. Sementara itu di ranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti. Terlihat Dewi memberi kode kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran. Kedatangan Doni tidak diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di vagina Dewi. Dengan pelan-pelan Doni naik ke atas ranjang, ia melihat vagina Tuti yang sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka terlihat jelas kemerahan. Doni melihat dalaman lubang itu berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya. Dengan perlahan Doni menyelipkan kepala penisnya ke lubang tersebut. Sleeeppppp…kepala penisnya terjepit di lubang vagina Tuti. Tuti yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bisa bergerak banyak karena tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di lubang kemaluannya itu.

“OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk ke dalam memek saya?” tanya Tuti kaget

“Tenang, Tut, tenang, nikmati saja penisnya Doni, pasti kamu gak kecewa,” jawab Dewi menenangkan.

“Eeehhh…jangan, Jangan….dimasukkan Den, den, jangan…Aaghhhh….Ppelaaan… den…peellaannn…aagggghh…kontolmu besar sekali den…ooougghh…robeeekk.. memekku,” Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan penisnya ke dalam lubang vagina Tuti.

Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki ini, sedikit demi sedikit penisnya Doni mulai terbenam dalam lubang vagina Tuti, Bleeessss…bleeeessss…Bleesssss….dan bleesssssssss…Dengan sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga terbenam seluruhnya di dalam lubang kenikmatan Tuti.

“Aaaagghhh… vaginamu sempit juga…Tut,” Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.

“Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh…. Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ,” Tuti mengerang kesakitan merasakan penisnya Doni yang memenuhi rongga kewanitaannya.

“Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki,” Dewi menenangkan.

Doni mendiamkan penisnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali menjilati kelentit Tuti. Jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan mulai menghilangkan rasa sakit di vagina Tuti akibat lesakan penisnya Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya menyapu-nyapu pangkal selangkangannya. Doni merasakan kenikmatan yang sedikit berbeda.

“Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhhh…,”erangan Tuti mulai terdengar lagi, isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan Dewi.

Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan enak akibat vaginanya dipenuhi oleh penisnya Doni, Doni sendiri mulai merasakan vagina Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas penisnya dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai mengeluar masukkan penisnya di lubang vagina Tuti. Sssrtttt…. Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..Dewi yang masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana penisnya Doni keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati lesakan-lesakan penisnya Doni.

Dewi bangkit dari posisinya, ia berbaring di samping Tuti, sambil tangannya bermain di payudara Tuti. Kedua payudara Tuti silih berganti ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga di kedua putingnya tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap terdengar. Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya, batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya, gesekan-gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat, di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.

“OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ssshhh… den…enaaak… kontolmu… enak den… aahhh…genjot terusss..memekku… yaaaaaahhh….,” Tuti mendesah keenakan.

“Ssshhh...uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut, enaaakk… kontol!” Donipun mengerang kenikmatan.

“Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…,” gumam Dewi

“Iiiiyyaaaahhh… buuu… ooougghh… penisnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr… lebih bessaaar… dari padaaaaa… punya suamiku… aaaagghhh…,”erang Tuti.

Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat saat lesakan penisnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya, lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, Tuti merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan lahar kenikmatannya akan segera meletup,

“Ooohhh….den….terussss….genjot memekku yang cepaaatt…den, yang kuaaat… den….aaawwww….teeruusss…dennn….yaaah…beegitttuuu…deeen… makiiiinn ceppaatt… aaaghhh…dennn… makin kuaaatt…deen…Aaaakuuuu…oooghhhh… mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk” Tuti mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.

Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk penisnya di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di batang kemaluannya iapun lalu menekan penisnya sekuat-kuatnya kedalam lubang kenikmatan Tuti, dan sssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr….. Sssssrrrrrr…… lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.

“Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm,” Tuti mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatannya.

Doni mendiamkan sejenak penisnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan Doni merasakan vagina Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya. Terlihat nafas Tuti masih memburu, matanya terpejam, dimulutnya tersungging senyuman kepuasan, untuk pertama kalinya Tuti merasakan kenikmatannya bersetubuh dan untuk pertama kalinya juga Tuti mencapai puncak orgasmenya, selama menikah dan melakukan hubungan badan dengan suaminya belum pernah Tuti merasakan kenikmatan bersetubuh apalagi sampai orgasme, selama ia menikah yang ia lakukan hanya melayani suaminya saja, apalagi kalau suaminya melakukan hubungan seks tidak pernah melakukan pemanasan dulu seperti yang ia dapatkan sekarang ini. Setelah nafasnya mereda Tutipun membuka kedua matanya, tapi ia jadi tersipu malu saat tahu bahwa kedua majikannya sedang menatap dirinya, mukanya langsung memerah, kedua tangannya secara otomatis menutupi kedua payudaranya, ia merasa malu, terutama kepada majikan mudanya itu, dari pertama ia bekerja dirumah ini, sering ia mencuri pandang kepada majikan mudanya ini, dan ia sering membicarakan kerupawanan majikan mudanya itu dengan Narti dan Ani, kedua temannya itu juga sering mencuri-curi pandang majikan mudanya itu. Gerakan tangan Tuti yang menutupi kedua payudaranya itu, membuat Doni dan Dewi tersenyum, apalagi Doni yang penisnya masih terbenam dilubang kenikmatan Tuti, tersenyum lebar dengan perbuatan Tuti tersebut.

Dengan perlahan-lahan Doni mulai kembali memaju mundurkan penisnya di lubang kenikmatan Tuti, Tuti yang masih tersipu malu terhenyak dengan ulah Doni, iapun melenguh merasakan gesekan batang kemaluan Doni di dinding vaginanya, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Doni mulai menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ditutupi oleh tangannya, tangan Doni mulai menyingkirkan tangan Tuti sehingga kembali payudaranya yang masih ranum dan tidak terlalu besar terpampang dimata Doni, kemudian diremas-remasnya kedua bukit kembar itu sambil tetap menggenjot penisnya keluar masuk lubang vagina Tuti dengan perlahan, erangan Tutipun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah padam, perlahan mulai menyala kembali. Irama genjotan Doni yang pelan tapi teratur, membuat Tuti merem-melek menikmati sensasi gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya, lenguhan dan desahannya kerap terdengar dari mulutnya, apalagi remasan tangan Doni dan pilinan jemarinya bermain di kedua payudaranya dan kedua putingnya yang semakin menegang, Tuti merasakan kenikmatan yang sangat dan terutama ia merasa senang bahwa majikan mudanya ini sedang menyetubuhinya, ia juga bangga bahwa majikan mudanya ini sedang menikmati lubang vaginanya.

“OOoohhh…den… aaaghh…den…enak… den…penismu…enak sekali.. terus den genjot vaginaku…aaaghh…hhhmmm…aaaagghh..,”desah Tuti.

“Enak..Tut, oooogghh… vaginamu..juga enak…,”Donipun mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Tuti di penisnya.

Dewi yang melihat Doni mulai menggenjot Tuti kembali, iapun beranjak kearah Doni. Tubuh Doni ia peluk dari belakang dan Dewipun mulai menciumi punggung, telinga, tengkuk Doni, dan salah satu tangannya bergantian mengelus-elus antara dada Doni dan biji peler Doni, Doni yang merasakan serangan Dewipun mulai melenguh, ia merasakan sensasi nikmat yang berbeda, terutama saat tangan mamihnya mengelus-elus biji pelernya yang sedang bergoyang akibat ia sedang memaju mundurkan penisnya dilubang vagina Tuti, ciuman Dewi di punggung dan tengkuknya membuat ia merinding kegelian.

Penisnya semakin gencar keluar masuk di vagina Tuti, gerakannya semakin bertambah cepat, Tuti yang merasakan penisnya Doni semakin gencar keluar masuk dilubang vaginanya bertambah melenguh, desahan dan erangannya semakin menjadi, cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang vaginanya, bercampur dengan cairan pelicin yang keluar dari penisnya Doni, akibatnya lubang vaginanya semakin basah, suara berkecipak aneh terdengar akibat beradunya kedua kemaluan Tuti dan Doni. Bagi Doni dan Tuti suara ini menambah gairah birahi mereka, nafsu birahi mereka semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara berkecipak dari kemaluan mereka.

“Oooogghhh… Den. Enaaaak… teruss.. genjot…teruss….yyaaaahh… aaahhh.. Den kontolmu… betul-betull enaaakk…terus den terus…. Genjot teruss…vaginaku ooooohhh.. den… ooohhh…,” Tuti merintih-rintih keenakan.

Sambil kedua tangannya tetap meremas-remas kedua payudara Tuti, genjotan-genjotan Donipun semakin bertambah cepat, sementara itu Doni merasakan elusan-elusan di biji pelernya berubah dengan remasan-remasan lembut, tangan mamihnya tidak mau lepas dari biji pelernya yang sedang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan maju mundur penisnya.

“Hhmmm…enak. Sayang … enak vaginanya Tuti…hhmmmm…jangan lupa sayang sisakan buat mamihmu ini…sisakan kontolmu itu sayang….hhmmmm.,”Dewi berbisik lirih di telinga Doni

“Oouughh…sshh…aagghhh… pasti mih, penisku ini selalu buat mamih, eenaaakk mih, seret…dan rapet…semppitt…ooogghh….,”jawab Doni

“Oohhh… Den… Ooohhh… percepat genjotanmu.. den… aaaghh..aaakhuu.. mau keeluaarrr…laaggiii…iyaaa deenn….,” rintih Tuti yang merasakan puncak kenikmatannya akan ia raih kembali untuk kedua kalinya.

Doni tersenyum mendengar jeritan Tuti, hatinya membatin obat kuat yang kuminum betul-betul ampuh, untuk kedua kalinya Tuti kembali mau meraih puncak kenikmatannya,

“Hhhmmm…aaggghhh… keluarin Tut, keluarin….enaaakk.. Tut….kontolku enak… ini terima kontolku…aaaghhh,”kata Doni sambil mempercepat genjotannya.

“Iyyaaahh.. den…iyaaaahhh… kontolmu enaaak..sekaliii…ooooughhh.. den aku gak kuat lagi den…aaaghhh…den….aaaghh…aaakku keluar deeenn…,”Tuti menjerit keenakan dan,

Sssssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…. Sssssrrrrrr… Ssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr….. vagina Tuti memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya, lubang vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Nafas Tuti memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk kedua kalinya, dadanya naik turun seirama dengan nafasnya, kedua payudaranya bergoncang dengan perlahan mengikuti naik turun dadanya. Doni mendiamkan penisnya terbenam di lubang vagina Tuti untuk memberikan kesempatan kepada Tuti menikmati sensasi orgasmenya. Dewi tersenyum melihat Tuti kelojotan untuk kedua kalinya oleh terjangan penisnya Doni, dan ia kagum melihat stamina Doni yang berhasil mengalahkan Tuti dua kali sementara Doni sendiri belum. Dewi terkejut karena dulu Doni selalu kalah bila bermain dengannya, Dewi jadi semakin penasaran ingin merasakan lagi kenikmatan disodok oleh penisnya Doni, Dewi penasaran apakah ia akan kalah seperti Tuti atau ia dapat mengatasi keperkasaan anaknya, Dewi tidak tahu bahwa Doni telah minum obat kuat sebelum pertarungan ini. Dewi memagut bibir Doni dengan penuh nafsu, vaginanya sudah ia rasakan sangat gatal ingin segera menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, lidahnya menerobos kerongga mulut Doni, yang disambut oleh Doni dengan penuh nafsu juga sementara penisnya Doni masih terbenam dilubang vaginanya Tuti, keduanya asyik berciuman sementara Tuti yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya melihat pemandangan ini dimana kedua ibu dan anak majikannya asyik berpagutan dengan penuh nafsu. Sementara Tuti melihat tangan Doni mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, desahan-desahan birahi mereka terdengar, sementara Tuti merasakan vaginanya yang masih disumpal oleh penisnya Doni dan ia merasakan penisnya Doni itu semakin mengeras dan berdenyut-denyut, walaupun sudah dua kali Tuti mencapai orgasme, tapi ia masih ingin merasakan lagi kemaluan majikan mudanya yang ganteng ini, tapi ia tahu diri untuk melihat atraksi yang akan dilakukan oleh Dewi. Dewipun mendorong tubuh Doni sehingga penisnya terlepas dari jepitan vagina Tuti, plooop…. Saat penisnya Doni terlepas dari jepitan vagina Tuti, dan Tuti melihat penisnya Doni itu bergoyang setelah terlepas dari jepitan vaginanya.

Tubuh Doni mengikuti dorongan Dewi, sehingga tubuh Doni berbaring di tempat tidur tersebut, Dewipun mengikuti dorongannya dengan menaiki tubuh Doni perlahan, selama itu kedua mulut mereka tidak terlepas berpagutan dengan mesra dan penuh nafsu. Dewipun mulai menggesek-gesekkan vaginanya di batang kemaluan Doni, sehingga membuat penisnya itu semakin keras, dengan tidak sabar Dewi mulai meraih kemaluan anak tirinya itu, diarahkannya kelubang vaginanya. Slleeeeppppp….. penis Doni terjepit oleh bibir vagina Dewi dan bleesssss…penis Doni mulai menyeruak di lubang vagina tersebut saat Dewi mulai mendorong pantatnya, lalu bleeessss….. penis itu semakin masuk kedalam lubang vagina tersebut seiring dengan dorongan pantat Dewi, dan akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, setelah dengan sekali hentakan kuat Dewi mendorong pantatnya lebih kebelakang,

“Aaaghhhh….. Doon , masuk semua kontolmu….di memekku….aaaahhh sudah lama tidak kurasakan besarnya penismu ini….oooogghhhh,”Dewi melenguh merasakan penisnya Doni yang terbenam di lubang vaginanya.

“Miiihhhh… aaaaghhh…memeknya masih sempit saja…aaaahhh…enak..Mih..enak,” Donipun mengerang keenakan merasakan sempitnya lubang vagina Dewi.

Tanpa menunggu lama, Dewi mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga penis Doni keluar masuk dengan sendirinya, sementara Dewi menggoyang pantatnya. Bibirnya semakin bernafsu memagut bibir Doni, tubuh keduanya seolah menyatu, mata Tuti terbelalak melihat aksi nyonya majikannya ini, Tuti tidak menyangka nyonya majikannya yang lembut bias beraksi liar seperti yang ia saksikan sekarang. Dewi yang sudah berpuasa selama satu minggu inipun semakin liar beraksi diatas tubuh Doni, goyangan pantatnya betul-betul hebat, kadang-kadang pantatnya maju-mundur, kadang-kadang pantatnya ia putar-putar, Dewi yang sedang beraksi merasakan penisnya Doni menyodok-nyodok lubang kemaluannya dengan keras dan tegang, kadang-kadang ia rasakan penisnya Doni seperti sedang mengebor kemaluannya saat ia putar pantatnya.

“Ooohhhh…enak…Don, enaknya penismu….aaaahhh…hhmmmmhh…aaaaghh kamu enak Don, enak vagina mamih…aaahhh….,”Dewi merintih keenakan.

“Aaaghh… Mih, nikmmat sekali…vagina mamih betul-betul legit…ooohhh… Mih, terus mih goyang terus…ooohhh…putar mih, putar,” Doni mengerang merasakan keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di vagina Dewi dan kadang-kadang ia merasakan penisnya seperti diputar-putar saat Dewi memutar pantatnya.

Saat itu Dewi sedang dalam posisi menduduki Doni, sambil memaju mundurkan pantatnya dengan penuh semangat, Tuti melihat kedua payudara Dewi bergoyang seiring dengan maju mundur pantatnya, lalu dengan memberanikan diri Tuti mulai mendekati Dewi, dan mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut Tutipun mulai ikut beraksi kedua payudara Dewi silih berganti ia jilati dan hisap-hisap, kedua putingnya tak luput dari jilatan dan hisapan Tuti, sehingga kedua putingnya Dewi semakin mengeras.

“Aaaghhh…Tut, hisapp…yaaah…oohhh…terus hisapp… ooohhh…,”Dewi mendesah keenakan menikmati serangan Tuti dipayudaranya dan serangan penisnya Doni di kemaluannya.

Gerakannya maju mundurnya semakin bertambah cepat, dengan berpegangan di tubuh Tuti yang sedang asyik bermain dipayudaranya, Dewipun mengangkat pantatnya sedikit dan semakin gencar memaju mundurkan pantatnya tersebut, akibatnya penisnya Donipun semakin gencar menyodok-nyodok vagina Dewi, gerakan Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang-kadang mengejang, nampaknya Dewi hamper mencapai puncak kenikmatannya.

“Aaagghh….Don,, enaaak…sekaliiii…Don, ooogghhh…..aaakuu…mau keluar Don, aaagghhh…penismu memang ….nnniiikkkmaaat,”Dewi mengerang dan …

“Doooonnniiiii, aaaaghhhh….mmaammihh keluar… sayang…aaaahhh…. Nikmat ssaaayyyaangg…..oooghhhh….,”Dewi merintih, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatannya,

Sssrrrrrrr….. sssrrrrrr… ssssrrrrr….. sssrrr….. sssrrrr…. Lahar kenikmatan Dewi menyembur membasahi batang kemaluan Doni yang sedang berada dalam jepitan vaginanya itu.

“Enaaaakk…mih, eeenaaakk… penisku …Mih., keluarin mih…keluariin ooohhh,” Donipun merintih

Doni melihat tubuh mamihnya mengejan-ejan, sementara itu Tuti yang sedang menghisap-hisap payudara Dewi merasakan tubuh nyonya majikannya itu bergetar dengan hebat, saat ia mendengar teriakannya yang memberitahukan bahwa dirinya telah mencapai puncak kenikmatannya. Tubuh Dewi bergetar dengan hebatnya saat ia merengkuh puncak kenikmatannya, dinding vaginanya berkedut dengan kuat seperti yang dirasakan oleh Doni pada batang kemaluannya, seolah-olah meremas-remas penisnya itu, sambil berpegangan pada tubuh Tuti yang masih memainkan kedua payudaranya, Dewi menikmati sensasi orgasmenya kali ini, ia harus mengakui bahwa sekarang ini ia dikalahkan oleh anaknya dalam pertempuran ini, nafasnya masih terdengar memburu, hisapan dan remasan Tuti dikedua payudaranya semakin menambah nikmatnya orgasme kali ini, dimulutnya tersungging senyum kepuasan, matanya masih terpejam menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia raih. Kedutan-kedutan dinding vagina Dewi mulai berhenti, nafas Dewi mulai kembali normal, tubuh Dewi mulai bergerak maju mundur dengan perlahan, dan penisnya Donipun keluar masuk lagi di lubang vagina Dewi, Dewipun mengangkat kepala Tuti yang sedang asyik mempermainkan payudaranya, dilumatnya bibir Tuti dengan penuh nafsu, lidahnya menerobos kedalam rongga mulut Tuti, dan menari-nari didalam mulut Tuti, Tuti yang mendapat serangan yang mendadak menjadi kaget, karena belum pernah selama ini ada orang yang mencumbunya seperti itu apalagi wanita, matanya terbelalak, tapi setelah tangan Dewi mulai meremas-remas payudaranya.

Tutipun mulai mendesah, tak mau kalah dengan aksi Dewi, Tutipun membalas serangan Dewi, tangannya mulai meremas-remas payudara Dewi, mulutnya mulai belajar membalas lumatan yang dilakukan oleh Dewi, lidahnya mulai ikut menari dengan lidah Dewi, lidah mereka bergiliran menerobos mulut mereka. Bagian tubuh atas Dewi sedang asyik bertempur dengan Tuti, sementara bagian bawahnya asyik menggoyang-goyang penisnya Doni, setelah Dewi mengeluarkan lahar kenikmatannya, lubang vaginanya menjadi basah sehingga penisnya Doni lebih leluasa keluar masuk, melihat aksi kedua wanita itu Donipun tidak mau tinggal diam saja, iapun mulai menaik turunkan pantatnya seiring gerakan maju mundur Dewi, saat Dewi memajukan pantatnya Donipun menurunkan pantatnya, dan saat Dewi memundurkan pantatnya Donipun menimpali dengan menaikkan pantatnya sehingga penisnya lebih dalam menerobos lubang vagina Dewi. Tangan Donipun tidak mau ketinggalan, dengan tangan kanannya mulai beraksi di vagina Tuti yang posisinya kebetulan sedang membelakangi dia, dengan lembut digosok-gosoknya vagina Tuti dari belakang, sampai ke kelentitnya, sehingga membuat vagina Tuti semakin basah, Tuti yang mendapat serangan atas bawah mulai mendesah-desah, Dewipun mengalami hal yang serupa terutama saat Doni menaikkan pantatnya sehingga penisnya masuk lebih dalam di vaginanya, iapun melenguh-lenguh, suara desahan, erangan, lenguhan mereka bertiga saling bersahutan, keringat sudah membanjiri tubuh mereka bertiga.

“Oooohhhhh….hhhmmmm….aaaahhh…hhmmmm… ssshhh… hhmmm… aaahhh,” desah Dewi keenakan.

“Hhhmmm…aaahhh….ooougghh…hhhhmmm ..sshhhh…aaaahhh…hhhmmmmm,” Tutipun mendesah keenakan.

“Oouughhhh…Mih, vaginamu enak sekali…aaaghhh… ooohhh… terus goyang, Mih, terus, yaaa…aaahhh…,”erang Doni menikmati goyangan Dewi.

Tubuh Dewi menggelinjang saat tangan kiri Tuti mulai merambah selangkangannya, tangan Tuti mulai menggosok-gosok kelentitnya dengan lembut, kadang-kadang jari jemari Tuti memilin-milin kelentit tersebut, gosok-pilin, gosok-pilin tangan Tuti bergantian melakukan hal tersebut di kelentit Dewi, Dewi semakin merasakan keenakan mendapat perlakuan tangan Tuti di kelentitnya tersebut. Saat tangannya sibuk dengan vagina Dewi, Tutipun mendapat serangan yang lebih hebat dari tangan Doni, tangan Doni yang tadinya hanya mengelu-elus vagina Tuti dari luar, sekarang jari tengah Doni mulai menerobos masuk kedalam lubang kenikmatan Tuti, Tutipun terhenyak oleh gerakan jari Doni,

Tuti mulai merasakan gesekan-gesekan tangan Doni didinding vaginanya, memang tidak seketat saat penisnya Doni yang menggesek dinding vaginanya, jari tengah Doni mengocok vagina Tuti seiring dengan kocokan kontoknya di vagina Dewi, kedua wanita ini yang vaginanya sedang dikocok oleh Doni semakin mengerang-erang keenakan. Tidak cukup dengan jari tengahnya saja, Donipun mulai memasukkan jari manisnya kedalam vagina Tuti, Tuti semakin keenakan dengan bertambahnya jari tangan Doni yang masuk di lubang vaginanya, gesekan-gesekan yang dirasakan oleh Tuti di dinding vaginanya bertambah, gerakan tangan Doni yang mengocok vagina Tuti kadang-kadang diselingi dengan menggoyang kekekiri-kekanan kedua jarinya persis dibelakang kelentitnya berada dan ibu jarinya bergerak dikelentitnya, sehingga membuat Tuti semakin menggelinjang merasakan gesekan dilubang vaginanya dan dikelentitnya.

“Oooohhhh.. den, ooohhh…hhhmmm…eeenaaak… Den… hhhmmm.. terus… Den,” erang Tuti keenakan.

“Oooohhh…. Itilku… Tut, itilku gesek…terus… ooogghhh…Don, tekan lebih dalam, kontolmu itu Don….lesakkan … sodok..memek mamihmu ini…aaagghh,” Dewi mengerang-erang menikmati sodokan batang kemaluan Doni dan gesekan tangann Tuti di kelentitnya.

“Aaaghh….kaliaann…juga enak…oooghhh…begini Mih, enak Tut….aaahhh,” erang Doni sambil menekan penisnya lebih dalam dilubang vagina Dewi, dan jari-jemarinya semakin aktif menggesek kelentit dan dinding vagina Tuti.

Dewi dan Tuti betul-betul menikmati gocekan-gocekan Doni di lubang kemaluan mereka, dan Donipun menikmati jepitan vagina Dewi di penisnya, tubuh mereka semakin banjir oleh keringat, mereka bertiga berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan mereka, suara lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar,

“Oooghhh…enak….enak…Don…terus sayaaang…sodok lebih dalam memek mamihmu iiinnnii….aaaaggghhh…iiiyaaa…terusss…Don…terusss…buat mamihmu ini puaaasss….sssaaayyaaang…aaaaghhh….,” Dewi mengerang-erang keenakan.

“Ddeeeennn….aaaghh…eeenaak…Den…terusss…goyang…tanganmu…Denn… aagghhh…tekan..Den…tekaaan…lebih kuat…Den…aaagghh…enaaak,” erang Tuti menikmati tekanan jari jemari Doni di kelentit dan dinding vaginanya.

Donipun semakin menyodokkan penisnya lebih dalam lagi kedalam vagina Dewi, sehingga pangkal selangkangan mereka berdua sering beradu akibatnya dan menimbulkan suara plak-plok yang aneh, yang menambah gairah birahi mereka semakin membara, dan tangannyapun semakin aktif dan kuat menekan-nekan kelentit Tuti dan dinding vaginanya. Donipun merasakan kenikmatan yang sangat saat penisnya melesak lebih dalam dirongga vagina Dewi, ia merasakan ujung kepala penisnya bersentuhan dengan dinding rahim Dewi,

“Aaaaaghhh…. Mih, enak sekali vaginamu ini…oooughhh…,”erang Doni

Dan, tubuh Tuti terlihat mulai mengejang dan mengejut-ngejut, Tuti merasakan desakan lahar kenikmatannya yang hendak menerobos keluar dari lubang vaginanya tidak dapat ia pertahankan lagi, dengan melenguh panjang Tutipun akhirnya memuntahkan lahar kenikmatannya. Sssrrrr…. Ssssrrrrrr… ssssrrrrr… sssrrrrr… ssssrrrr… sssrrrr…. Sssssrrr….. vaginanya memuntahkan cairan kenikmatan untuk yang ketiga kalinya, tapi kali ini cairan yang dikeluarkan sangat banyak dan mengalir turun serta membasahi tangan Doni.

“OOOuughhhh… Den, aaku keluar laagii….aaaaghh…enakk…Den…enak…sekali. ooooggghhhh…. Den…..,”Tuti mengerang, tubuhnya bergetar dengan hebatnya, pantatnya mengejang, lubang vaginanya berkedut dengan sangat kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.

Dewi yang tahu bahwa Tuti mengalami orgasme lagi, menambah sensasi kenikmatan yang sedang dirasakan oleh Tuti dengan meremas-remas kedua payudara Tuti, sambil tetap memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, remasan tangan Dewi di kedua payudaranya menambah kenikmatan buat Tuti, tubuh Tuti semakin bergetar, nafasnya terengah-engah, akhirnya tubuh Tuti ambruk kedua kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya, Tuti merasakan kakinya yang sedang berlutut menjadi lemas karena puncak kenikmatan yang berhasil ia raih.

Setelah Tuti ambruk di samping mereka, Dewi mulai memeluk Doni dan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, sementara Doni dengan kedua tangannya mulai memegang dan meremas-remas kedua bongkah pantat mamihnya itu, dan juga mulai mengimbangi gerakan mamihnya, saat mamihnya menurunkan pantatnya ke bawah tangannya membantu dengan menekan pantat tersebut kebawah dan menyodokkan penisnya keatas, gerakan mereka berdua semakin bertambah cepat, nafas keduanyapun semakin memburu dan terengah-engah. Kedua mulut merekapun sibuk saling melumat dan lidah keduanya sibuk menari, desahan dan lenguhan mereka semakin menjadi, gerakan mereka semakin liar, goyangan mereka semakin cepat dan tidak beraturan,

“Oooughhh…hhhhmmm…Don,. Hhhmmm…ssslrrppp… aaaaghh…terus…ssslrpp.. aaagghh lebih cepat sayaang… ssslrppp..hhmmmm…,”Dewi melenguh sambil tetap memagut bibir Doni.

“Oooghh…sssshhhh…aaahh…hhhmmm… iiyaaa… Mih…. Aakuu mau keluar.. aaaaaghhh…. Mih…,” lenguh Doni sambil mempercepat gerakannya.

Penis Doni semakin cepat keluar masuk di lubang vagina Dewi, tangan Doni semakin kuat meremas kedua bongkah pantat Dewi, dan semakin kuat menekan pantat Dewi kebawah saat ia mendorong keatas penisnya tersebut.

“Iiiyaaa… barengan kita Don, Mamih…jugaa…mau kellluaar…oooghhh… Dooon ,” Dewipun mengerang.

Dengan hentakan kuat Doni menekan penisnya dalam-dalam di lubang vagina Dewi, sementara kedua tangannya meremas dengan kuatnya dan menekan kebawah pantat Dewi, tubuh Donipun mengejang, pada saat bersamaan tubuh Dewipun bergetar dengan hebat, vaginanyapun berkedut dengan kuat. Crreeeettt…..ssssrrrrrr….ccreeeettt…..ssssrrrrr, batang kemaluan Doni menyemburkan air maninya berbarengan dengan vagina Dewi yang menyemprotkan cairan kenikmatannya, Dewi merasakan hangat pada dinding vaginanya akibat siraman spermanya Doni, sementara Doni merasakan penisnya menjadi hangat akibat disirami oleh cairan kenikmatan Dewi, dan Doni juga merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kuat batang penisnya, sementara Dewi juga merasakan penisnya Doni berkedut-kedut dengan kuat. Terdengar nafas mereka berdua terengah-engah, kedua tubuh mereka seolah menyatu, keringat mereka berdua membanjiri sprei, senyum kepuasan menghiasi ketiga orang ini, mereka bertiga betul-betul merasa puas dengan permainan seks pagi ini, ketiganya terkapar kelelahan kehabisan tenaga